𝗲𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗮𝘁𝗶𝗼𝗻𝘀 || ʙᴏʙᴏɪʙᴏʏ x ʀᴇᴀᴅᴇʀ ||

39 :: ❝ Loopa Lupa ❞

Setelah pembicaraan semalam, katarina dan [name] perlahan lahan semakin dekat. Berhubung keduanya sudah menjadi teman baik, [name] dan vellyn juga menjadi lebih akrab. Terkedang mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Apakah seru? Hal hal yang dilalui mereka menurut [name] lebih dari seru, yah... Sebelum kaito muncul dan merusuh. Benar benar, pemuda berpupil ular itu dan katarina tidak bisa sehari saja akur. Kaito yang sangat usil, dan katarina yang selalu emosi jika pemuda itu disekitarnya.

Kini tampak dua anggota berangkat ejen dan dua lagi berpangkat calon ejen sedang berlatih di arena pelatihan. Kali ini [name] dan kaito di perintahkan untuk menutup indra penglihatan mereka dengan kain, lalu bertarung tanpa menggunakan kekuatan mereka, alias dengan tangan kosong melompong kayak dompet saya.

"Aku buta dewa!!" Seru kaito dengan lagak dramatisnya, as always.

[Name] bingung, ia mengangkat tangannya lalu bertanya, "kenapa kami harus menutup mata?"

"Di pertarungan, musuh selalu menargetkan indra penglihatan untuk melumpuhkan kita. Maka dari itu, kita harus menajamkan indra lainnya selain indra penglihatan," jelas vellyn melempar pedang kayu kepada kaito dan [name].

[Name] dengan cekatan meraih pedang itu lalu memutarnya di udara layaknya proffesional, "baiklah, harusnya mudah,"

Sebaliknya dengan kaito, pedang itu malah membentur kepalanya dan membuatnya terjatuh "aaa, temee!" Umpatnya sebelum ia meraih pedang kayu itu lalu bangkit berdiri.

Katarina melirik vellyn, sang gadis netra ruby itu mengangguk, "baiklah! Dalam hitungan satu menit, aku ingin kalian berdua bertarung dengan menggunakan pedang itu saja" jelas vellyn

"Yosh!" Seru kaito menggenggam pedangnya lebih erat.

[Name] mengangguk mantap. Ada yang bingung violetta dimana? Sekarang peri mungil itu sedang berjalan jalan di sekitaran tapops, lebih tepatnya sedang memandangi otot otot laksamana tarung.

"Dalam hitungan ketiga!" Seru katarina mengangkat lengannya dengan timer yang di setel satu menit dalam genggamannya, "hana.. dul.."

Keduanya bersiap siap, genggaman mereka lebih erat kali ini. Kaito menyeringai, "aku suka kau [name]-san, tapi dalam kompetisi.. i'm not holding back,"

[Name] ikut menyeringai, ia memiringkan wajahnya "try me,"

"SET! GO!" Seru katarina segera menekan tombol start pada timernya.

Setelah hitungan, keduanya mulai melepas kebuntuan-pedang kayu mereka mulai tertancap satu sama lain. Gerakan awal mirip solo kata, usia tengah dan endurance diuji. Hanya insting dan ingatan yang bicara. Tanpa aba-aba, Kaito melesakkan serangan lurus. Dengan reflek secepat kilat, [Name] menggeser pedangnya, blocking, dan menahan tekanan.

Kemudian masuk ke kombinasi serangan-blok cepat. Pedang saling bersentuhan, bergeser, mundur, mengukur jarak. Suara kayu beradu nyaring-tok tok tok! Insting mereka diuji, satu gerakan kecil pun bisa berarti kalah. Kaito menyerang ke tengah, [Name] merespons dengan under-parry rendah-pedang menggeser ke bawah tubuh, lalu langsung push perut Kaito dengan pensil gaya kontrol takedown dingin.

Tetek! satu gerakan seimbang, Kaito nyaris kehilangan pijakan.

Kain penutup mata masih tertutup, Kaito mengambil kesempatan, meluncurkan serangan cepat ke sisi kanan. Refleks [Name] langsung memutar pedang untuk blok, namun si rifsa tak jaga keseimbangan. [Name] menggeser bahu, dorong Kaito... dan... Kaito tergelincir ke lutut. Lalu pedang yang di genggam oleh [name] menahan dada kaito, tak membiarkan pemuda itu bergerak. Mereka berhenti sejenak. Tangan masih di pedang. Nafas memburu, jantung berdetak tak teratur. 

Tak lama setelah itu, timer berbunyi menandakan bahwa satu menit sudah berlalu. Katarina menepuk tangannya, "keren! Kalian keren!"

[Name] dan kaito segera melepas kain pada mata nya, [name] melempar pedangnya lalu membantu kaito untuk berdiri. Wajah kaito tampak berseri seri lalu berkata, "sugoii! Kamu keren sekali [name]-san~"