38 :: ❝ Cerita Keasmaraan ❞

1.1K 126 46
                                        

pintu kamar terbuka memperlihatkan seorang gadis dengan surai emas dan watercolour eyenya yang indah, sorotnya melirik [name] yang tampak sedang kesal. Katarina menaikkan satu alisnya lalu menghampiri si gadis bernetra violet, "kau kenapa?"

bukannya [name], malah violetta yang menjawab "biasa lah,"

alhasil [name] menatap tajam violetta, sang peri bernuansa ungu itu pun kicep. katarina menghela nafasnya lalu duduk di samping sang gadis, "Boboiboy?"

mendengar nama dari sang pemuda yang membuatnya kesal [name] yang langsung memalingkan wajahnya.

"kenapa dia?" tanya katarina sekali lagi.

Kepala [name] panas. Seolah-olah ada api yang menyala-nyala di ubun-ubunnya.
“Dia nggak dengar aku! Sekali aja, kenapa sih dia nggak bisa dengar aku?!”
Nada suaranya naik, matanya berkaca. “Enggak dulu. Enggak sekarang. Sama aja! Dia gak pernah berubah!!”

Katarina hanya mengangguk pelan. Lalu tertawa kecil, hangat. Bagi dia, [name] sudah seperti adik sendiri. “Mungkin… dia masih belum yakin?”

Mata [name] langsung membulat. Bahkan bola matanya hampir copot, “Belum yakin??!!”

Katarina tak mengelak, tetap tenang menatap langit-langit kamar mereka. “Toh kalian masih remaja, kan? Hal-hal kayak gini memang biasa. Emosi kalian belum stabil.”

[name] terdiam. Rahangnya mengeras, ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat menahan ledakan lain. Tiba-tiba, suara Violetta menyahut, “Betul~”

Setelah beberapa saat tenggelam dalam keheningan, akhirnya [name] bersuara. Pelan. Tapi jelas. “Aku cuma... pengen didengerin. Sama seseorang. Sekali aja.”

Katarina menoleh, matanya melembut. Sorot mata [name] tampak sendu, luka yang ia simpan terlihat jelas. Katarina mengangguk. Tak ada kata-kata panjang. Ia hanya menepuk bahu [name] satu kali, pelan. Tapi tepukan itu cukup.
[name] membalas dengan senyuman kecil, lalu menatap netra Katarina. Dan untuk pertama kalinya [name] merasa sedikit lebih tenang.

"Oh ya! aku juga heran, kenapa kau tiba-tiba peduli sama dia?" tanya katarina

[name] mengedipkan matanya berkali kali, ia ingin menjawab namun ia terlalu malu. Namun, dengan semangat Violetta melesat ke wajah Katarina, "Biarkan aku yang cerita!!"

Katarina tertawa "okey, apa itu?"

"jadi...."

flashback —
chap 28 : pecahan kekesalan

S

eseorang yang mengawasi [Name] sejak tadi dengan sigap masuk ke dalam arena. Dengan hati-hati, ia menggendong [Name] ala bridal style dan membawanya kembali ke ruang pemulihan. Pelan-pelan, ia meletakkan [Name] di atas kasurnya dan memasang kembali jarum infus di lengan gadis itu. Dengan telaten, ia membersihkan luka-luka di tubuh [Name] dan mengumpulkan pecahan piring yang berserakan di sekitar kasur.

Setelah semua urusan selesai, orang itu menatap sendu wajah [Name] yang pucat. Perlahan, ia membelai puncak kepala gadis itu dan menggeser poni yang menutupi jidatnya. Walaupun dalam keadaan seperti ini, gadis itu tetap terlihat cantik. Dengan lembut, ia mendekatkan bibirnya ke wajah [Name] dan menempelkan kecupan singkat di jidatnya.

Seseorang itu tersenyum dan berbisik, "aku risau ngan keadaan kau… kau dah kuat okey? tak perlu paksa diri macam tu, [Name].." Kemudian, ia berjalan keluar dari ruangan, meninggalkan gadis itu sendirian.

Violetta, yang ternyata sudah sadar sedari tadi, hanya bisa memasang wajah shock. Ia menoleh ke [Name] dengan tatapan tak percaya.

Orang itu adalah seorang pemuda dengan surai cokelat, dihiasi beberapa helai putih yang tak biasa, tampak berjalan keluar dari ruangan dengan raut bingung dan lelah. Topinya tak terlihat menempel di kepala seperti biasa. Kali ini, ia tampak apa adanya.

𝗲𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗮𝘁𝗶𝗼𝗻𝘀 || ʙᴏʙᴏɪʙᴏʏ x ʀᴇᴀᴅᴇʀ ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang