28. Just Breathe

777 131 32
                                    

Duduk di kursi taman sambil memainkan ponselnya, Rami tiba-tiba di kejutkan suara seseorang yang tiba-tiba terdengar di sampingnya.

"Bukankah kau Nona Rami Putri kelima dari Keluarga Baek/Hong?"tanya seorang guru wanita paruh baya yang tampak modis, menunjukkan senyuman penuh hormatnya, perlahan dia mendudukan diri di samping Rami.

Reflek Rami menoleh, tersenyum dia sedikit menggeser tubuhnya."Anda mengenal saya?"

"Tentu saja, memangnya siapa yang tidak mengenal keluarga anda Nona."diakhir katanya guru wanita itu terkekeh.

Rami tertawa kecil."Anda bisa saja."

"Oh ya, ngomong-ngomong kenapa anda disini, Nona? Apa mungkin, anda ingin meninjau sekolah kami untuk menjadi salah satu donatur disini?"tutur guru sang guru wanita dengan tatapan penuh harap.

Rami memaksakan senyumnya, lalu bergumam di dalam hatinya. Sepertinya dia belum mengetahui bahwa aku adalah Kakak Chiquita.

"Nona..."tegur sang guru pada Rami yang tetap diam.

Masih dengan senyumannya, Rami mengangguk kecil."Tampaknya seperti itu."

"Ah, kalau begitu anda bisa menanyakan apapun yang ingin anda tanyakan kepada saya, Nona. Karena kebetulan saya adalah wakil dari Kepala Sekolah di sekolah ini."tutur si guru wanita penuh semangat.

Rami melakukan gerakan berpikir, menyandarkan punggungnya, dia menyilangkan tangan di dada."Apa anda mengenal murid yang bernama Chiqi?"

"Chiqi?"guru itu mengerutkan keningnya."Apa itu Chiqi siswi kelas dua belas?"

"Hum....saya ingin tahu bagaimana tanggapan anda mengenai anak itu?"dengan ekspresi serius, Rami menatap guru tersebut.

"Menurut saya, dia adalah anak yang sedikit nakal."

"Nakal?"

"Ya, selain pandai berkelahi, dia sering membuat murid pria menangis. Dan apa kau tahu Nona, dia pernah menghancurkan kaca mobilku dengan bola, meskipun itu memang tidak di sengaja, tapi aku masih kesal padanya sampai sekarang. Terlebih lagi karena dia orang miskin, dengan terpaksa aku tidak meminta ganti rugi padanya."jelas guru tersebut dengan jujur.

Dan disisilain Rami hanya menganggukkan kepalanya, namun berbeda dengan isi hatinya yang pada kenyataannya ingin membela Chiquita.

Seharusnya....aku membawa Rora kemari.batin Rami yang agak menyesal karena tidak membawa Rora bersamanya juga.

Kring!!!

Bel tanda istirahat, akhirnya berbunyi.

Melirik Rami, dengan penuh hormat sang guru berkata."Nona, waktu istirahat sudah tiba, dan demi kenyamanan, sepertinya akan lebih baik jika kita melanjutkan obrolan di ruangan saya."

"Aku...."

"Aku lapar, ayo ke kantin."ajak Chiquita yang tiba-tiba datang dan berdiri di samping Rami.

Rami menoleh pada adiknya, tersenyum dia meraih tangan Chiquita."Oke, kajja."

Mengabaikan guru wanita yang tampak tertegun dengan wajah pucatnya, Rami dan Chiquita segera berlalu dari sana.

"Mereka memiliki hubungan?"cicit sang guru wanita sebelum jatuh pingsan.

***

Kantin.

Mengabaikan perhatian semua orang, yang pada kenyataannya tertuju pada Kakaknya, sambil mengunyah, Chiquita berkata pada Rami yang tengah meminum minuman dinginnya, di sampingnya."Apa kau tahu, ada banyak teman priaku yang meminta nomor ponselmu tadi."

JUST BREATHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang