BAB 51 // Bersinar tanpa cahaya

904 80 38
                                    

Aku pengen kalian menikmati chapter ini sebelum lusa adalah ending dari cerita Axel dan Nesha 🥺🥺

Fyi, aku udah siapkan lima extra chapter yang beneran bisa membayar perjuangan Axel dan Nesha. But still a secret😝🤫

Udah ah, nanti takutnya spoiler hehe

50 vote for next chapter, see you...

Atau spam love purple juga boleh
💜💜💜

HEPPY READING GUYS

*
*
*

Bali, Indonesia.

Nesha menyeret kopernya dengan langkah lesu dan lemah. Kepalanya benar-benar terasa berdenyut sementara badannya terasa sangat lelah. Sial, Nesha trauma menaiki pesawat kelas ekonomi. Bukan karena dia sebelumnya tidak pernah menaiki pesawat kelas ekonomi, tetapi sepertinya kehamilannya yang sensitif membuatnya kepayahan seperti ini. Nesha menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. Ia tahu kali ini ia harus kuat, namun rasa tidak nyaman yang menderanya membuat ia ingin mengakhiri segera. Perutnya terasa mual, dan ia harus berjuang keras untuk tidak muntah di tengah keramaian bandara.

Tiba-tiba Nesha terpaku di tempatnya, seolah-olah waktu berhenti berputar. Jantungnya berdegup kencang, perasaan campur aduk memenuhi benaknya. Kakinya terasa berat untuk melangkah begitu kurang dari lima meter matanya bertemu dengan sepasang mata tajam Axel.

Axel berdiri tegap, tatapannya lurus menusuk ke dalam mata Nesha. Ekspresinya sulit terbaca, namun Nesha dapat merasakan gejolak emosi yang tersimpan di balik sorot matanya yang tajam. Entah apa yang sedang dipikirkan pria itu, Nesha tidak berani menebak.

Keheningan yang canggung menyelimuti mereka berdua. Nesha merasa seolah-olah seluruh udara di sekitarnya menipis, membuatnya sulit bernapas. Ia ingin berlari sejauh mungkin, namun disisi lain dia tak menyangka bahwa tidak bertemu selama satu minggu dengan Axel bisa membuatnya sadar bahwa selama itu ia seakan merasakan kekosongan. Dan saat melihat sosok tersebut didepannya, ruang kosong tersebut seperti terisi kembali, terasa utuh.

Ketika jarak di antara mereka semakin dekat, Nesha dapat mencium aroma maskulin yang sangat ia kenal. Aroma yang selalu membuatnya merasa aman dan terlindungi. Perlahan, Axel terus melangkah mendekat. Lalu bagaimana tubuh tegap itu langsung memeluknya erat. Membuat Nesha terkejut, tidak sempat menolak. Nesha memejamkan matanya, hidungnya terus mengendus harum Axel yang seakan memiliki sihir untuk menenangkannya, sementara tangannya enggan untuk membalas pelukan tersebut. Nesha tidak ingin terbelenggu didalam rasa cinta yang perlahan meredupkan, lalu bisa jadi mematikan untuknya.

"Lepaskan, X. Aku lelah dan ingin segera istirahat." Setelah mengatakan itu, Nesha segera mendorong Axel dan menarik diri.

Axel menganggukkan kepalanya, lalu menggandeng Nesha menuju terminal penjemputan dimana mobilnya terparkir. Begitu masuk kedalam mobil, Nesha segera membuka masker yang sudah membuatnya pengap. Ia menyandarkan punggungnya ke jok, memejamkan matanya.

"Kalau nggak dapat tiket pesawat yang business class atau first class harusnya kamu bilang, aku bisa suruh Vio untuk menyiapkan private jet untukmu," ucap Axel dengan nada khawatir sambil memperhatikan Nesha yang memang wajahnya terlihat pucat.

Perempuan itu samasekali tidak merespon, tetap mempertahankan heningnya. Axel sekilas mengusap kepala perempuan itu yang tetap memejamkan matanya, mungkin tidur. Namun saat mobil sudah berhenti didepan villa yang menjadi tempat mereka tinggal, Nesha segera keluar dengan terburu-buru. Perempuan itu sedikit berlari untuk masuk kedalam membuat Axel segera menyusulnya setelah memastikan barang-barang Nesha tidak ada yang tertinggal didalam mobil.

Hourglass Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang