Setelah membawa tasnya yang sebelumnya dia jatuhkan, Chiquita segera meninggalkan mansion secara diam-diam melalui pintu halaman belakang.
Taklama dalam waktu beberapa menit, Chiquita akhirnya tiba di sebuah toko serba ada yang terletak cukup jauh dari kediamannya.
Sosok Asashi dan Zayyan yang pada kenyataannya menunggu Chiquita sambil duduk pada kursi yang tersedia di luar toserba, perlahan menoleh.
Tersenyum, Zayyan yang mengenakan hodie hitam dan celana hitamnya segera melambaikan tangannya pada temannya itu."Chiqi, disini!!"
Tersenyum samar, dengan tas punggungnya, Chiquita mulai mendekati keduanya."Maaf jika aku terlalu lama."
"Anie, toh kami juga belum lama tiba Chiqi."Asashi memaklumi Chiquita, melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul setengah delapan, dia tiba-tiba berdiri, dan menatap kedua temannya."Kajja, kita pergi."
"Tapi....perjalanan kita tidak sampai malam hari, kan?"tanya Chiquita sedikit khawatir tentang ocehan apa yang akan dia dapatkan dari Keluarganya setelah dia kembali nanti.
Tersenyum, Asashi menggelengkan kepalanya,"Tidak, mungkin hanya beberapa jam saja, cepat."
Mengangguk, Chiquita dan Zayyan mulai mengikuti Asashi, sebelum akhirnya mereka pergi menggunakan dua motor yang terparkir sejak tadi.
Berboncengan dengan Asashi, Chiquita dan dua temannya itu mulai berlalu dari toserba tersebut.
Disisilain, tepat di kejauhan sana sebuah mobil Porche yang baru saja berhenti kembali menekan gasnya.
"Lihatlah, tebakanku benar, bukan?!"seru seorang gadis cantik yang duduk di kursi penumpang bagian belakang, yang tidak lain adalah Rora.
Menghela nafas dalamnya, Ruka yang tengah mengemudi tampak serius."Bagaimana bisa Canny membohongi kita? Aku tidak percaya ini."
Meremas kedua tangannya, dengan wajah gelisah, Pharita yang duduk di samping kemudi menoleh pada Ruka."Unnie, alih-alih kita mengikuti mereka, kenapa kita tidak mencegah mereka saja?"
"Tidak, aku ingin tahu alasan apa yang membuat Chiquita hingga berani berbohong pada kita. Jadi, diamlah dan duduk dengan tenang."tutur Ruka penuh penekanan.
Rami dan Ahyeon yang pada kenyataannya duduk di kursi penumpang barisan ketiga, hanya mampu saling memandang dengan muram.
Disisilain, Asa yang duduk berdampingan bersama Rora, hanya mampu terdiam tanpa kata sambil memijat pelipisnya.
Pasalnya saat kepergian Chiquita tadi, Rora segera menyerukan kejanggalan yang dia rasakan atas gelagat adiknya itu. Dan tentunya, dia hanya memberitahu hal tersebut pada kelima Kakaknya, namun tidak dengan kedua orangtuanya.
Mengingat insting Rora cukup peka akan beberapa hal, Ruka selaku yang tertua segera bertindak, dan dengan terpaksa dia harus berbohong pada kedua orang tuanya dengan alasan bahwa dia dan kelima adiknya akan bermain bersama ke taman hiburan.
Karena ini hari minggu, tentunya Haein dan Baek Hyunwo mempercayainya, dan membiarkan keenam Putrinya itu untuk pergi dari rumah tanpa mengetahui tentang apa yang sebenarnya tengah terjadi.
Memasuki jalan tol, secara alami Zayyan dan Asashi menambah kecepatan laju mereka. Dan reflek, Chiquita mengeratkan cengkeramannya pada setiap sisi jaket kulit hitam yang Asashi kenakan.
"Yakh yang benar saja! Tidak bisakah dia memelan lajunya?! Bagaimana jika Canny jatuh! Dasar bajingan gila!"raung Rora yang pada kenyataannya masih bisa melihat pemandangan di kejauhan sana meskipun samar.
Memejamkan matanya sesaat, Asa memeluk bahu halus adiknya itu."Aurora, calm down, oke."
Melirik Asa, Rora mendengus."If my sister falls, I will drop them into the abyss!"