41 :: ❝ Samudera Dalam ❞

1.2K 119 38
                                        

Menurut [Name], hari ini adalah hari yang melelahkan namun juga menyenangkan. Mereka bermain di pantai, tertawa, bertanding voli, dan menikmati hangatnya mentari. Walau begitu, [Name] tahu betul, beberapa dari teman-teman Boboiboy masih belum benar-benar menerimanya. Tapi baginya, itu bukan prioritas utama. Ia sudah terbiasa menjadi orang luar.

Namun, walau tubuhnya letih karena bermain seharian, pikirannya terus berlabuh pada satu sosok sang ayah.

Sejak suara tembakan di balik telepon malam itu, sejak panggilan itu berakhir tanpa penjelasan ayahnya belum menghubunginya kembali.

kini [name] tampak sedang berbaring di kasurnya, ia memijit pelipisnya sebelum melirik pada ponsel yang ia letakkan di atas nakas. gadis itu mengigit bibir bagian bawahnya sebelum ia meraih benda tersebut, ia menggulir cepat semua aplikasi hingga berhenti pada ikon pesan. Jarinya menekan ikon itu, dan setelah masuk ke dalam daftar kontak, ia langsung mengetuk nama yang tertera sebagai Mamski.

gadis bernetra violet itu sangat yakin jika ia menghubungi sang ayah sekarang, pria parubaya itu tidak akan menjawab. jadi sebagai gantinya, ia menghubungi sang ibu. berharap wanita dengan julukan mamski itu mengangkat teleponnya kali ini.

[name] menempelkan layar ponselnya pada telinganya, menunggu suara khas lembut namun elegan dari sang ibu.

"ayolah..." gumam [name] mulai cemas dan khawatir jika sang ibu tidak menjawab panggilannya juga.

setelah beberapa menit menunggu, suara lembut sang ibu ahkirnya terdengar dari balik ponsel itu.

"halo [name]? astaga maafkan mamski ya nak, kemarin mamski ga bisa angkat telpon kamu. im very busy you know?"

ahkirnya mendengar suara sang ibu membuat [name] tersenyum lebar, ia merasakan sedikit kelegahan dalam hatinya "aku rindu mamski,"

"mamski juga rindu kamu darling," jawab wanita itu, [name] bisa memastikan bahwa sang ibu sekarang sedang tersenyum sangat lebar.

senyum [name] perlahan menghilang saat ia teringat alasan mengapa menelpon sang ibu malam ini, "mams, kemarin [name] telpon dedi"

"hm? yes dear, lalu?"

"[name] khawatir sama dedi.. kemarin [name] denger suara pistol.." jelas [name] dengan suara aga pelan dan lirih, intonasi suara yang penuh dengan kekhwatiran untuk sang ayah.

"oh dear.. don't worry, dedi kamu baik-baik saja kok" jawab sang ibu dengan santai, seolah olah hal itu sudah biasa terjadi.

[name] mengerutkan dahinya lalu ia duduk dari rebahnya, "hah? mamski ga khawatir?"

terdengar suara kekeh dari balik ponsel [name] sebelum sang ibu mengatakan, "buat apa khawatir? orang dedi kamu disini kok lagi tidur,"

"hah?" heran [name], sangkin heran ia langsung beranjak dari tempat tidur.

dan benar saja, saat terdengar suara langkah kaki bersamaan dengan suara dengkur khas bapak bapak yang tadinya samar kini menjadi sangat jelas terdengar.

"tuh.. kamu denger kan?" ujar sang ibu

mendengar suara dengkur khas sang ayah membuat [name] tertawa, "astaga dedi.. [name] jadi malu ih"

sang ibu ikut tertawa, "yasudah [name]... mamski harus lakuin ritual mempercantik diri mamski, nanti mamski telpon lagi ya dear~"

[name] mengangguk dengan senyum, jujur saja dia sangat ingin menelpon sang ibu lebih lama lagi. tapi apa boleh buat? untuk saat ini, mendengar dengkuran khas ayahnya sudah membuatnya sangat tenang.

"baiklah, [name] juga mau tidur ini mams.. see you!" ujar [name]

"mhm, see you!" jawab mamski sebelum dirinya memutuskan sambungan.

𝗲𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗮𝘁𝗶𝗼𝗻𝘀 || ʙᴏʙᴏɪʙᴏʏ x ʀᴇᴀᴅᴇʀ ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang