4. Calon Suami

684 53 13
                                    

"Nggak ke kantor?" tanya pria paruh baya kepada anak laki-lakinya yang kini nampak uring-uringan di atas sofa dengan hanya mengenakan celana boxer hitam selutut juga kaos hitam yang melekat di tubuhnya.

Pagi ini Jeraldo benar-benar di serang rasa malas rasanya. Dirinya hanya terus rebahan di atas sofa dengan kucing ras berbulu lebat dan berwarna putih yang kini ia peluk.

"Pah," panggil Jeraldo, kini merubah posisinya menjadi duduk.

Jeffry papah Jeraldo juga ikut mendudukkan dirinya di sofa seberang dengan segelas kopi di tangannya.

"Hm,"

"Dulu waktu papah luluhin bunda gimana?" tanya Jeraldo. Sambil membelai lembut kepala kucing yang kini juga pindah duduk menjadi di pangkuannya.

Bukannya langsung menjawab, Jeffry justru menyeruput kopinya terlebih dahulu dengan nikmat. "Papah kejar terus, papah pantang menyerah pokoknya. Kalau kata mudah anak jaman sekarang, papah itu full effort ke bunda kamu," lanjut Jeffry kemudian terkekeh pelan.

"Bunda dulu galak nggak?" tanya Jeraldo lagi kini beralih menatap Jeffry serius.

"Nggak." Jeffry kembali menyeruput kopi di gelasnya. "Kan kamu tau sendiri istri papah itu lemah lembut."

Jeraldo kembali menerlentangkan tubuhnya di atas sofa, entah kenapa hari ini ia benar-benar malas.

"Kenapa tiba-tiba nanya gitu?" tanya Jeffry sambil terkekeh.

Jeraldo memayunkan bibirnya sambil melirik ke Jeffry. "Malah ketawa," dengus Jeraldo.

"Anak nya om Haris galak ya?" tebak Jeffry seperti tahu maksud dari awal pertanyaan putra nya tadi.

Jeraldo menggelengkan kepalanya, sambil mengangkat kucing di atas dadanya. "Ngga, malah Jeral suka," jawab Jeraldo kemudian tersenyum sendiri.

Jeffry manggut-manggut saja, melihat reaksi Jeraldo sepertinya ia tidak perlu khawatir apa-apa. "Sudah sampai tahap mana?" tanya Jeffry penasaran.

"Belumlah, Pah," jawab Jeraldo, kemudian mencium gemas kucing putih ini yang sedari tadi bersamanya. "Masih proses," sambungnya.

"Papah ngerti. Jadi secara nggak langsung udah suka ya?"

Jeraldo langsung menatap ke arah Jeffry, terdiam mencerna pertanyaan papahnya barusan, dan beberapa saat kemudian mengangguk-angguk mantap. "Iya."

"Udah suka lama atau baru aja?" goda Jeffry.

"Nggak boleh kepo," jawab Jeraldo dengan santainya.

Jeffry terkekeh pelan, anak muda ini ada-ada saja jawabannya kalau di tanya.

"Cowok itu harus full effort," ujar Jeffry memberitahu. Kebanyakan anak muda jaman sekarang itu penasaran di awal.

"Iya," jawab Jeraldo. Bangkit dari atas sofa dengan menggendong kucingnya. Kucing ini nampaknya tidak pernah melepaskan diri dari Jeraldo. "Hari ini Jeral nggak ke Kalimantan dulu ya," lanjut Jeraldo, sebelum akhirnya melenggang pergi menuju lantai dua.

***

"Shiro," panggil Jeraldo, bukan pada orang melainkan pada kucing yang kini tengah menjilat-jilati tubuhnya di atas kasur miliknya. Kucing berbulu lebat berwarna putih ini adalah kucing peliharaanya yang bernama Shiro.

"Bentar lagi lo bakal punya mommy," ujar Jeraldo, sambil menarik handuknya di hanger towel yang terpasang di dinding.

"Miaww," suara dari Shiro.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jeraldo-AldaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang