22

710 114 13
                                    

Ke-enam gadis terlihat menikmati makanannya masing-masing di tengah hiruk pikuk kantin yang terdengar berisik itu, tanpa pembicaraan yang mengundang tawa seperti biasa.

Kecuali seorang gadis yang bahkan hanya mengaduk sendoknya dipiring miliknya yang berisi soto dingin. Karena sedari tadi ia hanya memainkannya, tidak memakannya sama sekali.

Teman-temannya yang melihatnya, merasa kasihan, namun mereka tak enak menegurnya. Ia terlihat melamun sambil terus memainkan makanan miliknya.

"Kak Indah.." panggil Ashel sambil menepuk pundaknya.

"Eh? Iya kenapa?" Sahutnya dengan wajahnya yang terlihat linglung.

"Makan kak.. Kita pulang sekolah sampe sore loh, kakak harus makan walaupun sedikit" ucapnya.

"Iya kak, aku suapin ya? Mau gak?" Tawar Marsha.

Mau tak mau Indah mengangguk, Marsha mulai mengambil alih sendok yang dipegang Indah. Menyuapkan perlahan makanan soto milik Indah itu.

Suapan demi suapan ia berikan setelah beberapa kali Indah selesai mengunyah makanan dimulutnya.

"Udah Sha.. Makasih ya.. Aku udah kenyang"

"Loh? Baru 5 suap kak.. Beneran udah kenyang?" Tanya Marsha.
Indah mengangguk sebagai jawaban.

"Kak.. Sebenernya kak Oniel kenapa? Aku ingin bertanya, tapi sepertinya kakak gak mau bicara sama sekali" ucap Freya.

Indah terlihat menghela nafasnya, "tapi kalo kakak gak bisa ceritain, gak papa kak.. Jangan memaksakan diri" timpal Fiony yang merasa tak enak karena pertanyaan Freya tadi.

"Semangat ya kak.. Kita ngerti kok, tapi seenggaknya biarin kita bantu kakak" _ Ashel.

"Iya kak.." Kathrin menambahkan.

"Huft.. Kemarin aku minta putus sama Oniel, abis itu aku pulang meninggalkan Oniel..

"Iya, aku tahu, lalu.." potong Freya.

Indah menghela nafas, rasanya berat menceritakan kejadiannya.

*Indah POV

*Flashback On

Aku menangis sepanjang perjalanan pulang, hatiku rasanya sakit entah kenapa, padahal aku seharusnya mempercayainya tapi foto itu..

Sesampainya di rumah, aku berlari menuju kamarku untuk mengurung diri. Orang tuaku sedang berada di kantor seperti biasa, itulah kenapa aku sangat senang dengan keberadaan Oniel di dekatku.

Sekitar 2-3 jam aku terus menangis karena aku sendiri tak ingin hal seperti ini terjadi. Saat sedang terdiam..

Tiba-tiba ingatanku tentang masalah yang serupa pun bermunculan.

Astaga aku lupa.. Sehumoris apapun Oniel, dia tetaplah Oniel yang rapuh jika masalahnya bersangkutan dengan hubungan kita. Terakhir kali ia menyayat tangannya di depanku, agar aku memaafkan dan tidak meminta break.

Aku pun kembali bergegas ke luar, ini sudah hampir gelap, aku tak memikirkannya, yang kupikirkan Oniel pasti sudah melakukan sesuatu untuk melukai dirinya sendiri.

Aku terus menginjak pedal gas mobilku untuk segera sampai ke cafenya, namun saat melihat taman yang menjadi awal mula pertemuan kita, membuatku ragu untuk melanjutkan laju mobilku, aku memilih berdiam diri sejenak di taman itu. Memarkirkan mobilku. Kemudian berjalan-jalan mengelilingi sekitaran.

Sampai ke sebuah kursi putih yang berada tepat di tengah taman, dengan pemandangan air mancur di depannya, aku memutuskan untuk mendudukan diriku sejenak, lama kelamaan, lamunanku, kebimbanganku, rasanya ingin menangis sekarang. Kebetulan di sana tak ada orang, jadi aku memilih mengeluarkan perasaanku yang terasa campur aduk sekarang. Suasana yang hening memang selalu membuatku sedikit tenang walaupun aku menangis terlebih dahulu di sana.

Cat LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang