BAB 39 // Honeymoon

850 64 4
                                    

Hai, sebelum kalian baca chapter ini bolehlah jawab pertanyaan dibawah

Chapter/ Bab favorit kalian di cerita ini?

Kalau sudah, silahkan lanjut membaca, semoga kalian enjoyy yaww...
Dan jangan malas vote dan komen supaya aku rajin update wkwk

HEPPY READING GUYS

*
*
*
*

Mesha duduk di meja kerjanya dengan tatapan kosong. Bibir bawahnya digigit-gigit dengan resah, dan matanya beberapa kali melirik ke arah kotak hadiah di atas meja. Kotak itu tidak memiliki nama pengirim, hanya terdapat sebuah kartu ucapan anonim. Mesha merasa cemas dan tidak nyaman dengan hadiah tersebut, meskipun tidak ada tanda-tanda teror atau ancaman.

Ini bukanlah pertama kalinya Mesha menerima kiriman seperti ini. Ini adalah hari ketiga berturut-turut ia menerima hadiah anonim yang sama. Pertama kali Mesha mendapatkan onggokan buket bunga mawar dan marigold, lalu hari kedua Mesha dapatkan seperangkat alat desain tradisional berupa; set pensil, pena, kuas dan cat air berkualitas tinggi. Dan hari ini Mesha dapatkan karya tulis yang membahas tentang desain terkenal "The Fashion Book" oleh Phaidon Editors.

_____

Bagaimana kabar Mesha hari ini?

Apakah Mesha menyukai hadiah yang saya berikan kemarin?

Semoga Mesha menyukai hadiah pemberian saya, dan sudi kiranya untuk memakainya.

Once again, I want to apologize for the mistakes I made. Saya begitu menyesal telah membuat Mesha terluka dan kecewa.

Tapi saya begitu berharap, suatu hari nanti kita bisa bertemu dan Mesha bisa memaafkan saya, walaupun saya berkecil hati dengan kemungkinan itu. Please never hate me, princess.

_____

"Who is he calling me princess?" Mesha bergumam rendah saat kembali membaca surat kecil yang datang bersama hadiah itu.

Mesha terdiam, berusaha mengingat- ingat apakah ada interaksi berlebih yang mungkin telah ia lakukan sehingga membuat seorang lelaki asing berusaha mendekatinya. Namun, setelah berpikir keras, ia tidak dapat menemukan satu pun kejadian yang dapat menjelaskan surat misterius itu. Merasa tidak ada alasan yang jelas, tanpa pikir panjang lagi, Mesha meringsek surat tersebut ditangannya dan dilemparkannya dengan tegas kedalam tong sampah. Mesha merasa lega, seolah membebaskan diri dari beban yang tidak jelas.

Setelah membuang surat itu, Mesha memanggil seseorang melalui interkom. "Nolan, kemarilah," perintahnya dengan nada tenang namun tegas.

Tidak lama, pintu ruangan Mesha terbuka lebar. Menapakkan lelaki bertubuh tegak, jantan dengan langkahnya berderap berat penuh ketegasan. Namun sayangnya wajahnya harus tertutup rapat oleh masker hitam, membuat sedikit orang yang tahu wajah amat tampan pria itu.

"Yes, Nona. Ada yang bisa saya bantu, Nona Mesha?"

Mesha menatap laki-laki itu sekilas, lalu kakinya yang semula bersilang dia kendurkan dan berdiri anggun, serta satu jari telunjuknya menunjuk pada kotak hadiah yang telah terbuka sambil dia berikan tatapan serius pada pengawal pribadinya itu.

"This gift, anonim." Mesha mengepalkan salah satu tangannya. "Kamu tahu tugasmu, Nolan?"

Nolan, sang pengawal pribadi, mengangguk mantap. Ia paham betul apa yang dimaksud oleh Mesha. Tanpa banyak bicara, Nolan segera bergerak cepat untuk memeriksa isi kotak hadiah tersebut, mencari tanda-tanda yang mencurigakan atau berbahaya. Dengan teliti, Nolan menggeledah isi kotak, memastikan tidak ada ancaman yang tersembunyi di dalamnya. Setelah yakin bahwa hadiah itu aman, Nolan mengalihkan perhatiannya kembali kepada Mesha, kembali menganggukkan kepalanya.

Hourglass Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang