BAB 12 // Baikan

863 81 7
                                    

Jam berapa kalian baca part ini?

Vote dan komen yang banyak!

HEPPY READING

*
*
*

Sudah beberapa hari ini Nesha selalu pulang malam, hampir menyentuh jam sepuluh—tidak sampai melanggar peraturan yang diberikan oleh Axel. Berkali-kali Nesha menolak ajakan hang out dari teman-temannya. Nesha menghabiskan waktunya untuk bekerja dan saat sampai di rumah pun dia langsung masuk kedalam kamar. Selain karena pekerjaan yang menyita waktu, Nesha sebenarnya juga sedang menghindar.

Tapi tidak hanya Nesha, karena sepertinya Axel juga melakukan hal yang sama. Laki-laki itu selalu pulang dari kantor pada tengah malam dan akan turun sarapan saat Nesha sudah selesai.

Rencana untuk berbicara tentang keberadaan Dinda yang sampai sekarang masih selalu mengikutinya seperti seorang bodyguard juga tidak Nesha lakukan. Perempuan itu menunggu jika saja ada keajaiban Axel menjelaskan semuanya sendiri. Namun hal itu sepertinya hanya halusinasi saja, karena Axelion Abivandya tetap saja arogan seperti biasanya.

Bukannya disini harusnya Nesha yang marah kepada Axel? Sekalipun Axel adalah suaminya, dia tetap Nesha Viersa—tidak ada yang berhak mengendalikan hidupnya.

Tapi sepertinya itu tidak terjadi, karena jelas sekali beberapa hari terakhir Axel sengaja menghindarinya. Pernikahan ini memang hanya pernikahan konyol tanpa dasar cinta, namun saat situasi buruk seperti ini terjadi, Nesha juga merasakan beban tersendiri.

"Dinda," panggil Nesha dari kursi belakang mobilnya. Mereka saat ini hanya berdua karena supir yang biasa digunakan sedang cuti.

"Ada masalah, Nona?" tanya Dinda dengan sopan. Perempuan itu tahu bahwa nonanya itu belum sepenuhnya menerima keberadaan dirinya yang selalu sigap disekitarnya, namun selama itu juga Nesha selalu memperlakukannya dengan baik.

"Apa memang sikap Axel selalu arogan seperti ini? Maksud saya memaksakan kehendaknya kepada orang lain?" tanya Nesha membuat Dinda terdiam cukup lama. Sekalipun raut wajah Dinda tetap datar dan terkontrol, Nesha bisa merasakan kalau Dinda bingung harus menjawab pertanyaan tersebut.

"Tuan Axel memang cukup otoriter dalam memutuskan sesuatu, wajar saja karena beliau memiliki kekuasaan. Tapi kami percaya bahwa Tuan Axel pasti sudah mempertimbangkan banyak hal dalam memutuskan suatu hal. Memangnya kenapa, Nona?"

"Tidak apa-apa. Tapi apakah selama ini kamu selalu mengikuti semua perintahnya?"

"Saya hanya seorang bawahan-saya tidak memiliki hak untuk membantah perintah tuanya. Tapi setelah saya bekerja dengan Tuan Axel cukup lama, saya tahu bahwa Tuan Axel selalu mengerti situasi."

Nesha terdiam mendengar perkataan Dinda. Apa keberadaan Dinda yang selalu mengikutinya kemanapun dia pergi ada hubungannya dengan teror yang menimpanya waktu itu? Tapi seingatnya Nesha tidak pernah memberitahukan hal tersebut kepada Axel. Well, kecuali para pekerja setia laki-laki itu yang mengingkari janjinya.

"Tolong jangan pernah menceritakan apapun yang kamu lihat diantara saya dan Axel kepada orang lain," perintah Nesha dengan tegas.

"Baik Nona. Sebelumnya saya juga sudah pernah diperingatkan oleh Tuan Axel."

"Saya juga minta tolong sama kamu untuk tanyakan apakah saat jam makan siang Axel free atau tidak," ujar Nesha yang berencana untuk berbicara dengan Axel tentang beberapa hal.

Jika bukan dirinya yang datang terlebih dahulu, lalu siapa? Tidak mungkin menunggu sampai Axel mengajaknya bicara terlebih dahulu, karena itu adalah hal yang mustahil.

Hourglass Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang