BAB 22 // Aftertaste

1K 77 9
                                    

Finally, i'm back

Sebelum itu, aku mau KALIAN KASIH SATU KATA UNTUK CERITA INI!!!

LESS (kekurangan)

MORE (kelebihan)

***

Happy reading guys

*
*
*
*

The Plaza Hotel, Manhattan, New York-USA

Axel terbangun dari tidurnya saat sinar matahari mulai mengganggunya-jendela kamar hotelnya tidak pernah tertutup untuk memperlihatkan pemandangan kota New York. Laki-laki itu langsung terduduk di kasur begitu menyadari perempuan yang semalam ia tiduri tidak ada disampingnya.

Tidak... secepatnya Axel membalut dirinya dengan kimono mandi dan keluar dari kamar untuk memastikan bahwa Nesha sudah berada di dapur seperti biasanya. Setitik rasa bersalah hinggap dihatinya. Tapi Axel juga merasa kecewa—telah dibohongi oleh drama murahan Nesha. Jika semalam ia lebih menahan emosinya, pasti semuanya tidak akan berubah rumit seperti pagi ini.

Kosong. Dapur hotelnya tidak ada siapapun. Maka terakhir yang Axel cek adalah dua kamar kosong lainnya, dirinya benar-benar takut Nesha kabur diam-diam saat ia tertidur. Kamar yang kemarin ditempati Christian kosong dan sekarang hanya tersisa kamar Vio. Axel mencoba membukanya dengan rasa cemas dan ternyata terkunci dari dalam—artinya Nesha mengurung dirinya didalam sana.

Laki-laki itu berdiri di depan pintu kamar dengan perasaan campur aduk. Axel merenung sejenak, ragu apakah harus masuk atau tidak. Setelah kejadian semalam, situasi dengan Nesha pasti akan terasa sulit. Axel ingin melihat keadaan Nesha secara langsung, tetapi takut dengan reaksi yang mungkin akan diterimanya. Hatinya berdebar. Apakah dia siap untuk berbicara dengan perempuan yang pasti lebih marah darinya? Axel tahu bahwa jika Nesha meminta untuk berpisah atau mengambil keputusan apapun, dia akan mengabulkan. Namun, saat ini, yang Axel butuhkan adalah waktu untuk merenung, untuk meredam emosi.

Maka dari itu Axel memilih untuk kembali ke kamarnya dan mandi, lalu keluar dengan tampilan rapi untuk menghadiri sebuah meeting. Tapi sebelum itu Axel menyempatkan diri untuk memesan breakfast pada layanan hotel—tidak mungkin ia meninggalkan Nesha tanpa makanan.

Axel mengetuk sebentar pintu kamar Nesha."Di meja makan ada sarapan, jangan lupa nanti lo makan," dan menunggu beberapa saat berharap ada jawaban dari dalam, namun nyatanya nihil.

Dengan berat hati, Axel meninggalkan hotel dan berharap saat dirinya pulang nanti mereka bisa bicara.

Sementara didalam kamar Nesha masih bergelung dibawah selimutnya. Seluruh badannya pegal dengan beberapa bagian terasa sakit—membuatnya kembali terlelap saat suara Axel tidak lagi terdengar.


***

Axel duduk di kursi meeting dikelilingi beberapa orang yang bersangkutan dengan masalah yang akan dibahas. Dirinya berusaha fokus dengan memusatkan perhatiannya pada proyektor dan seorang perempuan yang sedang menjelaskan sebuah grafik yang memaparkan kualitas, kuantitas dan reputasi terbaik dari perusahaan perhotelan di Asia. Mereka berkumpul untuk menentukan perusahaan hotel terbaik.

Pertemuan seperti ini sering kali terjadi dalam lingkungan bisnis yang kompetitif di mana setiap langkah dan keputusan bisa memiliki dampak yang signifikan pada reputasi perusahaan mereka. Mereka para CEO adalah pemimpin yang telah sukses dalam mencapai berbagai prestasi di industri perhotelan. Mereka datang bersama-sama dalam suatu forum atau pertemuan khusus yang dirancang untuk mendiskusikan strategi, inovasi, dan prestasi terbaru dalam industri ini.

Hourglass Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang