Dari kejauhan, Patih Gajah Mata mulai memantau dengan cermat gerak-gerik Patih Madhu. Dengan sorotan mata tajam, ia mengamati setiap langkah dan interaksi Patih Madhu dengan pelayan.
Ketika Patih Madhu bertemu dalam pertemuan tertutup atau berkomunikasi dengan pihak lain, namun Patih Gajah Mada sepertinya mengenali orang-orang itu, mereka adalah orang-orang yang menyerangnya saat perjalan kembali ke kerajaan Majapahit dan membuat Raja Hayam Wuruk terluka.
Patih Gajah Mada menggenggam tangannya dengan erat menahan emosi, "keterlaluan!" Gumamnya.
Ketika mendengar samar-samar percakapan dari dalam sana, Patih Gajah Mada mencoba menajamkan pendengarannya.
"Kalian akan menculik tunangan Raja Hayam Wuruk, Putri Dyah Pitaloka. Dengan keadaan Raja yang seperti itu, dia tidak mungkin bisa menyelamatkan Putri Dyah Pitaloka." Ujar Patih Madhu pada orang-orangnya.
Mengetahui itu, Patih Gajah Mada bergegas kembali ke kerajaan Majapahit dengan kudanya. Sesampainya di istana, ia mencari keberadaan Dyah Pitaloka.
"Dimana Putri Dyah Pitaloka?" Tanya Patih Gajah Mada pada Radin Wiratama dengan tergesa-gesa.
"Sedang menemani Baginda Raja, apa yang terjadi?" Raden Wiratama berfirasat ada hal yang akan terjadi.
"Baiklah, ikut aku!" Patih Gajah Mada dan Raden Wiratama bergegas menuju ruangan Raja Hayam Wuruk.
Pintu diketuk oelh Patih Gajah Mada, "Baginda, ini aku, Patih Gajah Mada dan Adipati Raden Wiratama."
"Masuklah!" Jawab Raja Hayam Wuruk dari dalam, merekapun segera memasuki ruangan, dan mengunci pintu agar tidak ada yang mendengar percakapan mereka.
"Baginda, Putri Dyah, ada yang ingin aku sampaikan." Ujar Patih Gajah Mada.
"Bicaralah, apa yang ingin kau sampaikan?" Tanya Raja Hayam Wuruk merasa ada yang tidak beres. Sedangkan, Dyah Pitaloka menatap cemas pada Patih Gajah Mada.
"Ternyata dibalik serangan yang kita alami saat itu adalah perbuatan Patih Madhu." Ucap Patih Gajah Mada.
"Apa?!" Mereka begitu terkejut mendengar ucapan Patih Gajah Mada.
"Apakah kau yakin, Patih?" Raja Hayam Wuruk merasa tidak yakin kalau Patih Madhu lah yang bertanggungjawab atas ini.
Patih Gajah Mada menganggukkan kepalanya, "Aku sudah memantaunya akhir-akhir ini, dan tadi aku mengikuti Patih Madhu yang melakukan pertemuan rahasia dengan orang-orang yang menyerang kita waktu itu, aku juga mendengar bahwa Patih Madhu memerintah orang-orang itu untuk menculik Putri Dyah Pitaloka." Tutur Patih Gajah Mada.
Dyah Pitaloka tercekat saat mendengar bahwa dirinya akan menjadi target selanjutnya. Adipati Raden Wiratama mendekat pada Dyah Pitaloka.
"Tenanglah Tuan Putri, aku akan melindungimu!" Ujar Adipati Raden Wiratama menenangkan Dyah Pitaloka. Raja Hayam Wuruk menatapnya tak suka, Patih Gajah Mada menyadari tatapan tak suka itu.
"Segera kirim pasukan ke tempat persembunyian mereka, perketat pengamanan istana, jangan sampai lengah. Bawa Patih Madhu dalam keadaan masih hidup!" Perintah Raja Hayam Wuruk pada Patih Gajah Mada.
"Laksanakan, Baginda!" Jawab Patih Gajah Mada lalu menarik Adipati Raden Wiratama untuk keluar dari ruangan itu.
Saat diluar runagan, "apa yang kau lakukan?!" Ujar Patih Gajah Mada.
"Apa?" Raden Wiratama mengerutkan keningnya.
"Yang kau katakan itu membuat Baginda Raja cemburu, dasar bodoh!" Ungkap Patih Gajah Mada.
Raden Wiratama menganggukkan kepalanya, "oh tentang itu, Putri Dyah Pitaloka kan Putri kerajaan Sunda, jadi sudah tugasku untuk melindungi Tuan Putri."
---
Raja Hayam Wuruk menepuk kasurnya, agar Dyah Pitaloka duduk di sana, saat Dyah Pitaloka sudah duduk, Raja Hayam Wuruk menarik pinggang Dyah Pitaloka agar lebih dekatnya.
"Tetaplah disini, aku tidak mau kau terluka lagi karena ku." Pinta Raja Hayam Wuruk sembari menaruh pipinya di pundak Dyah Pitaloka.
"Tentu saja! Aku tidak mau mati dua kali!" Jawab Dyah Pitaloka dengan perasaan yang masih cemas.
Raja Hayam Wuruk tersenyum mendengar jawaban Dyah Pitaloka, "berjanjilah padaku, apapun yang terjadi jangan pergi, dan tetaplah disisi ku." Raja Hayam Wuruk menyodorkan jari kelingkingnya.
Dyah Pitaloka menatap jari kelingking tangan Raja Hayam Wuruk, lalu ia menggenggamnya, "aku tidak bisa berjanji, karena aku takut tidak bisa menepatinya." Mengingat bahwa dirinya adalah Priscilla bukan Dyah Pitaloka yang asli.
"Kenapa? Kau berniat meninggalkan ku?" Tanya Raja Hayam Wuruk dengan cemas.
Dyah Pitaloka menggelengkan kepalanya, "tidak, aku akan selalu ada disini." Ujar Dyah Pitaloka sambil menyentuh dada Raja Hayam Wuruk.
"Kau berbohong! Aku merasa kau akan pergi jauh dan meninggalkan ku sendiri, dan aku tidak akan membiarkan mu pergi, Dyah!" Raja Hayam Wuruk memeluk erat Dyah Pitaloka.
Dyah Pitaloka membalas pelukan Raja Hayam Wuruk, air matanya mengalir seketika, ia melihat Roh Dyah Pitaloka di pojok ruangan dengan tatapan yang sulit diartikan.
Raja Hayam Wuruk melepaskan pelukannya, ia melihat pipi Dyah Pitaloka yang basah akibat air mata, "kenapa kau menangis?" Raja Hayam Wuruk segera mengusap air mata itu.
"Baginda, jika aku bilang kalau aku bukan Dyah Pitaloka yang asli, apakah kau percaya?" Tanya Dyah Pitaloka dengan tiba-tiba.
Dyah Pitaloka melihat Raja Hayam Wuruk mengerutkan keningnya tak mengerti apa yang dikatakan olehnya, "sudah pasti kau tidak akan percaya!"
"Apa yang kau katakan, Dyah?"
"Di pojok sana, ada Roh Dyah Pitaloka yang asli, hanya aku yang bisa melihatnya." Tutur Dyah Pitaloka sambil menunjuk ke arah dimana Roh Dyah Pitaloka yang asli berada. Pandangan Raja Hayam Wuruk mengikuti kemana tangan Dyah Pitaloka mengarah.
Ia semakin tidak mengerti apa yang Dyah Pitaloka katakan, ia pun kembali memeluk Dyah Pitaloka, "hentikan omong kosong mu, Dyah!"
"Baginda, aku harus mengatakan ini, sebelum waktuku habis." Dyah Pitaloka melepaskan pelukannya.
"Aku Priscilla dari masa depan, aku mengalami kecelakaan hingga cedera di otak dan saat ini aku terbaring di ranjang rumah sakit karena koma. Aku dan Putri Dyah Pitaloka terhubung oleh takdir, maka dari itu Dyah Pitaloka memberikan ku tugas untuk menghentikan konflik yang berlanjut antara kerajaan Majapahit dan kerajaan Sunda, dan aku harus membuat kerajaan Majapahit dan Sunda melakukan perdamaian." Lanjutnya membuat Raja Hayam Wuruk terkejut.
"Jadi kau ... Kau bukan Dyah Pitaloka yang asli?" Tanya Raja Hayam Wuruk terbata-bata. Dyah Pitaloka menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Waktu: Dari Perang Bubat ke Masa Depan
Tarihi Kurgu❕ Follow dulu sebelum baca ❕ Cerita perang Bubat adalah sebuah kisah tragis dalam sejarah Majapahit. Perang ini terjadi pada tahun 1357 antara pasukan Kerajaan Majapahit pimpinan Gajah Mada dan pasukan Kerajaan Sunda pimpinan Prabu Maharaja Lingga B...