Bab XXII

38 5 0
                                    

Di tempat yang terpencil dan jauh dari pandangan umum, seorang pria tengah berdiri dengan penuh kewaspadaan. Di hadapannya, beberapa pria yang tampak tangguh dan berpengalaman dalam pertempuran menerima kantong-kantong kecil berisi emas dan permata sebagai imbalan atas pekerjaan mereka. Pria yang memberikan imbalan itu tidak lain adalah Patih Madhu.

"Kerja yang bagus," kata Patih Madhu dengan suara rendah namun tegas. "Raja Hayam Wuruk terluka parah, dan kalian telah melakukan tugas kalian dengan baik. Dengan ini, kalian telah memenuhi bagian kalian dari kesepakatan."

Salah satu dari pria itu, yang tampak sebagai pemimpin kelompok tersebut, mengangguk sambil menerima kantong emas. "Kami hanya melakukan apa yang diperintahkan. Apa yang harus kami lakukan selanjutnya?"

Patih Madhu tersenyum tipis, matanya memancarkan kepuasan yang dingin. "Untuk saat ini, bersembunyilah. Jangan tinggalkan jejak yang bisa menuntun mereka kembali kepada kita. Aku akan menghubungi kalian jika ada tugas lain yang perlu diselesaikan."

Setelah para penyerang itu pergi, Patih Madhu berdiri sendiri, merenungkan rencananya. Ia tahu bahwa tindakannya ini berisiko tinggi, tetapi ia percaya bahwa dengan melukai Raja Hayam Wuruk, ia bisa mengguncang stabilitas Majapahit dan memperlemah posisi Patih Gajah Mada.

Kembali ke Majapahit, Patih Gajah Mada menerima laporan terbaru dari mata-mata yang mengkonfirmasi bahwa serangan tersebut bukan ulah Blambangan. Namun, informasi tersebut tidak memberikan jawaban tentang siapa yang sebenarnya di balik serangan itu.

Patih Gajah Mada merasa ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi. Ketika ia berbicara dengan Dyah Pitaloka dan Adipati Raden Wiratama tentang situasi ini, ia menyadari bahwa mereka perlu menggali lebih dalam.

"Ada pihak ketiga yang terlibat dalam serangan ini," kata Patih Gajah Mada dengan tegas. "Kita harus menemukan siapa mereka sebelum mereka bisa melancarkan serangan berikutnya."

Dyah Pitaloka, yang masih terpengaruh oleh jiwa Priscilla, mencoba mengingat detail kecil yang mungkin terlewatkan. "Patih, mungkin kita perlu melihat lebih dekat pada siapa saja yang mungkin memiliki dendam pribadi atau politik terhadap Raja Hayam Wuruk. Ada kemungkinan bahwa pelakunya ada di dalam kerajaan sendiri."

Patih Gajah Mada mengangguk, menyetujui saran tersebut. "Kita akan memulai penyelidikan internal. Aku akan menugaskan beberapa orang terpercaya untuk menyelidiki setiap pejabat tinggi dan memastikan bahwa kita tidak melewatkan apa pun."

Sementara itu, Patih Madhu terus beroperasi dari bayang-bayang, merencanakan langkah berikutnya dengan hati-hati. Ia tahu bahwa semakin lama ia tidak terdeteksi, semakin besar peluangnya untuk mengguncang fondasi Majapahit dan mengambil keuntungan dari kekacauan yang ditimbulkannya.

Hari-hari berikutnya akan menjadi ujian bagi kerajaan Majapahit. Dengan ancaman yang datang dari dalam dan luar, hanya kerja sama dan kecerdikan yang bisa menyelamatkan mereka dari kehancuran yang dihadapi. Dyah Pitaloka, Patih Gajah Mada, dan para pahlawan lainnya harus bekerja lebih keras dari sebelumnya untuk mengungkap kebenaran dan mengembalikan perdamaian di kerajaan mereka.

---

Dyah Pitaloka dengan jiwa Priscilla, berjalan dengan hati-hati menuju ruangan Raja Hayam Wuruk. Raja telah mulai pulih dari lukanya, namun masih memerlukan waktu untuk sepenuhnya sembuh.

Setibanya di ruangan Raja Hayam Wuruk, Priscilla mengetuk pintu dengan lembut. "Baginda, ini aku, Dyah Pitaloka," katanya dengan nada yang penuh hormat.

"Masuklah," jawab Raja Hayam Wuruk dengan suara lemah namun tegas.

Dyah Pitaloka membuka pintu dan melangkah masuk. Raja Hayam Wuruk berbaring di ranjangnya, wajahnya pucat tetapi matanya menunjukkan kekuatan dan keteguhan.

"Bagaimana perasaanmu hari ini, Baginda?" tanya Dyah Pitaloka dengan lembut.

"Aku merasa lebih baik, terima kasih," jawab Raja Hayam Wuruk.

Dyah Pitaloka duduk di dekat Raja Hayam Wuruk, "syukurlah ..."

"Baginda, kami telah melakukan penyelidikan mendalam mengenai serangan yang terjadi. Patih Gajah Mada dan Adipati Raden Wiratama sedang bekerja keras untuk mengungkap siapa yang sebenarnya berada di balik serangan ini. Mata-mata kami di Blambangan belum mendapatkan informasi yang pasti, namun mereka mencurigai bahwa Blambangan menyadari bahwa mereka sedang diawasi." Lanjutnya.

Raja Hayam Wuruk mengangguk pelan, menyerap informasi tersebut. "Lalu, apa yang kita ketahui sejauh ini?"

"Kami menduga bahwa ada pihak ketiga yang terlibat, mungkin dari dalam kerajaan sendiri," lanjut Priscilla. "Patih Gajah Mada telah memulai penyelidikan internal untuk memastikan bahwa kita tidak melewatkan apa pun. Namun, kami juga mendapatkan informasi bahwa Patih Madhu mungkin terlibat dalam serangan ini."

Mata Raja Hayam Wuruk menyipit mendengar nama Patih Madhu. "Patih Madhu? Mengapa dia akan melakukan hal seperti ini?"

"Kami belum tahu pasti, Baginda," jawab Priscilla dengan hati-hati. "Namun, kami sedang mengumpulkan bukti dan mencoba memahami motif di balik tindakannya. Kita perlu berhati-hati dan memastikan bahwa kita memiliki cukup bukti sebelum mengambil tindakan terhadapnya."

Raja Hayam Wuruk menghela napas berat. "Ini adalah masa yang sulit bagi kita semua. Aku percayakan ini padamu, Dyah, dan pada Patih Gajah Mada. Pastikan bahwa keadilan ditegakkan, dan bahwa kita dapat mengembalikan kedamaian di kerajaan kita."

Priscilla mengangguk dengan tegas. "Kami akan melakukan yang terbaik, Baginda. Tolong jaga kesehatanmu dan sembuhlah dengan cepat. Kami membutuhkan kekuatan dan kebijaksanaanmu."

Raja Hayam Wuruk tersenyum tipis. "Terima kasih, Dyah. Aku akan beristirahat dan berusaha pulih secepat mungkin."

Dengan itu, Priscilla bangkit dari tempat duduknya dan membungkuk hormat sebelum meninggalkan ruangan. Di luar, dia menghela napas dalam-dalam, merasa berat tanggung jawab yang ada di pundaknya. Namun, ia tahu bahwa bersama dengan Patih Gajah Mada dan sekutu lainnya, mereka akan menemukan kebenaran dan memastikan bahwa keadilan ditegakkan.

Jejak Waktu: Dari Perang Bubat ke Masa DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang