“Sudah kubilang biarkan dia pergi.” Setelah melihat orang lain tidak mendengarkannya, Babe segera mencengkeram leher Billy dan berbalik untuk menciumnya. Sebelum melepaskan tubuh jangkung itu bebas sementara tangan kurusnya masih membelai lembut leher Billy, untuk membuatnya sedikit tenang, "Cukup, dia hanya pemabuk.”
“Suruh temanmu keluar dari sini, sebelum lengannya benar-benar patah,” teriak Yai di hadapan orang-orang asing yang langsung datang mencari masalah itu, kemudian Yai melemparkan kartu namanya ke tanah. “Sedangkan kamu, kamu bisa menelepon ayahmu jika ingin menuntut kami.” Tunjuk Yai pada pemuda bernama Akk itu.
"Napakrit Phanwihok, dia bermarga Phanwihok." Salah satu dari empat orang yang berdiri membungkuk untuk mengambil kartu nama yang dilemparkan Yai kepadanya dan dibaca sebelum terkejut melihat nama di kartu itu.
"Natee, bawa dan seret mereka pergi," perintah Billy dengan suara tenang, matanya masih tak beranjak dari wajah manis Babe di hadapannya itu.
"Baik Boss," Natee dengan cepat menerima perintah itu. Tak lama kemudian kelima orang itu dibawa keluar dari klub.
“P’Yai, sepupumu tidak akan pulang malam ini. Kamu dan Talay bisa pergi." Setelah menjauh dari para pembuat onar, Billy segera berbicara kepada Yai.
"Ha! Tunggu, kapan aku memberitahumu bahwa aku tidak akan pulang?" Babe bertanya dengan kaget.
“Kita perlu waktu untuk berbicara. Tolong beri waktu untukku, dan P’Yai aku sendiri yang akan mengantarnya pulang, jadi jangan khawatir." Sosok jangkung itu membawa Babe ke dalam pelukannya sendiri sebelum memberitahu Yai apa yang ingin dilakukannya. Sosok jangkung itu kemudian menarik Babe untuk mengikutinya ke atas di tengah-tengah Babe yang masih terlihat kebingungan.
Ketika mereka sampai di kantor Billy, dia langsung memojokan Babe pada tembok dan mencium bibir Babe begitu cepat hingga Babe menjadi lengah. Sebuah tangan kecilnya mencoba memukul dada Billy sebagai protes agar orang lain melepaskannya, namun Billy menolak untuk melepaskan ciumannya sehingga dia mulai tidak bisa bernapas , namun tangannya yang kuat masih memeluk pinggang Babe. Billy menarik pria yang lebih kecil itu untuk duduk di atas pangkuannya yang kuat, dia menggunakan tangannya yang kuat untuk mengunci pinggul pria yang lebih kecil itu, mencegahnya untuk bangkit dan melarikan diri.
"Kamu...oh tunggu, tunggu sebentar, apakah kamu mabuk?" Babe sangat kaget dengan posisi duduk dekat seperti ini hingga dia tidak bisa berbicara. “Apa kamu mau aku memukulmu?”
"Aku tidak mabuk," jawab Billy dengan nada kesal.
“Kalau begitu turunkan aku dan ayo kita duduk dan ngobrol santai.” Babe mencoba bangkit dari pangkuan Billy lagi.
"Berhentilah meronta," perintahnya sambil menatap wajah Babe lagi. Mata Babe dipenuhi dengan pertanyaan 'Kenapa dia?'
“Ada apa denganmu?” Ketika Babe tidak bisa lolos dari Billy, dia setuju untuk duduk diam dan membiarkan sosok jangkung itu bertanya.
“Kamu tidak begitu menyukaiku?” Nada yang awalnya kesal berubah menjadi nada lembut. Sepertinya sosok jangkung itu juga takut dengan jawaban dari mulut Babenya. Karena begitu dia selesai bertanya, dia langsung menundukkan kepalanya dan menghindari pandangan orang yang ada di pangkuannya.
"Hei! Ada apa denganmu? Angkat kepalamu dan bicaralah dengan baik-baik." Babe mengangkat wajah orang itu agar bisa mendongak dan menatap matanya lagi. "Katakan baik-baik, ada apa? Apakah kamu mabuk dan menangis seperti anak kecil?”
“Aku bilang aku tidak mabuk,” Billy langsung membantah ketika dirinya sendiri kembali dituduh mabuk.
"Benar kamu tidak mabuk? Ini ketiga kalinya aku bertanya.” Tangan kecil itu masih menangkup pipi Billy itu sebelum bertanya lagi.
"Cemburu." Begitu Babe mendengar jawabannya dia hampir tidak bisa menahan tawanya, "Tetapi aku tidak tahu harus berbuat apa.”
“Kamu sangat ingin berkencan denganku ya?” Babe segera berubah dari membelai pipinya menjadi menggoda dagunya yang runcing.
“Aku serius. Berapa lama kamu akan percaya padaku?” Melihat orang lain masih mencoba menggodanya. Pria besar itu memarahi dengan serius.
"Bagaimana aku harus mengatakannya? Aku tidak membencimu." Ketika Babe mulai dimarahi, pria kecil itu mulai menjawab dengan serius juga. "Tetapi aku belum pernah memiliki perasaan terhadap seorang pria sebelumnya.”
"Lepaskan perasaanmu. Dengarkan detak jantungmu sendiri.” Billy menggunakan jarinya yang ramping dan indah untuk menunjuk lokasi jantung orang di pangkuannya.
"Aku tidak berani…." Babe langsung mengakui, "Uh...ummmmm.”
Mendengar jawaban berani pihak lain, lengan kekar Billy meraih leher Babe dan menariknya kemudian menciumnya lagi untuk membungkam pria kecil yang ragu-ragu itu sebelum bibir lembut itu bisa berkata apa pun untuk membuatnya semakin merasa mesra. Ciuman ini begitu lembut sehingga Babe terasa seperti melayang di atas awan. Kepalanya benar-benar putih, seolah dia tidak pernah memikirkan hal apa pun yang dia khawatirkan. Saat disambut dengan begitu manisnya kedua tubuh itu nyaris melebur di atas sofa panjang. Babe membalas ciuman Babe tanpa rasa malu. Hal ini menyebabkan Billy menyerbu rongga manis mulutnya tanpa bisa ditahan. Secara bertahap Billy menarik diri dari bibir merah jambu yang kini mulai berubah warna menjadi cherry. "Biarkan aku menjadi orang yang memberimu keberanian.”
…….🐺🍑……
Billy yang cemburu itu imut, setuju gak? Wkwkwk
Ayok readers yang mau dukung author bisa kasih traktiran di traktikID atau bisa DM IG Ueekhun yah.
Dan kami juga punya work baru, silahkan mampir, akhir kata terima kasih.
Thanks to,
All readersRegard U parin & Uee Khun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sign (Billy × Babe) Short Fanfiction
FanfictionIni adalah kumpulan fanfiction Billy Babe, cerita ini mungkin ada yang terinspirasi dari moment mereka atau diambil dari kisah didunia nyata yang aku buat ke dalam cerita. silahkan menikmati.