Love Sign (Part. 21)

241 28 2
                                    

Setelah mencium Babe hingga puas, Billy melihat bibir bengkak milik Babe dengan rasa puas juga.

“Apa yang sedang kamu lakukan?” Tiba-tiba terdengar suara keras Babe.

“Ciuman sebagai hukuman untukmu,” jawab Billy santai.

“Aku tidak melakukan kesalahan, kenapa aku harus dihukum?” Babe protes pada Billy.

“Kamu melakukan kesalahan, kamu tidak boleh menjawab telepon sama sekali.” Begitu pria jangkung itu selesai berbicara, Babe menatap wajah pria itu dengan tatapan tidak percaya.

"Ya! kamu yang menyuruhku mengangkatnya sendiri." Babe makin protes pada Billy, pria jangkung itu memang suka seenaknya sendiri. "Kalau begitu, biarkan aku pulang sekarang.”

“Oi oi oi, biarkan sepupuku pulang sekarang. Apa-apaan ini? Kenapa kamu memegang sepupuku begitu erat?" Saat keduanya sedang berdebat, tiba-tiba Yai dan Talay masuk ke kantor Billy tanpa permisi sebelum Yai berteriak.

"Kamu telat P’Yai. Kalau kamu benar-benar peduli padaku, kamu tidak akan membiarkan aku bermalam disini." Babe mengerucutkan bibir ke arah kakak sepupunya karena kesal. Setelah itu, mereka mendengar tawa dari Billy dan Talay dengan lantang penuh kepuasan. “Tolong lepaskan aku. Aku harus pergi bekerja.”

"Oh, benar, aku lupa. Bibi memintaku untuk memberitahumu bahwa butik Khun Kris tidak bisa menghubungimu. Jadi dia menghubungi Bibi untuk memberitahumu tentang acara runwaynya. Coba hubungi dia, apa kamu tidak mau belajar darinya?" Yai sepertinya baru teringat dengan apa yang dipesan oleh bibinya, maka dia pun segera menceritakannya kepada sepupunya itu.

“Oh ya, aku mau hubungi kantor dulu.” Babe Selesai berbicara dan mengambil ponsel di meja pria jangkung itu dan berlari keluar ruangan.

"Oi!! Lalu pergi begitu saja?” Billy melihat ke orang yang berlari keluar dengan bingung.

"Biarkan sepupuku pulang. Jadi bagaimana ini...jadi kalian berdua sudah berkencan?” Yai dengan cepat menanyakan apa yang ada dalam pikirannya.

"Eu…. apa kalian sudah berkencan?" Talay juga bertanya-tanya.

“Entahlah, tapi aku sudah memberitahu perasaanku padanya.” Pria jangkung itu bangkit dari kursi kantornya dan berjalan untuk duduk di sofa dan membalas pertanyaan dari teman-temannya dengan sikap santai.

“Itu tergantung jawaban dari Babe dan status kalian berdua.” Talay mengangguk mengerti sebelum duduk di sofa yang sama dengan Billy.

"Yah, itu terserah padanya.”

“Memang benar Babe itu suka dimanjakan. Tapi dia bukan orang manja. Apalagi sekarang dia ingin mengejar mimpinya. Memenangkan hati Babe seharusnya tidaklah sulit. Selama kamu siap mendukungnya dalam apa pun yang dia ingin lakukan, maka kamu bisa berada di hatinya." Yai menggambarkan kepribadian sepupunya sendiri dengan penuh kasih sayang.

Setelah itu mereka bertiga langsung mengganti topik dan berbincang serius mengenai kasus yang mereka bertiga selidiki untuk menbantu pamannya.

.
.

Setelah Babe kembali ke rumah, dia segera berlari ke kamar tidurnya untuk mandi dan berganti pakaian sebelum menelepon untuk berbicara dengan pemilik butik tempatnya ingin bekerja. Ketika pekerjaan sudah disepakati, Babe langsung menutup teleponnya. Babe menjatuhkan dirinya ke tempat tidur, siap untuk tertidur. Namun ponselnya yang tipis dan mewah itu bergetar lebih dulu. Dia segera mengangkatnya untuk melihat siapa yang menelepon sebelum mengetahui bahwa yang menelepon adalah Heng, seniornya sendiri, maka ia segera menekan untuk menjawab telepon.

“Halo.”

(Bev, apa yang terjadi padamu tadi pagi? Tiba-tiba teleponmu mati. Aku sungguh khawatir.) Suara di seberang telepon langsung terdengar setelah beberapa detik Babe menjawab teleponnya.

"Maafkan aku, P’Heng. Aku mendapat panggilan darurat mengenai pekerjaan, jadi aku menutup telepon tersebut. Aku minta maaf karena telah membuat Phi khawatir.” Babe terpaksa berbohong.

(Syukurlah, kalau tidak terjadi apa-apa, aku lega.) Heng sangat menghormati juniornya itu, meski dalam hatinya dia masih merasa ada sesuatu yang terjadi pada junior kesayangannya (Kalau begitu aku akan tetap pergi makan bersamamu malam ini. Aku akan menelepon dan meminta izin pada ibu mu.)

"Eh!” Babe sedikit ragu untuk menjawab. Dia tidak tahu mengapa Heng mencoba mendekatinya akhir-akhir ini. Namun ketika dia melakukan hal ini, Babe merasa tidak nyaman. “Apakah P'Heng punya urusan mendesak denganku? Hari ini Bev sudah punya janji.”

(Aku punya sesuatu yang ingin aku diskusikan denganmu. Tapi jika tidak bisa, tidak apa-apa. Kita bisa membuat janji lain kali.)

“Aku tidak tahu kapan ada waktu luangnya, P'Heng. Karena saat ini aku sedang bekerja di sebuah Butik." Babe mencoba mencari cara untuk menolak orang lain dengan sopan.

( Tidak apa-apa, Phi tunggu Babe punya waktu luang, dan kita dapat membuat janji lagi.)

"Iya, P’Heng. Sekarang aku tutup teleponnya." Babe hanya bisa menjawab sebelum meminta untuk segera memutuskan panggilan dengan seniornya. Babe merasa dirinya sedang dikuntit dan ada pula perasaan yang menyuruhnya menjauhkan diri dari seniornya itu.

Babe mempunyai satu kebiasaan buruk, yaitu ketika ia mempunyai teman atau kenalan, ia akan memberikan hatinya kepada orang-orang itu semaksimal mungkin. Namun ketika seorang teman tidak setia padanya, jika dia tidak mengetahuinya, wajar jika dia tetap berteman, tetapi jika orang itu mencoba menunjukkan dirinya yang palsu itu, dia akan segera menjauhkan diri dari teman atau orang tersebut.

…….🍑🐺…….

Author note,

Hai readers sorry baru update lagi, sedang sibuk dengan kantor baru hehe.
Yang request P'Heng mana suaranya? Sesuai janji dia tetap akan muncul disini ya, dan nanti juga kasus kriminalnya bakalan muncul, yang penasaran mana suaranya? Wkwkwk

Yang mau traktir aku, masih ditunggu di TRAKTIRID yah, atau kalau yang kurang paham bisa DM di IG ku (UeeKhun).

Thanks to,
U parin,
Janejakarin yang udah ngasih traktiran,
All readers.


Love Sign (Billy × Babe) Short FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang