Kampus.
Karena Asa dan kedua saudaranya memiliki kelas pagi, mereka sepertinya akan pulang cepat hari ini.
Memasuki mobil, sepertinya Asa yang saat ini duduk di kursi penumpang bagian belakang mengingat sesuatu. Mencondongkan tubuhnya ke depan, dia berkata pada kedua Unnie_nya itu.
"Unnie, ini masih terlalu siang untuk pulang. Bagaimana, kalau kita berjalan-jalan sebentar untuk berbelanja?"
"Geurae...."dengan senyuman bulat sabitnya, Ruka menyetujuinya, begitu juga Pharita yang hanya bergumam kecil sebagai jawaban.
Tak butuh waktu lama, ketiganya akhirnya tiba di mall terbesar yang terdapat di Seoul, Queen. Yang pada kenyataannya adalah milik Ibu mereka sendiri.
"Apa yang ingin kau beli?"tanya Pharita sambil memperhatikan setiap toko dengan brand ternama di sekitarnya.
"Disana..."tunjuk Asa pada sebuah toko pakaian yang terletak di sudut."Kajja Unnie."
Dengan penuh semangat, gadis manis itu menyeret kedua Unnie_nya untuk masuk ke dalam toko itu.
Tiba di dalam ketiganya berpisah untuk memilih pakaian yang diinginkan masing-masing. Kemudian tak berselang lama, ketiga saudara itu berkumpul kembali di kasir untuk membayar barang-barang di tangan mereka.
Namun, Ruka dan Pharita tiba-tiba terkejut saat melihat bahwa Asa membali banyak pakaian santai, dan bahkan piyama tidur di tangannya. Jika di jumlahkan dengan yang di bawa oleh seorang pelayan toko yang membantunya, itu kemungkinan besar ada dua puluh pasang pakaian.
"Asa, bukankah kau sudah memiliki banyak pakaian? Untuk pakaian sebanyak itu?"karena rasa penasarannya, Ruka bertanya.
"Sebenarnya....ini bukan untukku."jawab Asa.
Pharita mengangkat sebelah alisnya."Lalu, untuk siapa?"
"Chiquita..."singkat Asa sebelum mulai melakukan pembayaran dan mengabaikan kedua Kakaknya yang terdiam di tempat mereka.
Detik berlalu, membawa paperbag di tangan masing-masing, ketiganya mulai meninggalkan mall itu.
Untuk beberapa saat dalam perjalanan pulang, ketiganya benar-benar tidak mengatakan apapun. Seolah sibuk dengan pemikiran masing-masing.
"Aku melihat, pakaian yang dia gunakan sudah tidak layak untuk di pakai. Jadi, itulah kenapa aku memutuskan untuk membelikan Chiquita pakaian yang baru, Unnie."jelas Asa tiba-tiba.
Sambil mengemudi, Ruka menghela nafasnya."Tapi, apakah dia mau menerimanya? Mengingat bahwa selama ini dia selalu menolak apapun yang kita tawarkan, aku sedikit tidak yakin bahwa dia akan menerima pakaian itu, Asa."
"Dia pasti mau menerimanya."tekan Asa.
"Kenapa kau begitu yakin?"tanya Pharita yang diam-diam menoleh sesaat pada Asa.
"Tentu saja, karena...dia adalah adikku."lirih Asa, sebelum melemparkan pandangannya ke luar jendela mobil.
Sontak, Ruka dan Pharita kembali terdiam, dan memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa lagi.
Memandang ke kejauhan sana, sekelebat bayangan masa lalu tiba-tiba terbersit di benak Asa.
Flasback On.
"Asa Unnie!!"dengan ceria Chiquita kecil yang masih berusia lima tahun berlari ke arah pintu utama mansion untuk menyambut Kakak ketiganya yang baru saja kembali dari sekolah.
Meskipun lelah, Asa yang saat ini berusia sembilan tahun, dan duduk di bangku sekolah dasar kelas empat, tetap menyempatkan diri untuk tersenyum pada adik bungsunya itu.