"Wahai putraku, aku melihat bahwa saat ini adalah waktu yang tepat bagimu untuk mempertimbangkan pernikahan." Ucap Ratu Tribhuwana memulai pembicaraan.
"Ibu, aku masih berfokus pada memperluas kekuasaan Majapahit dan membangun perdamaian di seluruh nusantara." Jawab Raja Hayam Wuruk dengan rasa hormat.
Ratu Tribhuwana tersenyum, "Itu benar, Hayam Wuruk, tetapi ingatlah bahwa sebagai seorang raja besar, pernikahan adalah salah satu kewajibanmu. Ini akan memperkuat kedudukanmu di mata bangsa dan menunjukkan stabilitas kepada rakyat."
"Aku mengerti, ibu. Namun, aku belum menemukan seseorang yang bisa menjadi pasanganku yang setia dan bijaksana." Ucap Raja Hayam Wuruk dengan pandangan yang jauh kedepan.
Ratu Tribhuwana menyentuh tangan Raja Hayam Wuruk dengan lembut, "kau adalah pemimpin yang hebat, putraku. Aku yakin ada putri dari kerajaan lain yang akan cocok untukmu. Pernikahanmu akan menjadi titik balik bagi kejayaan Majapahit."
"Saya akan mempertimbangkan kata-katamu, ibu. Namun, aku tidak ingin terburu-buru dalam memilih pasangan hidup." Kini Raja Hayam Wuruk menatap sang Ibunda dengan tatapan teduh.
"Tentu, putraku. Tetapi ingatlah bahwa masa depan Majapahit juga tergantung pada kelangsungan dinasti kita." Ujar Ratu Tribhuwana
"Terima kasih atas nasihatmu, ibu. Aku akan memikirkannya dengan baik."
---
Hayam Wuruk, raja Majapahit ingin mencari seorang permaisuri untuk dinikahi. Maka beliau mengirim utusan-utusan ke seluruh penjuru Nusantara untuk mencarikan seorang putri yang sesuai. Mereka membawa lukisan-lukisan kembali, namun tak ada yang menarik hatinya.
"Gajah Mada, selama ini utusan-utusan kita sudah mengirim lukisan-lukisan dari putri-putri kerajaan di Nusantara. Namun, belum ada yang membuatku yakin." Ujar Raja Hayam Wuruk dengan tatapan yang jenuh pada lukisan-lukisan itu.
"Baginda, kami telah mencari dengan teliti dan hati-hati. Tapi memang sulit menemukan yang cocok dengan selera Baginda." Ucap Patih Gajah Mada.
"Aku ingin permaisuri yang tidak hanya cantik, tetapi juga bijaksana dan memiliki hati yang baik. Pernikahan ini bukan hanya tentang kepentingan politik, tetapi juga tentang membentuk keluarga yang kuat dan harmonis." Tutur Raja Hayam Wuruk.
"Baginda, mungkin kita perlu memperluas pencarian ke lebih jauh. Nusantara luas, pasti ada putri yang sesuai dengan keinginan Baginda." Balas Patih Gajah Mada.
"Kau benar, Gajah Mada. Kita tidak boleh terburu-buru dalam memilih. Aku percaya ada yang akan datang dan membuatku yakin." Jawab Raja Hayam Wuruk.
Beberapa waktu kemudian, utusan kembali dengan sebuah lukisan yang dipersembahkan kepada Raja Hayam Wuruk.
"Baginda, kami telah menemukan lukisan seorang putri dari Kerajaan Sunda yang sangat cantik dan anggun. Ini adalah lukisannya." Ucap Utusan sambil menyerahkan lukisan tersebut pada Raja Hayam Wuruk.
Raja Hayam Wuruk melihat lukisan, "hmm, ini sungguh menakjubkan. Apakah ada informasi lebih lanjut tentang putri ini?"
"Namanya Dyah Pitaloka, putri Raja Linggabuana dari Kerajaan Sunda. Dia terkenal karena kecantikannya dan juga kelembutannya." Jawab Utusan.
"Gajah Mada, apa pendapatmu tentang lukisan ini?" Tanya Raja Hayam Wuruk meminta pendapat Patih Gajah Mada.
"Baginda, aku percaya ini adalah penemuan yang sangat berharga. Dyah Pitaloka tampaknya memenuhi kriteria yang Baginda cari." Jawab Patih Gajah Mada.
"Baiklah, persiapkan segala sesuatunya. Aku ingin mengirim utusan kembali ke Kerajaan Sunda untuk melamar Dyah Pitaloka sebagai permaisuri Majapahit." Tutur Raja Hayam Wuruk, ia merasakan hatinya berdebar kencang saat melihat lukisan putri Dyah Pitaloka.
"Segera, Baginda. Aku akan mengatur semuanya dengan sebaik-baiknya." Ujar Patih Gajah Mada.
---
"Patih Madhu, aku mempercayakanmu tugas penting ini. Kamu akan pergi ke Kerajaan Sunda membawa surat lamaran dari Raja Hayam Wuruk untuk Dyah Pitaloka." Ucap Patih Gajah Mada dengan tegas.
"Baik, Mahapatih. Saya siap melaksanakan perintah Baginda. Apakah ada pesan khusus yang ingin Baginda sampaikan?" Ujar Patih Madhu.
"Sampaikan dengan jelas bahwa Raja Hayam Wuruk dengan tulus menginginkan Dyah Pitaloka sebagai permaisuri Majapahit. Jelaskan bahwa ini bukan sekadar pernikahan politik, tetapi juga tentang membentuk ikatan yang kokoh antara dua kerajaan." Tutur Patih Gajah Mada.
"Saya akan sampaikan pesan tersebut dengan setulus hati, Mahapatih. Kapan saya harus berangkat?" Tanya Patih Madhu.
"Segera, Patih Madhu. Setiap hari berharga dalam mengamankan persetujuan dari Kerajaan Sunda. Pastikan untuk memberikan penghormatan yang pantas saat kamu tiba di sana." Jawab Patih Gajah Mada.
Patih Madhu membungkuk hormat, "saya tidak akan mengecewakan kepercayaan Baginda dan Mahapatih. Izinkan saya segera bersiap untuk perjalanan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Waktu: Dari Perang Bubat ke Masa Depan
Fiksi Sejarah❕ Follow dulu sebelum baca ❕ Cerita perang Bubat adalah sebuah kisah tragis dalam sejarah Majapahit. Perang ini terjadi pada tahun 1357 antara pasukan Kerajaan Majapahit pimpinan Gajah Mada dan pasukan Kerajaan Sunda pimpinan Prabu Maharaja Lingga B...