Dua pemuda tampan berpegangan tangan sambil berjalan menyusuri pantai. Uh... meski kedengarannya agak aneh, tapi ini tidak membuat mereka malu satu sama lain. Yang terpenting, kemana pun mereka berjalan, orang akan melihat ke arah mereka. Tapi tak apa, Babe merasa bangga karena orang yang menggenggam tangannya itu adalah orang tampan dan kaya raya, jadi dia bisa pamer tanpa rasa malu karena ibunyapun juga sudah memberi lampu hijau.
“P’Ly…apakah kamu diam-diam telah menyuap Mae-ku dengan sesuatu?” Saat kami berjalan, Billy memegang lengannya dan Babe langsung bertanya apa yang membuatnya penasaran. Sebenarnya Babe tidak mau curiga, tapi rasanya aneh kenapa tiba-tiba saja ibunya sangat mendukungnya.
“Kenapa aku harus menyuap Mae-mu?” Pria jangkung itu berhenti berjalan dan segera berbalik bertanya padaku.
"Siapa yang tahu?" Itulah sebabnya Babe penasaran kenapa Billy harus menyuap ibunya.
"Coba pikirkan sekali lagi. Anggaplah kamu berperan sebagai Mae-mu. Dan cobalah lihat apakah ada alasan untuk tidak menginginkanku sebagai calon menantunya." Babe mencoba memikirkan apa yang dikatakan Billy dan itu benar. Siapa yang tidak akan menyukai Billynya?
"Itu dia. Siapa yang tidak menyukaimu? Kamu tampan dan kaya. Rumahmu bukan rumah biasa, dan kamu dengan mudah bisa mendapatkan sesuatu apa yang kamu inginkan.”
"Tampan dan kaya. Tapi milikku juga besar, bukankah kamu juga sudah merasakannya." Sosok jangkung itu membungkuk dan berbisik, memamerkan kualitas hebatnya dengan wajah menggoda.
Orang gila macam apa dia yang bisa berbicara hal seperti itu tanpa merasa malu? Pikir Babe.
“Ya, kamu sangat hebat, aku tidak ingin berbicara denganmu lagi.” Setelah mengatakan itu, Babe segera lari menjauh dari Billy. Dia juga mengejar Babe, sehingga mereka saling berkejaran beberapa saat sebelum Babe duduk sambil terengah-engah di pantai di dekat hotel. "Aku lelah. Bolehkah aku tidur?”
"Apa kamu ingin tidur di sini? Ayo tidur di kamar hotel." Pria jangkung itu bertanya begitu dia melihatku duduk di atas pasir.
"Tidak mau. Mumu Krub, bisakah kamu membiarkanku berbaring di pangkuanmu?" Babe memohon pada orang yang berdiri di sampingnya dengan tatapan memohon. Sosok tinggi Billy yang tadinya masih berdiri itu kini duduk di sebelah Babe yang duduk diatas pasir. Jadi Babe segera berbaring dan meletakkan kepalanya di pangkuan Billy sambil memandangi laut di depannya dengan suasana hati yang baik. Memandangi laut dalam waktu yang lama, ditambah angin sejuk yang menimpanya itu mampu menghipnotis Babe hingga ia benar akan tertidur di pangkuan Billy.
"Kamu akan tidur sekarang? Ayo tidur di kamar." Setelah duduk beberapa saat, Billy mengajak Babe kembali ke kamar lagi karena dia melihat Babe tertidur di pangkuannya.
“Ayo, aku sangat mengantuk.” Babe melakukan apa yang dikatakan sosok tinggi itu tanpa ragu. Sebelum berpegangan tangan, mereka masuk ke hotel untuk kembali ke kamar. Namun di tengah perjalanan, mereka kebetulan melewati Khun Krit dan sekelompok fotografer senior, jadi Babe mengajak P'Ly untuk berjalan mendekat dan menyapa mereka bersama.
"Sawasdee Krub." Billy menyapa semua orang dengan acuh tak acuh.
“Apakah kalian sedang membicarakan pekerjaan?” tanya Babe berusaha mengalihkan suasana, pasalnya ketika Billy menyapa dengan sapaan acuh tadi suasana disini seperti kuburan.
"Ya, kami baru saja selesai menyiapkan lokasi pemotretan. Dan, apakah kalian berdua sudah makan sesuatu? Apakah kalian mau pergi makan bersama kami?" Khun Krit menjawab sebelum mengajak kami makan bersama. Tapi sudahlah, kini rasa ngantuk sudah menguasai Babe, jadi Babe tidak ingin pergi ke manapun. Yang ada di pikiran Babe hanyalah tempat tidur saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sign (Billy × Babe) Short Fanfiction
FanfictionIni adalah kumpulan fanfiction Billy Babe, cerita ini mungkin ada yang terinspirasi dari moment mereka atau diambil dari kisah didunia nyata yang aku buat ke dalam cerita. silahkan menikmati.