"Mau seperti apapun itu, percayalah semua akan baik-baik saja. Selama kamu memeiliki orang-orang yang mempercayainu."
Sesuai dengan apa yang diinginkan Stella, mereka semua dikumpulkan dan akhirnya mereka mengakui kesalahan mereka.
Lidya, dialah yang merencanakan ini. Bahkan aku sama sekali tidak percaya dengan sikapnya itu. Sinta sudah sangat mempercayainya dan bahkan menganggap kalau dialah orang yang ada disaat keterpurukannya.
Namun, apa yang didapat Sinta. Dia malah dihianati dan bahkan di fitnah begitu saja. Di tuduh mencuri makalah dan menyalinnya, iri pada kedekatan Sinta dengan Daniel. Dan tidak suka dengan hal yang diraih oleh Sinta, atau mendapatkan pujian dari beberapa Dosen mata pelajaran.
Aku menegaskan pada Lidya, tentang bagaimana dia bisa mendapatkan beasiswa itu. Walau sebenarnya sangat mudah bagiku untuk menyekolahkannya di sini tanpa harus beasiswa sedikitpun. Tapi, aku hanya ingin Sinta merasa puas dan bangga pada dirinya. Aku ingin kalau Sinta percaya diri saat dia melakukan apapun.
Kehadiran orang seperti Lidya ini, akan merusak segalanya bahkan impian besar dari sahabatku. Jika aku bukan sahabatmu Sinta, aku akan langsung mendepak orang-orang ini dari kampus ini. Tapi, aku yakin kalau kamu tidak akan setuju dengan apa yang akan aku lakukan.
Akhirnya semua ini selesai, semua Dosen dan bahkan seluruh penjuru kampus ini kembali menerima Sinta dan Daniel. Kepercayaan mereka kembali, satu persatu dari mereka datang untuk melihat kondisi Sinta. Hanya ada perasaan haru dan bahagia saat semua itu terjadi. Bahkan beberapa Dosen yang mengabaikannya juga datang dan meminta maaf.
Pemandangan yang luar biasa, sementara itu. Lidya dan beberapa orang yang terlibat datang menemui Sinta, aku mengizinkan mereka masuk. Aku berharap kalau Sinta akan kecewa dan memarahi mereka semua, tidak. Dia tidak melakukan itu. Sinta hanya tersenyum dan memeluk Lidya, sambil mengatakan.
"Lidya, bagaimanapun kamu yang selalu ada buat aku waktu itu. Kamu yang nemenin aku makan di kantin, kamu yang mau berbicara banyak hal padaku. Dan kamu juga yang menyemangatiku." jelasnya sambil memeluk Lidya.
Kenapa kamu terlalu baik pada mereka Sinta, itulah pertanyaan yang timbul dalam pikiranku. Bukankah mereka telah merusak setengah dari perjuanganmu, bahkan hampir semuanya. Kamu memang baik, persis seperti ibumu.
Aku bangga padamu Sinta, aku hanya diam sambil tersenyum melihat wajah bahagia dari sahabatku ini. Orang yang mau membagi kasih sayang ibunya padaku. Daniel, aku melihat pria itu di sudut ruangan ini, aku menatapnya seolah memintanya untuk mengikutiku.
Dia yang mengerti langsung menyusulku keluar, dia bercerita banyak tentang apa saja. Tentang Sinta yang sering mengatakan kalau dia sangat merindukanku, tentang Sinta yang sudah menganggapku seperti saudaranya sendiri. Aku tersenyum dan mengangguk, lalu aku menanyakan beberapa pertanyaan tentang hubungan mereka.
Dia diam, terlihat bingung bagaimana dia harus menjelaskannya. Raut wajahnya berubah, terlihat kalau ada rasa takut di sana. Akhirnya dia mengatakan satu hal.
"Stella, aku akan mengatakannya saat kelulusan kami nanti. Jujur aku takut kalau dia menolakku." hanya itu kalimat yang dia sampaikan, setelah itu dia masuk ke dalam ruangan tadi dan beberapa menit setelah itu. Dia menatapku sambil tersenyum dan pergi begitu saja.
"Stella, terima kasih sudah menolong Sinta." ucapnya di sela langkahnya itu, aku tersenyum dan dia hanya melambaikan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Di Penghujung Musim (TAMAT)
RomanceSeperti bunga sakura, cinta akan indah pada musimnya. Sayangnya, itu hanya bertahan untuk beberapa bulan saja. Setelah itu, musim berikutnya akan mengambil keindahannya. Ya, musim gugur, bunga yang cantik akan gugur secara perlahan dan hanya akan me...