17. Kehebohan

1 0 0
                                    

"Bagaimana jika niat untuk menjaga persahabatan, malah diganti dengan tuduhan."

Bukankah kami akan libur semester, lalu apa yang terjadi. Kenapa sekarang keadaan terlihat sangat kacau, bahkan beberapa dari mereka menatapku tak suka.

Ada apa ini, apa aku melakukan kesalahan. Atau nilaiku sangat buruk. Tidak, bukan tentang itu. Ini adalah tentang pencurian sebuah malkalah, ada yang berasumsi bahwa aku dan Daniellah pelakunya.

Aku tidak mengerti, rasanya baru kemarin semuanya baik-baik saja. Tapi, kenapa sekarang malah seperti ini, baru tadi malam aku kembali mengirim pesan pada Stella, mengatakan kalau kuliah dan semua orang yang ada di sini baik. Tapi, dalam hitungan jam semua berubah dengan cepat.

Namun, aku berusaha untuk sedikit lebih tenang. Aku ingin masalah ini cepat terselesaikan, aku berlari ke tempat dimana aku dan Daniel biasanya bertemu. Tapi, kenapa Daniel tidak ada di sana. Perpustakaan, aku yakin kalau dia pasti ada di sana. Aku kembali berjalan dengan langkah yang cepat, berharap kalau Daniel ada di sana. Tidak, dia juga tidak ada di perpustakaan.

Astaga, ada apa ini? Kenapa ini terasa menakutkan sekarang. Kemana perginya Daniel, dia harus tahu kalau dia dan aku sedang terkena masalah sekarang. Saat aku kebingungan mencari keberadaan pria itu. Ada beberapa mahasiswa yang datang mendekatiku, mereka mengatakan kalau aku di tunggu sama beberapa Dosen yang ada di ruangan mereka sekarang.

Aku takut, apa yang harus aku katakan. Karena aku dan Daniel sama sekali tidak melakukan itu, aku menurut dan mengikuti langkah mereka. Saat kami sampai di salah satu ruangan yang dimaksud oleh mahasiswa tadi, aku mengetuk pintu dengan sopan agar diizinkan untuk masuk.

Aku kaget, kedua mataku terbelalak melihat kehadiran seseorang yang telah lebih dulu berada di sana. Dia menatapku dengan senyuman hangatnya itu, seolah sedang tidak terjadi apa-apa sekarang.

Aku menghela nafas, dan akhirnya salah satu dari Dosen itu mempersilahkan ku untuk masuk. Kami terlibat beberapa pertanyaan dan juga beberapa bukti rekaman CCTV, memang tidak terlihat lebih rinci. Tapi, di sana memperlihatkan aku dan Daniel sedang berada di dalam kelas.

Aku terdiam, dan tak mampu berkata-kata lagi. Memang benar aku dan Daniel berada di dalam kelas saat itu. Tapi, kejadiannya tidak seperti itu. Aku berusaha menjelaskan pada Dosen. Percuma, mereka menganggap perkataanku barusan adalah sebuah pengakuan.

Sepertinya ini tidak akan baik-baik saja, berita ini sudah sampai ke penjuru kampus. Bahkan mereka yang tadinya baik padaku dan selalu mengajariku bahasa Jepang. Berubah menjadi acuh tak acuh, mereka terlihat kesal dan kecewa dengan berita ini.

Aku dan dan Daniel sama sekali tidak melakukan itu, mencuri bahkan menyalin malkalah itu. Kami tidak seperti itu, kami mendapat teguran dari pihak kampus dan juga beberapa sangsi lainnya. Sayang, Daniel sama sekali tidak menyangkal semua tuduhan yang di arahkan pada kami. Ada apa dengannya, kenapa dia hanya diam tanpa mengatakan apapun.

Raut wajahnya memang terlihat jelas kalau dia berusaha mengatakan bukan kami pelakunya. Tapi, kenapa dia tidak mengungkapkannya melalui kata-kata. Kenapa dia malah memilih diam dan membisu di ruangan yang cukup luas ini.

"Daniel, ada apa sebenarnya. Kenapa kita di tuduh seperti ini?" tanyaku pelan dan menatapnya lirih.

Bagaimana tidak, aku takut kalau kami berdua malah di pulangkan ke negeri kami. Dan berita ini sampai ke penjuru kampus kami berdua, bukankah itu akan sangat memalukan. Tidak, aku tidak ingin hal itu terjadi.

"Sinta, CCTV itu sudah menangkap kita berdua. Mau bagaimana pun kita menyangkal tuduhan itu, tidak akan ada yang percaya pada kita." Daniel menarik nafas berat, berkali-kali dia terlihat panik dan mencoba untuk menenangkan pikirannya dan juga diriku.

Kami berdua di minta untuk berjanji di atas sebuah kertas putih. Dengan disaksikan oleh ke lima Dosen yang ada di dalam ruangan ini. Karena kami tidak ingin di depak dari kampus ini, aku dan Daniel memilih melakukan perjanjian itu. Yang di mana jika kami melakukan hal itu lagi, maka kami akan di pulangkan dengan cara tidak terhormat, kalian tahu. Seperti seorang pencuri yang tertangkap oleh warga.

Kami tidak bisa menjamin apakah pihak dari kampus ini akan merahasiakan kejadian ini, entahlah. Aku berharap agar mereka mau memberikan kami kesempatan untuk melanjutkan study kami di sini.

"Daniel, itu bukan kita yang ngelakuin. Kenapa kamu sama sekali nggak ngebantah semua itu?" tanyaku, setelah kami diminta untuk keluar dari ruangan Dosen tadi.

"Sinta, kalaupun kita menyangkal tuduhan itu. Yang ada kita yang akan semakin sulit, kemungkinan besar seperti seorang pencuri yang tidak mau mengakui kesalahannya. Dan berakhir dihakimi oleh warga, apa kamu mau kalau kita langsung di depak dari kampus ini. Dan memberikan kesan buruk terhadap negara kita sendiri." tegas Daniel yang berjalan dengan langkah yang cepat.

"Daniel, kita sama sekali tidak pernah melakukan itu," lirihku dengan langkah yang terhenti. Sambil memegang lengan baju Daniel. Aku nggak tahu harus apa sekarang, malkalah yang mereka maksud itu adalah malkalah penting, dimana semua persiapan untuk ujian kami dan laporan tentang rekap nilai bahkan beberapa soal yang telah mereka persiapkan jauh hari.

"Sinta, kita akan baik-baik saja. Semoga hukuman itu tidak akan berlangsung lama, dan maaf kalau aku baca salah padamu." Daniel melepaskan tanganku dari lengan bajunya.

Apa yang dia maksud, dan kenapa dia harus meminta maaf. Aku sama sekali tidak berpikir kalau dia bersalah. "Salah, apa maksud kamu Daniel?" tanyaku dengan air mata yang masih mengalir deras, tolonglah kenapa ini semakin rumit. Sebenarnya apa maksud dari perkataannya itu.

"Iya, kamu menghindariku beberapa hari ini, bukankah itu artinya aku ada melakukan kesalahan." Daniel menatapku lekat kali ini, dengan intonasi yang lebih tegas dan serius.

Aku terdiam, aku sama sekali tidak berpikir hal seperti itu. Aku melakukannya itu karena aku berusaha untuk mengendalikan diriku, agar persahabatan kami terus berjalan dengan baik. Tapi, tampaknya dia salah mengartikan maksudku. Dia berpikir kalau aku menjauhinya itu karena dia melakukan kesalahan.

"Daniel, aku sama sekali nggak berpikir seperti itu sama kamu," jelasku berusaha meyakinkannya, nihil pria itu tersenyum tipis dan pergi meninggalkanku begitu saja.

"Sinta, jika kamu tidak memikirkan hal itu. Lantas bagaimana mereka mengatakan hal seperti itu." Daniel berkata sambil melangkah dan pergi begitu saja. Tampaknya ada yang tidak suka dengan kedekatan ku dengan Daniel, sepertinya orang itulah penyebab kenapa Daniel memasang wajah datarnya saat ini. Entah apa yang terjadi, aku hanya ingin Stella tidak tahu tentang semua ini, semoga saja.

Semua terasa menyakitkan sekarang

Cinta Di Penghujung Musim (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang