42 :: ❝ Gelora Boboiboy Air ❞

1.2K 119 97
                                        

Seorang pemuda bermanik emas dengan aksen pupil ular tampak sedang mengeringkan surai silvernya yang masih basah, helai demi helai menempel di wajahnya yang dingin. Ia menatap bayangannya sendiri di cermin besar berbingkai emas yang tampak mewah.

Suasana hening tiba-tiba buyar saat ponsel lama bermodel lawas mirip Nokia dengan tombol fisik mulai berdering nyaring. Kaito melirik benda itu, netranya menajam, lalu ia meraihnya dan mengangkat dengan gerakan malas.

“Hallo?” sapanya. Kali ini, intonasi tengil khasnya lenyap, digantikan suara datar yang terdengar jauh lebih berbahaya.

Suara seorang wanita terdengar dari seberang, aksen British-nya tajam seperti pisau, "...You’re on Earth."

“Mhm.” jawab Kaito singkat. Fokusnya tetap pada bayangan dirinya di cermin, ekspresinya nyaris tak berubah.

“Can you stop playing around?! You should be doing your job now!!” bentak wanita itu, terdengar seperti sudah di ujung tanduk.

“I am working, Madam,” ucap Kaito santai, tanpa sedikit pun terdengar terganggu. Ia berjalan pelan, lalu menggantungkan handuknya di sisi kursi.

“In Earth?”

“Yes. The person I suspect is here.”

“So?! Why don’t you tell us now?! who is that person?!”

Sebuah senyuman menyeringai kecil mulai muncul di bibir Kaito, dan kali ini, intonasinya kembali dengan bisikan licik yang menyerupai desisan ular, “Madam… did you forget our agreement? You give me the items I need, and I will catch that devil. But... everything I do must not be questioned.”

Ia menoleh ke arah jendela besar yang menatap malam, suaranya makin rendah,
“And it stays a secret.”

Terdengar suara keras dari ujung telepon, mungkin suara meja yang dipukul karena frustasi, “I swear I’m going to--”

Kaito memotong tajam, “Kill me?” Ia memiringkan kepala sedikit, maniknya menyipit, “Oh, darling... you wouldn’t dare.”

Seketika, hening. Tak ada suara dari ujung sana. Hanya nafas si wanita yang kini terdengar lebih ragu, lebih hati-hati.

Senyum Kaito makin lebar, nadanya manis namun mematikan, “There’s nothing else to talk about, madam?”

“…No.” Suaranya kecil. Tak lagi lantang seperti sebelumnya.

Kaito mematikan panggilan, menyeringai tipis lalu menatap kembali wajahnya di cermin. wajahnya yang kini tampak lebih datar, dingin, wajahnya yang tampak tak seperti kaito yang di kenal orang orang.

"kai!!" panggil seseorang dari luar kamar, suara robot khas yang ia kenal.

ekspresi kaito kembali ia normalkan dengan sangat mudah, ekspresi tengil dan fun khas nya, "neee~ chotto matte weapyybowyt~!"

"jangan panggil aku begitu!" bentak weapbot yang jelas tak suka dengan nama panggilan sayang dari Kaito.

Kaito mengkekeh lalu berjalan membuka pintu, "oit jahat sekali"

weapbot memutar bola matanya, lalu berkacak pinggang "kau nak ikut ke tak?"

kaito memiringkan kepalanya sedikit, "ke?"

"ke kokotiam tok aba lah! nona [name] dah kat situ... pelik sangat," jawan weapbot ia membuat pose berfikir

kaito mengedipkan matanya berkali kali lalu mengangguk dengan antusias, "oke oke! aku ikut!"

"oh.. kalau macam tu, jom lah!" jawabnya berbalik badan lalu melayang pergi.

untuk sekilas netra kaito kembali tajam, lalu ia melangkahkan kakinya mengikuti weapbot dari belakang.

𝗲𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗮𝘁𝗶𝗼𝗻𝘀 || ʙᴏʙᴏɪʙᴏʏ x ʀᴇᴀᴅᴇʀ ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang