Tampak sepasang kakak adik yang sedang berjalan di lorong gedung tempat mereka bekerja. Sepatu hak tinggi yang dikenakan oleh gadis berambut emas itu berderap di sepanjang lorong, memperdengarkan bunyi khas yang memenuhi ruangan. Matanya yang bersinar biru menambah pesona wajahnya yang cantik, bak malaikat. Di sebelahnya, sang kakak berjalan dengan tenang, menatap setiap orang yang kebetulan melewati lorong dengan mata rubynya yang misterius. Rambut hitam pekatnya melambai seiring langkah kakinya, menambah aura dinginnya yang khas.
Mereka berhenti di depan pintu berlapis besi. Perlahan, Vellyn memasukkan password pintu tersebut. Pintu itu pun terbuka, menampakkan Laksamana, Kokoci, dan Ochobot yang sedang menatap monitor yang menampilkan keadaan para calon anggota mereka. Tanpa aba-aba, Katarina, gadis berambut emas, menghampiri Kokoci dan menarik kerahnya. "Kau tahu itu sangat berbahaya untuk mereka! Kenapa kau masih melaksanakan ujian itu secara langsung, hah, Kokoci?!" bentak Katarina sambil semakin mencengkeram erat kerah alien berkacamata hitam di depannya.
Vellyn menepuk bahu Katarina dengan tegas. "Tenanglah, Ira. Laksamana pasti punya penjelasan untuk ini," katanya, mencoba menenangkan adiknya. Vellyn lalu melirik tajam ke arah Laksamana dengan mata rubynya. Katarina menajamkan pandangannya sebelum melepaskan Kokoci, yang menahan napas karena takut akan tindakan selanjutnya. Jujur saja, gadis itu memang lembut dan periang, namun saat kesal, dia tidak akan berpikir dua kali untuk melampiaskan kekesalannya.
Laksamana terkekeh sambil menopang wajahnya dengan kepalan tangannya, matanya tidak lepas dari monitor yang menampilkan para calon anggota. "Dalam situasi mendesak, ujian ini mesti dijalankan dalam situasi sebenar. Lagipun, kalau budak-budak tu hebat sangat, ujian ni takdelah bahaya sangat kan?" tanyanya dengan nada yang benar-benar membuat Katarina kesal.
Vellyn melipat kedua tangannya. "Kau tahu mereka hanya anak-anak dengan emosi yang belum stabil. Kekuatan mereka bisa saja kehilangan kendali saat ini," ujarnya, menatap Laksamana dengan tatapan datar.
Laksamana menyeringai kecil dan menoleh ke arah Vellyn. "Bukankah awak juga begitu, Vellyn?" balasnya.
Vellyn terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Memang benar, maka dari itu Ira selalu di sampingku untuk berjaga-jaga," ujarnya, sambil menunjuk ke arah Katarina yang sedang fokus menatap layar monitor.
[fyi : ira adalah nama panggilan untuk memanggil Katarina]
Laksamana terkekeh lalu kembali fokus ke layar monitornya. "Budak tu tak sendiri, dia ada kawan kawan dia."
Vellyn mengerutkan dahinya, lalu menggeleng dengan seringai kecil. "Bukan Boboiboy yang kumaksud... tapi [Name]." ucap Vellyn dengan nada penuh misteri, manik rubynya bersinar tajam saat tertuju ke arah [Name].
* * *
"M-maaf, aku terpaksa ikut arahan..." ucap Fang yang sejak tadi sudah merasa bersalah karena telah melukai sahabat kecilnya.
Kaito, yang berada di samping Fang, menatap Boboiboy dengan tatapan menyelidik. "Ck... banyak drama," celutuk Kaito dengan tatapan sombongnya yang khas.
"Tak payah kau nak minta maaf, Fang," ujar Shielda yang sudah berada tak jauh dari mereka bersama Sai dan [Name], mendengar suara yang tak asing. Fang langsung memutar kepalanya ke arah ketiga teman setimnya itu.
"Mana Gopal?!" tanya Boboiboy begitu melihat [name] yang sudah berada di lokasi bersama dengan Sai dan Shielda. Sai menyeringai lalu menunjuk ke arah Yaya, Ying, dan Gopal dengan kepalanya. "Heh, tu..."
Melihat kawan-kawannya yang tergeletak tak berdaya dengan luka-luka di sekujur tubuh mereka membuat emosi Boboiboy mulai memuncak. "Kawan-kawan aku!!" teriaknya, air mata menggenang di kelopak matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗲𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗮𝘁𝗶𝗼𝗻𝘀 || ʙᴏʙᴏɪʙᴏʏ x ʀᴇᴀᴅᴇʀ ||
ПриключенияDalam kegelapan malam yang sunyi, [Name] mengemban kisah hidup penuh tantangan. Di lorong-lorong sekolah, bayangannya sering menjadi sasaran ejekan dan cemoohan dari teman-temannya. Namun, di balik senyum rapuh dan langkah gemetar, tersimpan rahasia...