04. Berharap itu sakit

1K 57 2
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍃🍃🍃


Disebuah kamar bernuasa putih abu-abu, dengan di hiasi beberapa foto, dan stiker-stiker kartun kesukaan pemilik kamar. terdengar suara tangisan yang menggema di penjuru kamar.

"Sakit.. Sakit sekali Ya Allah.."

"Ya Allah.. Maaf kan Hamba yang terlalu berharap kepada ciptaan mu Ya Allah.."

"Hamba menyesal Ya Allah.."

"Hamba sekarang merasakan sakit karna ulah ku sendiri Ya Allah.."

"Maaf kan lah Hamba.."

Zaily, gadis itu berdo'a setelah sholat tahajjud, bahkan sholat taubat. Zaily menyesal karna terlalu berharap kepada manusia, memang benar, jangan terlalu berharap kepada manusia, nanti akan sakit.

3 jam Zaily meminta ampun kepada Allah sembari menangis. Setelah selesai, Zaily memakai cadar nya tanpa mengganti mukenah nya dengan jilbab.

Setelah dia pakai, gadis itu berjalan ke arah balkon untuk mencari angin.

Sejuk nya angin subuh, tidak membuat Zaily kedinginan sama sekali. Gadis itu memejamkan mata nya, menikmati sapuan angin.

***

Sedangkan di sebuah mansion terlihat dua pasutri yang baru saja selesai sholat tahajjud dan sholat taubat di mushola kecil yang ada di mansion itu. Mereka bertaubat karna sudah menyakiti perasaan Zaily.

"Bagaimana aku bisa menjalani pernikahan ku Ya Allah.. Sedangkan sahabat ku, dia sakit hati karna pernikahan ini Ya Allah.." batin Adiba.

"Aku ingin berbalik, apakah bisa?" tanya Rafka.

"Tunggu, aku mau pake cadar." jawab Adiba.

Adiba pun memakai cadar nya dengan cepat, Adiba belum siap untuk menampakkan rambut, dan wajah nya pada Rafka. Karna mereka tidak saling mencintai, bahkan mereka pisah kamar.

"Sudah." ucap Adiba, Rafka mengangguk lalu berbalik.

"Diba, aku merasa bersalah pada Zai, aku sudah janji akan menikahi nya setelah dia kembali, tapi.. Kenapa harus begini." ucap Rafka.

"Bukan hanya kamu, aku juga merasa bersalah, aku sahabat nya, kami berdua sudah bersahabat di dalam perut, Zai sudah seperti saudara kembar ku sendiri, karna kami lahir di hari, dan waktu yang sama." ucap Adiba.

"Kamu, kamu cinta pertama Zaily, kalian saling mencintai, tapi kamu harus menikah dengan ku. Aku tidak pernah sama sekali menyakiti perasaan Zaily, baru kali ini! Hiks, baru kali ini Raf! Baru kali ini hiks." imbuh Adiba lagi dengan deraian air mata, bahkan Rafka juga meneteskan air mata.

"Baru kali ini aku menemukan persahabatan yang begitu erat." batin Rafka, menatap Adiba yang menangis.

"Mau bagaimana Dib, ini semua sudah terjadi, dan kita tidak bisa mengubah skenario yang di buat Allah." ucap Rafka.

Adiba mengangguk lalu berkata. "Aku ingin ke kamar ku." pamit Adiba berdiri di angguki Rafka.

"Maaf kan aku Zai, aku ingkar janji, maaf kan aku." batin Rafka.

***

Singkat waktu, malam telah berganti menjadi pagi, semua orang kembali sibuk dengan aktivitas nya. Setelah selesai sholat subuh, Zaily langsung turun tangan ke dapur sebelum abah dan umma nya keluar kamar.

Di dapur Zaily berkutat dengan peralatan masak sembari bersholawat.

"Good Morning everyone, hmm harum sekali." ucap abah Harif, baru masuk di dapur bersama istri tercinta nya.

"Maa syaa Allah.. Anak umma udah di dapur aja nih." ucap umma Naira, Zaily hanya membalas nya dengan senyuman.

"Sini nak umma bantu." tawar umma Naira, baru saja umma Naira ingin memegang spatula, Zaily langsung mengambil nya.

"Udah, umma dan abah duduk anteng aja, biar Zai yang masak." ucap Zaily.

"Nah, betul kata Zai sayang, mending kita duduk aja, dan biarkan putri kita ini masak, lagian kamu gak penasaran sama masakan putri kita?" ucap abah Harif.

"Hemm.. Benar juga yah, yaudah, umma dan abah tunggu di meja makan ya, awas hati-hati masak nya nanti kena minyak." ucap umma Naira.

"Iya umma." jawab Zaily, umma dan abah pun menuju ke meja makan, Sedangkan Zaily kembali melanjutkan masakan nya.

Setelah selesai masak, mereka pun makan bersama. Selesai makan mereka membersihkan piring Kotor bersama, setelah itu abah Harif dan umma Naira pergi di halaman depan rumah untuk menyirami tanaman, begitu juga Zaily yang menyirami tanaman, tapi di belakang rumah.

Cukup lama Zaily menyirami tanaman, karna memang sangatlah banyak. Setelah selesai, Zaily duduk di bawah pohon sembari menatap langit, hati Zaily masih sedih, tapi tidak sesedih kemarin.

Umma Naira dan abah Harif yang telah selesai menyirami tanaman menyusul ke belakang rumah, saat sampai di belakang rumah, umma Naira dan abah Harif tersenyum getir melihat anak satu-satu nya itu merenung.

Langsung saja mereka mendekati Zaily lalu duduk di samping nya, abah Harif menyandarkan kepala Zaily ke bahu nya, sedangkan umma Naira mengelus-elus tangan Zaily.

"Mungkin di balik semua ini, ada hal yang paling indah menanti kamu di depan sana nak." nasehat abah Harif.

Zaily mengangkat kepala nya lalu mengambil tangan abah dan umma nya lalu dia cium, dan berkata. "Makasih abah, umma. Kalian selalu ada buat Zai, Zai beruntung banget punya orang tua seperti abah dan umma." ucap Zaily.

"Sedari kecil, Zai gak pernah merasa yang namanya kurang kasih sayang, kalian selalu memberikan cinta yang tak terbatas untuk Zai, l love you abah, umma." imbuh Zaily lagi.

"I love you more sayang." ucap abah Harif dan umma Naira, mereka bertiga pun berpelukan.

***

Pangeran Untuk Zaily [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang