19. Skors Daniel

3 1 0
                                    

"Merindukanmu, apakah wajar jika aku memiliki perasaan itu."

Sudah dua hari Daniel menjalankan hukumannya. Dan selama dua hari itu juga suasana di kampus ini, terasa sangat canggung dan sedikit menakutkan. Kehadiranku bukan lagi hal yang istimewa, melainkan pengganggu. Mungkin itulah yang mereka pikirankan saat ini.

Lidya, kini hanya dia yang mau menyapa dan mengajakku berbicara. Dia juga selalu menemaniku saat makan siang di kantin bersama, dia banyak cerita dan sesekali memintaku untuk tenang dalam menghadapi masalah seperti ini.

Aku mengangguk setuju, saat kami berdua asyik makan bersama. Tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya dan mengatakan sesuatu padanya, entah apa yang mereka bicarakan. Tapi, itu terlihat sedikit serius. Setelah itu, Lidya datang menghampiriku dia pamit dan membawa makanannya ke meja sebelah, tepat dimana orang yang berbicara dengannya tadi.

Sempurna sudah, bukan hanya seisi kampus ini yang menjauhiku. Bahkan Lidya saja menjauhiku sekarang, aku benar-benar tidak tahan lagi. Aku berlari menuju ke taman kecil, tempat dimana aku dan Daniel biasanya menghabiskan waktu bersama. Peduli apa sama makan siang itu, mereka benar-benar tidak menginginkan aku lagi.

Selama aku berada di taman itu, berkali-kali aku terus mengulang beberapa materi. Dan juga berusaha untuk mencari cara bagaimana agar namaku dan Daniel kembali bersih. Karena memang bukan kami pelakunya.

Sesak, dan menyakitkan aku memilih untuk mengirim pesan pada Stella. Aku yakin dia akan membuat suasana hatiku menjadi baik. Mengirimkan beberapa gambar bunga sakura yang cantik, pemandangan kampus yang menakjubkan dan juga gelang yang pernah dibelikan oleh Stella.

"Stella jeruk, apa kamu baik-baik saja di sana?" pesan itu terkirim saat aku menekan layar sendnya.

Beberapa menit setelah itu, Stella membalas pesanku. Dengan emot marah dan juga beberapa emot menyebalkan lainnya.

Stella
(Sinta, nama aku Stella bukan Stella jeruk!) balasnya dengan emot yang sangat mewakili perasaannya saat ini.

(Kalau kamu mau Stella jeruk, nanti aku belikan sama gudangnya sekalian. Kamu bebas memakainya di kamar asramamu itu.) ketusnya lagi hingga membuatku tertawa.

Benar bukan, hanya dia yang bisa membuat suasana hatiku membaik. Rasanya tidak mungkin aku menceritakan semua ini padanya, jadi lebih baik aku menjahilinya dan bercanda bersama dengannya.

(Sinta, kamu baik-baik aja kan? Kenapa kamu malah diam.) tanyanya khawatir dan mengirimkan beberapa spam yang sedikit membuyarkan lamunanku.

Stella, aku benar-benar takut kalau seandainya aku di keluarkan dari kampus ini. Aku juga nggak mau membuat ke dua orang tuaku malu, membuat kamu dan ayahmu malu dengan apa yang tengah menimpaku sekarang.

Andai kamu ada di sini, ingin sekali rasanya aku memelukmu Stella. Menceritakan semuanya padamu, aku benar-benar butuh bantuanmu. Tapi, tidak aku akan berusaha sekuat mungkin.

Daniel, dia benar-benar menghilang dan bahkan tidak ada yang tahu bagaimana keadaannya di asrama. Beberapa teman asramanya mengatakan, sejak kejadian itu dia banyak diam dan juga sudah dua hari dia tidak keluar dari kamarnya.

Apa dia serapuh itu, hingga berdiam diri di dalam kamar. Ingin sekali aku menemuinya saat ini, mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja. Daniel, kita pasti akan lulus di kampus ini. Dan alasan aku menjauhimu, jika kita bisa bertemu lagi aku akan menceritakan alasannya padamu.

Bukan hanya rasa sakit saat orang yang kamu sayangi tiba-tiba berubah dan menatapmu dengan tatapan dingin, serta wajah datarnya itu. Biasanya, Daniel selalu tersenyum hangat dan selalu memasang wajah bahagia.

Berbeda dengan sekarang, dia hanya diam dengan tatapan seolah aku melakukan kesalahan padanya. Benar, kebahagiaan yang aku miliki itu hanya bersifat sementara, sangat sebentar. Rasanya baru beberapa hari yang lalu aku dan Daniel main bersama, menikmati pesta penyambutan musim semi. Dan juga saling bercanda, hingga tumbuhlah rasa cinta di dalam hatiku.

Bahkan aku sendiri susah untuk menjelaskannya, Daniel. Aku merindukan kamu yang dulu, bisakah kita menghadapi semua ini bersama? Bisakah kita saling menguatkan satu sama lain. Dan mencari jalan keluarnya bersama, semua ini terasa berat karena hanya aku yang melakukannya sendiri. Aku butuh pertolongan Daniel, aku nggak bisa melakukannya sendiri.

Lagi-lagi aku menangis di bawah pohon sakura yang indah ini. Bahkan beberapa pesan dari Stella saja terabaikan olehku, aku hanya butuh teman. Teman yang bisa menguatkanku, sakit banget ketika hanya kamu sendiri yang berjuang.

Di tengah tangisku, tiba-tiba aku mendapatkan pesan dari seseorang. Dia bukanlah Stella, melainkan Daniel.

Daniel
(Sinta, jangan nangis terus ya? Entar cantiknya hilang lo.) pesan singkat itu seketika membuat air mataku mengalir deras.

(Sinta, sebenarnya aku nggak tahu apakah itu benar atau tidak. Tapi sebaiknya aku harus mendengarnya sendiri dari mulutmu.)

(Sinta, aku akan menjalani skors ini selama tiga hari. Ini sudah hari ke dua aku menjalani hukumannku, jadi kamu jangan sampai telat yang pulangnya. Karena aku nggak bisa nganterin kamu pulang. Satu lagi, jaga kesehatan dan makan yang teratur ya? Kamu harus sehat, jangan sakit gara-gara masalah itu. Udah segitu aja, sampai ketemu lagi Sinta.)

Pesan itu berakhir begitu saja, aku masih menangis sambil menutup wajahku dengan kedua tanganku. Aku harap semua ini akan segera berakhir, terima kasih Daniel. Setidaknya kamu masih menganggap keberadaanku dan mengirim pesan padaku.

Sudah waktunya pulang, kali ini aku melewatkan jam terakhirku. Maaf Stella hanya untuk kali ini saja, setelah itu aku akan lebih berusaha lagi. Aku membereskan bukuku dan memasukkannya ke dalam tas."Sinta." panggil seseorang yang langsung menghampiriku

"Eh, Lidya. Ada apa?" tanyaku sopan sekaligus penasaran, bukankah tadi dia menjuhiku.

"Kita pulang bareng, ya?" tanyanya tersenyum sambil memegang tangaku. Aku hanya menagguk dan kami mulai berjalan meninggalkan tempat ini.

"Sinta, buat kejadian di kantin tadi kamu jangan salah paham ya. Mereka hanya mengatakan kalau CCTV itu sudah di curangi." seru Lidya yang seketika membuatku kaget, benar bukankah ini sesuai dengan dugaanku. Kenapa hanya aku dan Daniel saja yang terekam di sana. Jadi ada yang sengaja melakukan ini padaku.

"Di curangi? Maksud kamu semua ini sudah di atur, gitu?" tanyaku penasaran dan sedikit mendesak penjelasan darinya.

"Iya, mereka mengatakan kalau CCTV itu seharusnya sudah aktif dari pagi. Sepuluh menit saat jam pertama akan di mulai. Tapi, kenapa hanya kalian berdua saja yang terekam di sana. Itu artinya ada yang sengaja mematikan CCTV itu saat kalian semua berada di kelas, dan kembali mengaktifkan CCTV itu saat kalian tinggal berdua saja di sana." jelasnya panjang lebar dan sangat merinci.

"Berarti, di saat yang bersamaan dialah orang yang sudah mengambil malkalah dan menyalinnya. Tapi, apa tujuannya bahkan aku hanya mahasiswa yang berhasil masuk kesini karena beasiswa, kenapa dia sejahat itu sama aku," lirihku tak mengerti.

"Entahlah, yang aku tahu ada seseorang yaang nggak suka sama kedekatan kamu dan Daniel." jelas Lidya yang seketika membuatku mengerti dengan baik kenapa masalah ini mengenaiku.

Siapapun itu, bukankah terlalu jahat untuk melakukan hal itu padaku. Asal kalian tahu seperti apa perjuanganku untuk bisa mendapatkan beasiswa itu. Kenyataan hari ini, benar-benar membuat kepalaku semakin sakit, jika dia memang menyukai Daniel kenapa dia hanya bisa diam, karena ke diamannya itu. Sekarang, coba ambil dia jika kamu bisa.

Apapun itu, dia yang menyayangimu tidak akan tega melihat kamu tersakiti.

Cinta Di Penghujung Musim (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang