16. Ingin Menyatakan

5 0 0
                                    


"Apakah sesulit ini untuk
menyatakannya."

Menghabiskan malam yang indah bersamanya, adalah suatu hal yang sangat menyenangkan. Malam itu, penuh canda tawa, kebahagiaan dan juga perasaan yang kian membara.

Aku harap kebahagiaan ini akan selalu ada. Dan hal yang paling dinantikan sudah tiba, mekarnya bungan sakura pertama. Aku mengambil banyak gambar dan mengirimkannya pada Stella dan kedua orang tuaku, tak lupa juga pada ayah Stella. Mengungkapkan betapa bahagianya aku saat melihat semua ini.

Di taman kecil, tempat dimana aku dan Daniel sering menghabiskan waktu bersama. Bunga sakura di sana juga sudah bermekaran. "Sinta, ayo ikut aku sebentar." pintanya sambil membawaku pergi begitu saja, dia selalu melakukan ini dimanapun aku berada.

"Daniel, bisakah kamu melihat sedikit situasainya?" tanyaku dengan nada sedikit serius.

"Aku sudah melakukannya, kamu hanya membahas beberapa materi bukan, dengan mereka." jelasnya sambil menatapku cengengesan.

Manusia satu ini, apa sih yanng terjadi padanya. Lagi-lagi dia selalu membawaku pergi begitu saja saat aku membahas beberapa materi dengan temanku. Sesampainya di sana, dia memperlihatkan betapa indahnya bunga sakura ini. "Bagaimana, apa kamu sudah melihatnya hari ini?" tanyanya menatap ku dengan tatapan senang, seolah aku belum melihat bunga sakura ini.

"Aku sudah melihatnya pagi tadi Daniel, jadi kamu membawaku karena ini?" tanyaku padanya. Dia diam dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Apa aku melakukan kesalahan padamu Sinta?" Kenapa kamu terlihat sangat kesal?" tanyanya dengan tatapan penuh selidik. Aku menggeleng dan meninggalkannya.

"Aku menyukaimu Sinta, apakah aku bisa memilikimu." gumam pria itu yang mustahil untuk bisaku dengar. Sebenarnya hari ini aku sedikit kesal saja, entah apa yang terjadi beberapa rumor antara aku dan Daniel tersebar begitu saja. Aku hanya belum siap jika dia mengetahui perasaanku padamya.

Karena aku tidak ingin pertemanan kami akan menjadi canggung nantinya. Beberapa hari ini aku selalu menghindari pria itu, bahkan hampir tidak pernah bertemu lagi. Sudah seminggu lamanya aku melakukan itu dan, dari beberapa temanku mengatakan bahwa Daniel selalu mencariku.

Berkali-kali dia juga sempat datang ke asrama. Tapi, hanya sampai pintu gerbang saja. Belum lagi dia selalu mengirim ku pesan, bertanya apa yang terjadi hingga aku menghindarinya. Aku tidak perlu bmengatakan padanya alasanku untuk  menghindarinya bukan? Karena yang awalnya rumor itu hanya ada anatara beberapa temanku saja, kini malah merembet sampai ke kelas lainnya.

Hingga suatu hari, tanpa aku sangka sedikitpun saat aku akan berangkat ngampus. Tiba-tiba ada seseorang yang memegang tanganku. Aku kaget dan berusaha untuk melepaskan genggamannya dariku, saat aku melihat siapa orang yang tengah mengagetkan ku itu. Aku langsung terdiam begitu saja.

Tatapannya dan wajah datarnya itu membuatku diam seribu bahasa. "Kenapa kamu menghindari ku, Sinta?" Tanyanya dingin. "Apa alasan kamu melakukan itu, apakah aku berbuat salah padamu?" pertanyaan bertubi terus menimpaku. Aku hanya diam, sambil berusaha melepaskan genggaman tangannya dariku.

"Sebelum kamu menjawab pertanyaan ku, jangan harapa kamu akan aku lepaskan." jelasnya lagi. Lalu apa yang harus aku lakukan, apakah aku harus memberitahunya tentang rumor itu, itu tidak mumgkin kan.

"Apakah kerena rumor itu kamu menjuhiku?" tanyanya lagi, yang kali ini menatapku lekat. Aku terdiam, apa yang harus aku katakan. Apakah aku harus mengatakan bahwa aku menjuhinya karet rumor itu.

Aku menggeleng. "Kamu salah, aku menjauhimu bukan karena rumor itu," tuturku menjelaskan dan menepis keras tangannya agar dia melepaskanku. Akhirnya aku berhasil lepas dari Daniel, secepat mungkin aku pergi dan meninggalkannya begitu saja. Dia hanya diam dan menurutku dia bingung dengan kondisi saat ini. Terutama dengan sikapku padanya.

Sejujurnya bukan hanya karena itu saja. Tapi, karena aku terlalu berharap dengan perasaan ini. Aku juga tidak ingin kalau persahabatan kami berakhir begitu saja, jadi sebaiknya aku menjauh saja darinya bukan untuk menjadi asing. Tapi, untuk menjaga hatiku saja.

Maaf Daniel, tapi ini untuk persahabatan kita. Sehari ini aku belum memberi kabar pada Stella, aku bergegas menuju ke kelas dan mengabari Stella di sana. Dia banyak bicara seperti biasanya, aku juga menanyakan banyak hal dan juga ingin segera pulang. Dia menceritakan beberapa hal yang sangat menarik, mulai dari kesehariannya dan juga tentang betapa dia merindukan ku. Aku bahagia karena beberapa hari lagi aku akan libu semester dan aku akan pulang ke sana.

Menanyakan kabar orang tuaku, dan juga kabar ayahnya. Syukurlah mereka baik-baik saja, Stella lagi-lagi bercerita banyak hal. Dia juga mengatakan kalau dia sudah mengirim uang sakuku untuk bulan ini. Malu, dan rasa nggak enak terus menghantuiku. Tapi, dia selalu mengatakan kalau itu untuk uang saku pribadiku. Karena jika untuk kebutuhan kuliah aku sudah mendapatkannya dari negara ini.

Selama obrolan aku dan Stella, aku hanya menatap lambat layar ponselku. Memperhatikan betapa dia menyayangiku, dari dulu memang Stella lah yang selalu ada dan menolongku saat aku kesusahan dan di saat aku benar-benar membutuhkan bantuan. Stella, aku sudah berjanji pada diriku sendiri. Jika suatu saat nanti aku akan membalas semuanya padamu, termasuk kebaikan yang kamu berikan padaku selama ini.

Stella

("Sinta, apa semua baik-baik saja. Ingat untuk pulang saat kamu sudah libur semester nanti, ya?")

"Aku akan pulang Stella, aku juga baik-baik saja di sini. Dan Terima kasih untuk semuanya." Kalimat ini yang mampu ku ketik dan ku kirimkan padanya.

Stella

("Berusaha dan teruslah semangat. Ingat kamu memiliki impian yang besar, kamu janji akan berkeliling dunia bersamaku jika kita sukses nanti.")

Mendengar kalimatnya itu, aku terdiam dan kembali merasa semangat lagi. Aku akan lebih bersemangat lagi, karena untuk mendapatkan tempat ini bukanlah hal yang mudah. Kuliah di negeri ini juga bukan perkara yang gampang, aku janji kalau aku tidak akan pernah mengecewakan kalian.

Namun, bagaimana dengan pria itu. Apakah sebaiknya aku memberi tahu pada Stella tentang Daniel. Tapi, apakah Stella tidak akan marah padaku nantinya. Tidak, dia adalah sahabat baikku, dan aku yakin dia tidak akan marah tanpa alasan. Baiklah, aku akan memberi tahu tentang Daniel padanya malam nanti, semoga dia akan mengerti dan mau memberikan saran padaku. Karena soal perasaan, aku sama sekali Tidak mengerti sama sekali. Ini adalah kali pertamaku untuk dekat dengan seorang pria.

Jam istirahat berakhir, aku pamit pada Stella. Dosen berikutnya akan masuk ke kelas. Dia tersenyum dan kembali menyemangatiku, aku melambaikan tanganku dan mengucapkan sampai ketemu lagi. Dan juga mengingatkannya untuk makan tepat waktu, karena aku tidak ingin kalau dia. Sahabatku satu-satunya jatuh sakit nantinya.

Apakah semua akan indah sesuai dengan harapanmu?


Cinta Di Penghujung Musim (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang