Babe terbangun dengan muka yang masih mengantuk, dia mengulurkan tangannya untuk menghilangkan rasa kaku di tubuhnya. Tak lama kemudian, mata besar itu langsung mencari pemilik kamar tersebut karena saat ini hanya dialah satu-satunya yang tinggal sendirian di kamar tidur tersebut.
“Kemana dia pergi?” Babe berusaha keras untuk turun dari tempat tidur karena pinggulnya masih sakit setiap kali bergerak, tetapi dia harus berusaha keras untuk mencapai kamar mandi karena dia tidak mampu menahan rasa lapar di perutnya lagi. Babe selesai mencuci muka dan matanya langsung pergi menggeledah lemari pemilik kamar sebelum dikejutkan oleh isinya, kemeja hitam, kaos hitam, celana hitam, dan hampir seluruhnya hitam di dalam lemari. Apakah hidupnya hanya ada warna hitam? Selesai menggerutu dalam hatinya, mau tidak mau dia mengulurkan tangannya dan mengeluarkan kemeja sebesar raksasa itu, sebelum perlahan berjalan menuju pintu yang terhubung dengan kantor pria jangkung itu. Tangan kurusnya secara bertahap mengulurkan tangan, dia membuka pintu sedikit, sebelum dengan lembut membukanya. Dia mengintip sedikit untuk memeriksa siapa yang ada di ruangan itu sebelum melihat bahwa hanya ada sosok jangkung yang duduk di depan meja, tengah bekerja sendirian, dan tak lama kemudian sosok jangkung itu menyadari bahwa dia sedang diawasi.
“Apa yang diam-diam kamu lihat?” Orang yang tertangkap basah sedang mengintip itu berjalan ke arahnya dengan ekspresi canggung karena dia masih malu dengan apa yang terjadi dan sosok jangkung itu masih tetap tenang seperti tidak terjadi apa-apa diantara mereka.
“Aku hanya meminjam bajumu,” kata Babe sambil menunjuk kemeja hitam yang dikenakannya. Pria jangkung itu hanya mengangguk dan berkata,
"Kemarilah," sebelum memberi isyarat agar Babe berjalan ke arahnya sementara dia sendiri mendorong kursi yang didudukinya menjauh dari meja agar dia bisa berbalik dan berbicara dengan sosok yang kini berjalan dan berhenti di sampingnya. Lengannya meraih pinggang kurus Babe dan mengangkat orang itu untuk duduk di pangkuannya. “Chu!!!”
"Apa sih yang kamu lakukan? Jika ada yang masuk dan melihat bagaimana?" Babe mengeluh sambil segera mengangkat tangan untuk menangkup pipi orang yang telah mencuri ciuman darinya itu.
“Tidak ada yang akan masuk tanpa dipanggil. Apakah kamu sedang ‘lapar’?" Billy mengatakan kata lapar sambil menaik turunkan alisnya.
Babe berapa kali harus mengatakan bahwa dia sangat malu. Hei, meskipun dia laki-laki, bagaimana dia bisa segampang ini? Bayangkan jika ada seorang wanita yang tahu dengan keadaanya saat ini, pasti dia akan sangat malu.
“Siapa yang menyuruhmu bicara seperti itu? Aku jadi merinding.” Meski malu, siapa yang akan rela kehilangan harga dirinya.
"Hah, kenapa merinding? Bukankah ini lebih menggetarkan?" Tawa nakal Billy membuat Babe langsung sadar kalau saat ini dialah yang berada di posisi tidak aman, jadi dia harus mengesampingkan egonya dulu daripada dia harus mati kelaparan, lapar yang benar-benar lapar butuh makanan.
"Cukup, aku lapar. Bisakah kamu membantuku mencari pakaian yang pas? Atau celana?" Babe meraih tangan orang yang membelai pahanya dan segera menghentikannya.
"Tunggu dulu….. bisakah kita seperti ini dulu, Hmm!!!! Billy tetap menolak membiarkan lawan bicaranya turun dari pangkuannya bahkan menggoda pria lapar itu hingga membuatnya cemberut.
Babe menghela nafas berat pada orang di depannya. Orang macam apa dia yang tidak tahu emosi orang marah atau sedang kelaparan? Benar-benar memilukan. Tangan Billy masih terus membelai paha mulus Babe yang terlihat karena dia hanya memakai kemeja kebesaran milik Billy. Alis tipis orang di pangkuannya berkerut sampai lelaki yang lebih tua itu menyadarinya.
“Ayolah, kita bermain sebentar, kalau tidak aku tidak akan membiarkanmu makan.”
"Aku lapar sekali. Apa kamu paham dengan kata lapar?" Dari duduk diam, kini lengan Babe mulai bergerak ke atas dan melipat di depan dada untuk memberitahu lawan bicaranya bahwa dia tidak sedang bermain-main.
"Panggil aku Phi dulu," dia terus menawar.
"Bolehkah aku memanggilmu Mumu? Memanggil Phi terasa aneh. "Kapan aku bisa makan?”
"Itu lucu. Jadi panggil aku jika kamu pandai dalam hal itu."
Hei….Mengapa jadi seperti ini? Kenapa Billy jadi seperti addict jika Babe memanggilnya dengan panggilan yang lucu itu.
"Mumu yang terbaik. Tapi sekarang aku lapar." Sial! Babe sendiri malu mengatakannya. Malu sekali rasanya sampai panas di sekujur wajah dan tubuhnya. Setelah mendengar jawaban yang memuaskan itu, Billy setuju untuk membiarkan orang lain bebas. Dan ketika Babe sudah lepas dari pengekangan itu, ia langsung bergegas menuju ke piring spageti yang ditaruh di atas meja di sofa panjang tengah ruangan.
Akhirnya dia bisa makan juga!!!
……..🍑🐺…….
700 word dulu chapter ini deh, masih kena karma karena bikin NC kemarin hahaha
Yang mau suport dengan traktir aku, bisa ke traktirID link di BIO yah, kalau gak paham coba klik dulu biar paham suport akutuh gimana atau bisa tanya² di DM IG ku ueekhun, lets be friend!!!
Thanks to,
U parin as patner crime,
All readers.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sign (Billy × Babe) Short Fanfiction
FanfictionIni adalah kumpulan fanfiction Billy Babe, cerita ini mungkin ada yang terinspirasi dari moment mereka atau diambil dari kisah didunia nyata yang aku buat ke dalam cerita. silahkan menikmati.