Love Sign (Part. 25)

329 40 4
                                    

Setelah selesai makan, Babe menyuruh Billy untuk pulang terlebih dahulu. Sebenarnya dia ingin menghabiskan waktu dengan teman-temannya terlebih dulu, sebelum pergi ke tempat Billy lagi, dan Billy menyetujuinya. Kini hanya ada Babe dan kedua teman dekatnya di restoran tersebut.

"Bagaimana kabarmu dan dia? Apakah kalian sudah jadian?” Ice teman Babe bertanya.

"Kamu meminta Babe untuk menceritakan hal privasi padamu? Apakah kamu sudah lama berteman dengannya?” Poom berkata untuk mengerem teman dekat lainnya sebelum melontarkan pertanyaan.

“Memangnya kenapa?” tanya Ice heran.

“Oi, aku tidak apa-apa.” Babe menjawab lebih dulu, menyebabkan kedua temannya hanya terkesiap.

"Dan kamu baru saja mengatakannya dengan cara yang begitu mudah?" Poom bertanya sambil mengangkat alisnya tak percaya. Pasalnya walau mereka berteman, tapi Babe jarang sekali bercerita tentang masalah asmaranya.

"Yah, kalian bertanya padaku," jawab Babe dengan suara tenang.

"Kamu tidak bermaksud mengerjai kami kan?" dia bertanya lagi.

“Jika kamu mengerjai kami, awas saja.” Sebuah senyum muncul di sudut mulut Babe untuk menjawab teman-temannya. Ya, itulah kenyataannya. Jika dia mengerjai teman-temannya atau bahkan berbohong, teman-temannya pasti akan mengerjainya balik, jadi lebih baik dia berkata jujur.

“Jadi bagaimana dengan hubungan kalian? Ayo cepat katakan.”

“Yeah aku tahu tampaknya Billy seperti orang yang kasar, dia selalu melakukan apapun semaunya sendiri, aku kasihan padamu jika kamu harus bersama dengannya.”

“Ya, aku setuju dengannya, tapi walau dia orang yang kasar, aku yakin itu hanya sisi luarnya saja. Yang aku lihat dia sangat menurut padamu Babe. Jadi bagaimana, apakah dia sudah mengatakan perasaannya padamu?” Poom berkata.

"Dia bertanya setiap hari. Tapi aku masih belum berani mengatakan iya.” Jawab Babe jujur. Bukannya Babe tidak menyukai Billy, tapi dia takut harus menjawab pertanyaan orang tuanya nanti kalau mereka berpacaran, karena dia pacar pertama Babe. Jadi Babe pikir dia perlu waktu untuk menerima itu semua.

"Apakah kamu benar-benar menyukainya? Awalnya aku takut dia akan menipumu, tapi sekarang aku kasihan padanya yang datang menemuimu setiap hari. Apakah kamu hanya main-main dengannya?”

"Siapa bilang aku tidak menyukainya?! Jika aku tidak menyukainya, mengapa aku berhubungan seks dengannya. Aku hanya tidak tahu bagaimana cara memberitahu orang-orang di rumahku, itu saja." Aku dengan gugup mengatakan kepadanya apa yang kupikirkan.

"Jadi kamu sudah melakukan seks denganya? Bagaimana dia? Hebat ti.... ummm!!!" Poom membekap mulut temannya yang mulai mengatakan hal yang melantur.

"Nah... jika kamu sudah punya kekasih, harusnya kamu bilang pada orangtuamu." Poom menasehati lagi.

"Iya, aku tahu," jawab Babe.

"Khun, apa yang Anda lakukan berdiri di sini? Apakah Anda di sini menunggu Khun Babe?” Suara lantang pegawai itu membuat kami bertiga langsung menoleh untuk melihatnya dan melihat Billy berjalan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun, apakah dia mendengarkan ucapan Babe dengan teman-temannya tadi?

"Shia!!! Apa Billy mendengar percakapan kita? Cepat kejar dan jelaskan padanya Babe.” ​​Setelah Poom selesai berbicara, Babe segera berlari mengejar sosok tinggi itu. Namun ia tidak bisa mengejarnya karena sosok tubuh jangkung sudah melaju dengan mobilnya.

"Khun Babe? Khun Poom meminta Saya untuk memberikan kunci mobilnya kepada Anda." Pegawai restoran itu segera menyerahkan kunci mobil kepada Babe.

Babe segera mengambil kunci mobil dari tangan pegawai itu dan segera berjalan menuju parkiran mobil sebelum melaju menuju klub milik Billy untuk mengejarnya.

Love Sign (Billy × Babe) Short FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang