21. Konsekuensiku

2 1 0
                                    


"Aku tidak ingin lari darinya, maka dari itu aku akan tetap menghadapi semua ini."

Kejadian di taman itu, di bawah pohon sakura. Dimana aku dan Daniel kembali bertemu setelah dua hari lamanya. Tanpa kabar darinya dan juga tanpa melihatnya.

Hari itu, Daniel memelukku dengan begitu hangat dan nyaman. Dia memmbawaku ke dimensi dimana aku bisa melupakan semua masalah dengan sekejap. Setelah itu, tibalah konsekuensi yang harus aku jalani. Ini adalah hari pertamaku di skors, masing-masing kami mendapatkan tiga hari masa skors. Dan setelah itu, aku tidak tahu lagi aku berharap Daniel bisa menemukan bukti yang kuat untuk semua ini.

Semua yang aku lewati di kampus terasa sangat menyakitkan, dimana beberapa dari teman dan Dosen memilih untuk mengabaikanku. Tapi, mau bagaimanapun aku rasa itu akan dilakukan oleh siapa saja bukan?

Siang ini aku mendapatkan pesan dari Daniel, dia tidak tahu harus bagaimana dan memilih untuk pergi. Apa yang dia lakukan, kenapa dia harus menyerah dan mengakhiri semua ini tanpa memberikan kejelasan sedikitpun pada mereka semua.

Keberadaan dan kehadiranku semakin tidak di anggap setelah ini. Hancur, semuanya sudah hancur. Cita-cita ku, bahkan impianku agar aku dan Stella bisa sukses bersama dan keliling dunia. Maaf Stella, mungkin kamu akan kecewa padaku. Kamu harus percaya kalau aku tidak pernah melakukan itu.

Ini buruk, semuanya semakin memburuk. Seperti aku, sama sekali tidak bisa kemanapun karena mendapatkan jalan buntu, selain itu Lidya juga mengatakan jika dalam wktu tiga hari aku dan Daniel tidak bisa membuktikan kepada mereka tentang semua ini, maka mereka akan memulangkan kami berdua ke tanah air kami.

Apa yang bisa aku lakukan, apa ini akhir dari perjuanganku. Ini pasti akan sangat memalukan buat ke dua orang tuaku, ayah Stella dan juga sahabat baikku, Stella.

Aku hanya bisa menangis di dalam kamar yang cukup luas ini. Berkali-kali aku menjambak rambutku frustasi, bingung dan nggak tahu lagi harus cerita dan mencari bukti itu kemana.

"Stella, aku ingin pulang. Apakah aku bisa?" pesan yang seketika aku kirimkan pada sahabatku itu.

"Aku kangen waktu kita main bareng, aku juga kangen masakin kamu makanan. Terlebih menghabiskan semua uang yang ada di kartumu itu." pesan berikutnya ku kirimkan sambil menangis, jujur aku ingin Stella tahu maksud pesanku ini, aku hanya ingin semua membaik. Ini semakin memburuk Stella, tangisku pecah seketika.

"Aku juga kangen jailin kamu Stella." pesan terakhirku, setelah itu aku ingin melampiaskan semua sesak di dadaku ini, dari awal aku hanya ingin kuliah dengan tenang. Tapi kenapa selalu ada yang menjadi masalah untukku.

Stella, maafin aku ya. Aku udah bikin semuanya berantakan. Aku benar-benar minta maaf. Tanpa aku sadari aku terlelap begitu saja, dengan perut kosong dan pikiran yang cukup membuat kepalaku serasa akan pecah.

Berita menghilangnya Daniel membuat seisi kampus semakin percaya kalau kamilah pelakunya. Dan juga dimana saat dia sama sekali tidak menyangkal semua tuduhan itu, tidak ada alasan lagi bagi kami untuk mengelak sekarang.

Setelah ini, mungkin kami akan langsung di pulangkan ke negeri kami. Beberapa kali Lidya mengirimkan sebuah gambar padaku, gambar bunga sakura di taman kecil tempat dimana aku dan Daniel sering bermain dan menghabiskan waktu di sana.

Aku sangat merindukan tempat itu sekarang, sudah dua hari aku mengunci diriku di dalam kamar. Kalau pun keluar aku hanya akan menjadi bahan ejekan untuk anak lainnya, bukankah pilihanku sekarang adalah yang terbaik.

Hanya tinggal satu hari lagi, setelah itu semua akan berakhir menyedihkan. Perutku sakit, aku kelaparan setelah aku tertidur begitu saja hingga malam hari. Mustahil aku bisa keluar di malam hari, hanya untuk mengisi perut. Ditambah lagi aku nggak akan mendapatkan izin.

Sekarang pun, aku masih belum bisa keluar. Beberapa dari mereka yang melewati kamarku, mengatakan kalau aku akan dipulangkan sesegera mungkin. Dan, yang lainnya juga ada yang bersimpati padaku. Siapa pun itu terima kasih sudah membelaku.

Lagi, aku ingin mengirim pesan untuk Stella. Mendapati benda canggih ini kehabisan baterai, membuatku semakin terpuruk. Akhirnya aku hanya bisa menangis, apa aku selemah itu. Berkali-kali menagis, dan kalau ada hal yang tidak menyenangkan untukku aku akan menangis.

Namun, bukan seperti itu. Aku menagis karena tidak tahan lagi. Bagaimana aku akan menjelaskan pada mereka semua, kenapa aku di pulangkan, kenapa aku diperlakukan dengan buruk. Apa yang akan aku jawab pada mereka semua, terlebih pada ayah Stella.

Apa aku akan menghabiskan hari ini dengan menangis, aku capek. Dan Daniel, kamu kenapa melakukan ini, bukankah kita akan sama-sama menyelesaikannya, kita pasti bisa menghadapinya.

Apa arti dari pelukan waktu itu adalah sebagai tanda perpisahan, ini nggak lucu. Perutku semakin nyeri, aku mendapatkan satu potong roti di atas meja. Mau nggak mau aku harus memakannya, aku hanya bisa keluar mencari makanan saat mereka semua masuk ke kamar masing-masing.

Tuhan, ini benar-benar menyiksaku. Setelah menghabiskan sepotong roti itu, aku memilih untuk tidur beberapa menit saja. Lagi, aku lagi-lagi ketiduran. Dan aku nggak bisa keluar hanya untuk mengisi perutku ini.

Aku nggak punya pilihan, aku harus keluar untuk mencari makanan. Karena kalau tidak, aku bisa mati kelaparan, saat aku berdiri dan mulai membuka kunci pada pintu kamar ku.

Bruk!

Aku kehilangan keseimbanganku dan pingsan di atas lantai yang sangat dingin. Sepertinya aku akan benar-benar mati di tempat ini, dan mungkin mereka akan mendapatkan kabar kalau aku meninggal di dalam kamar asramaku dengan catatan kelaparan dan juga demam tinggi.

Bukan menjadi hal besar, lebih baik mereka mendapatiku seperti itu daripada mereka mendapatkan kabar kalau aku mencuri malkalah dan menyalinnya.

Stella, apakah kamu akan datang menolongku? Maafin aku Stella, aku menghancurkan mimpi kita. Tapi, aku benar-benar berharap saat aku membuka ke dua mataku nanti orang yang pertama kali aku lihat itu adalah kamu.

Aku takut Stella, aku juga capek. Aku nggak mau kalau kamu nantinya akan marah dan kecewa padaku, kali ini aku hanya mau kamu Stella. Tolong aku, aku udah melakukan semuanya. Tapi, aku gagal dan selain itu aku juga ketinggalan banyak materi. Apakah aku bisa mengejar ketinggalanku itu.

Stella, aku menunggumu. Setelah itu hanya ada kegelapan yang aku lihat. Udara di sekitar seketika terasa sangat dingin, semuanya terlihat gelap. Perlahan aku menutup ke dua mataku, mungkin tidur untuk beberapa menit nggak akan jadi masalah, aku kalah Stella, aku kalah.

Kenapa kamu menghilang, kamu bilang semua akan baik-baik saja.

Cinta Di Penghujung Musim (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang