DUA PULUH SATU [rencana?]

6 1 0
                                    


“Kamu adalah alasanku memandang dunia ini indah”~
Agantha

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Heksa memutuskan untuk pulang setelah mendengar rencana Abbel bertemu orang tua Meylian.

"Lo serius mau pulang?" Tanya Agantha memastikan.

"Iya udah malem lo juga mau ketemu sama sama orang tua Meylian kan, tapi gue mau bicara sebentar sama lo" Agantha menaikan sebelah alisnya.

"Lo jangan samain mereka, mereka jelas beda dan gue harap lo mencintai Meylian sebagai Meylian" heksa melangkah meninggalkan Agantha yang mematung percakapannya dengan heksa beberapa waktu lalu membuatnya tak yakin sesuatu di dalam hatinya terasa gelisah.

Setelah heksa pergi dengan di hantar oleh supir Agantha sebuah mobil hitam masuk ke pekarangan mansion itu.

"Ah mereka sudah sampai" Abbel berdiri di sebelah Agantha begitupun Meylian menatap kedua orang yang turun dari mobil tersebut.

"Hai, lama nggak ketemu gimana kabar kamu Abbel?" Ling bersalaman dengan Abbel.

"Baik, tambah baik malam ini" mereka berdua tertawa mengabaikan Meylian yang masih bingung.

"Halo Sam" sapa Abbel, dan di angguki oleh Sam.

"Ayo masuk kita bicarakan di dalam saja" Abbel menuntun mereka masuk, Meylian mendekati Agantha.

"Gan" panggil Meylian, Agantha segera menoleh tersenyum menatap wajah Meylian.

"Kenapa?" Tanya Agantha lembut.

"Kita harus gimana?" Meylian mengigit bibir bawahnya gelisah.

"Ya gimana" ucap Agantha pasrah tetapi senang lantas dia melenggang masuk membuat Meylian kesal setengah mati.

"Sabarr" Meylian mengelus dadanya lantas ikut masuk.

"Jadi cewek yang kamu bawa pas pesta persemian kapal itu anak saya?" Tanya sam melirik Agantha, Agantha hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Dasar kenapa nggak bilang dari awal, malah ngaku-ngaku jadi orang lain" Sam melirik anaknya, Meylian hanya mengedikkan bahunya.

"Biarlah Sam, bukankah ini kebetulan yang sangat pas rencana perjodohan kita di permudah" Abbel tersenyum lembut.

"Iya kebetulan yang sangat kebetulan mereka memang seperti di takdirkan bersama" Ling tersenyum, Meylian nyengir biasanya bundanya itu tidak seperti itu kenapa malah jadi.

"Bukankah sebaiknya kita menetapkan tanggal pertunangan mereka secepatnya?" Tanya Abbel dan di angguki oleh Sam dan Ling.

"Sebaiknya kita tanya anak-anak dulu apakah mereka setuju" Sam melirik Agantha dan Meylian.

"Kalo agan ikhlas lahir batin" Agantha melirik Meylian sekarang semua melirik ke arah Meylian.

"Gimana Mey?" Tanya Ling.

"Mey setuju aja" ucap Meylian, membuat Agantha menyeringai senang.

"Jadi acaranya akan di adakan kapan?" Tanya Abbel tak sabaran.

"Secepatnya lebih baik" sahut Sam.

"Bagaimana kalau bulan depan?" Ucap Ling menatap Abbel.

"Baiklah waktu yang cukup untuk mempersiapkan pestanya" itulah hasil keputusan mereka tidak ada yang bisa membatalkannya.

Dia Agantha | [Seutas Benang Merah]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang