TUJUH [salah paham?]

8 3 0
                                    

Meylian berjalan di koridor sendirian, biasa temanya sudah berlari agar tak ketinggalan bus sekolah.

"Bang!" Meylian sedikit berlari agar menyusul sang kakak, Satliam hanya menoleh lalu lanjut berjalan.

"Bang lo tuh kebiasaan ngilang ninggalin gue" Meylian mengomel dan Satliam malah menyumpal lubang telinganya dengan jari,
Meylian menatap galak kakaknya.

"Alah lo udah nggak butuh gue lagi" Meylian melongo menatap kakaknya tak mengerti.
"Maksud?" Meylian mengangkat sebelah alisnya.

"Lo belakang ini sering sama cowok playboy itu kan" Satliam berhenti berjalan kali ini menatap Meylian dengan bersilang dada.

"Hah?" Meylian melongo benar-benar melongo, bagaimana kakaknya tahu?, sepertinya dia tak sesering itu bersama Agantha.

"Mey!" Satliam memegang pundak adiknya dan menatap serius. "Kamu boleh suka sama siapa aja tapi jangan bodoh seperti perempuan-perempuan itu, masa suka sama playboy!,kaya nggak ada cowok lain aja, cari itu yang kaya Abang nih setia, tamvan ruvawan, Soleh lagi" ucapan Satliam membuat Meylian nyengir.

"Cari yang kaya Abang?, nggak Sudi tampan apaan kayak babi gitu, udah wib-" Satliam membekap mulut Meylian sambil menoleh ke sana kemari.

"Jangan rusak image gue GO***K!" Satliam berbisik tepat pada telinga Meylian,lalu melepaskan tangannya dari mulut Meylian.

"Kalo mau mbekap orang itu ngotak, lo jatuhnya pembunuhan, hidung gue ikut lo tutup TOL**!" Meylian menghirup udara di sekitarnya ia hampir saja kehilangan pasokan udara dan pingsan.

"Mana tangannya bau-" Meylian melotot menatap kakaknya lalu nyengir. "Lo ngerokok ya bang, iya kan" Meylian mendekatkan wajahnya mengintimidasi kakaknya.

"Ng-ngak" Satliam kembali berjalan dan langsung di hadang oleh Meylian dengan tatapan mautnya.

"Makin parah aja, kalo kaya gini dengan sangat terpaksa saya akan melaporkan anda" Meylian hendak berlari namun tangannya ditarik oleh Satliam.

"Lo mau gue di keluarin?!" Satliam menatap adiknya dengan lekat dan kesal sekali.

"Mau-mau aja" Meylian menatap datar, lalu kembali berjalan dan langsung di susul oleh Satliam.

"Adikku paling baik hati walau rupa macam Kunti, kasihanilah abangmu paling tamvan sedunia ini" Meylian menatap be like, apakah dirinya tak salah dengar?.

"Sttttt... Abang kasih penawaran" Meylian menatap tertarik, penawaran Abangnya selalu bagus dan tak merugikan.

"Ice cream?" Tanya Satliam, Meylian nampak berpikir.

"Nggak, gue bisa nyolong di warung nenek" Meylian menggeleng.
"Nah lo nyolong kan gue bilang nenek" kondisi berbalik Meylian salah bicara.

"Gue juga bakal aduin lo ke nenek, kalo lo yang mecahin vas kesayangan nenek"Meylian tersenyum miring, Satliam berdecak kesal.

"Lo mau apa?" Satliam kehabisan akal adiknya sulit di mengerti.
"Apa ya?" Meylian menempelkan telunjuknya di pelipis berpikir sejenak.

"Ah permen kapas kayaknya enak sama bakso Deket alun-alun kota kayaknya enak juga" Meylian tersenyum devil.

"Ngantrinya nggak ngotak bejir kan warung bakso itu viral sama baru buka antriannya ngalahin antri bansos" Satliam melotot kesal sekali.

"Ya udah kalo nggak mau, jadi mending di keluarin dari sekolah terus jadi gelandangan?" Satliam nyengir kehabisan kata-kata.

"Oke-oke gue beliin" Satliam mencegah Meylian melangkah.

"Awwww makasih abangkuuuu" Meylian memeluk Satliam, dan membuat Satliam menekan kepala Meylian yang lebih pendek darinya.

Dia Agantha | [Seutas Benang Merah]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang