25. Just Breathe

803 138 24
                                    

Mengenakan piyama tidur berbeda model, Rora beserta kelima Kakaknya terlihat berjalan beriringan bersama menuju kamar Chiquita.

Menghentikan langkah masing-masing tepat di hadapan pintu kamar si bungsu, diam-diam Rora menoleh pada kelima saudaranya."Unnie, jadi...siapa yang akan masuk?"

"Kau saja!"ucap Ruka dan yang lainnya serentak.

Terkejut, Rora reflek membulatkan matanya dan menunjuk dirinya sendiri."A...aku?"

"Ya...."Ruka dan yang lainnya mengangguk bersama.

Melihat hal ini, Rora mendengus kesal, dan mulai menggerutu."Seharusnya aku tetap tinggal di kamar tadi..."

Tersenyum lembut, Pharita menyentuh bahu Rora."Sayang, jadilah adik yang baik, hum?"

"Rita Unnie, apa itu berarti aku tidak pernah menjadi adik yang baik selama ini?"Rora memutar matanya malas.

Panik, Pharita segera melambaikan tangannya."Anieya, jangan salah paham...maksud Unnie, kau adalah adik yang baik yang harus menjadi adik yang lebih baik lagi, seperti itu."

Ruka dan yang lainnya hanya mampu mengulum senyum mereka. Menyiku lengan Rora yang masih memiliki ekspresi cemberut, Ruka bergumam."Cepat panggil Canny, aku benar-benar sudah lapar sekarang."

Rora mengernyit jengah, berbalik, dia mulai mengulurkan tangannya dan mengetuk pintu kamar Chiquita.

Tok!

Tok!

"Canny, waktunya makan malam!"seru Rora tepat setelah mengetuk pintu beberapa kali.

Hening, keenam gadis yang berdiri di depan pintu kayu putih mengkilap itu ,tidak mendapatkan jawaban sama sekali.

"Apa mungkin dia sedang mandi?"tebak Ahyeon sebelum menyisir rambutnya ke belakang.

Rami melirik Ahyeon sesaat, meluruskan pandangannya, Rami berkata."Coba sekali lagi, mungkin saja dia tidak mendengarmu tadi, Rora_ya."

"Baiklah.."dengan enggan Rora kembali mengetuk pintu, dan tepat di ketukan ketiga, pintu kayu putih itu tiba-tiba terbuka.

Cklek!

"Ada apa?"dengan ponsel yang dia sematkan di telinganya, Chiquita yang sudah berganti pakaian dengan piyama kuning cerah, akhirnya membuka pintu.

"Ah...makan malam sudah siap, dan Eomma meminta kami untuk memanggilmu."jelas Asa sambil tersenyum kecil.

"Hum..."dengan acuh tak acuh Chiquita mengangguk, berbalik, dia tiba-tiba berkata pada seseorang di seberang telepon, yang dimana itu di lakukan dengan nada manjanya."Unnie, aku akan menghubungimu lagi nanti, bye."

"......"

Tut!

Mengakhiri panggilan, setelahnya Chiquita berbalik. Namun, dia segera sedikit terkejut saat menemukan keenam saudaranya yang terlihat menguping dengan tubuh mengenyamping.

"Apa yang kalian lakukan?"tegur Chiquita.

Seketika keenam gadis itu tersentak, memaksakan senyum masing-masing, Ruka berkata."Kajja Canny, Eomma pasti sudah menunggu kita."

Chiquita tidak mengatakan apapun dan hanya menghela nafasnya. Menatap ponselnya sesaat, selanjutnya dia berjalan lebih dulu melewati Kakak-kakaknya.

"Yakh! Aku tidak bisa menerima ini!"seru Rora menunjukkan raut kesal tepat setelah kepergian Chiquita.

"Wae geurae?!"sungut Ruka yang cukup terkejut dengan teriakan adiknya itu.

Cemberut, Rora melirik Ruka."Chiquita memanggil orang lain Unnie, tapi tidak dengan kita!"

JUST BREATHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang