LIMA BELAS [Agantha & Meylian]

4 2 0
                                    

“Bersamamu selalu indah"
~Agantha

🌹🌷🌹

Agantha berdecak kesal ia baru saja membanting ponselnya ke lantai sampai membuat thero, Darrel, dan Arsya, hanya heksa yang tidak terkejut Agantha memang selalu begitu sejak dulu.

"Buset kasian tuh hp, kalo lo nggak mau buat gue aja sayang" threo mengelus dada sayang hp yang masih bagus itu di lempar begitu saja di lantai.

"Hp nggak guna, dari tadi bunyi terus" Agantha berdecak kesal menatap tak acuh kepada ponsel yang langsung retak layarnya.

"Kan-kan udah gue bilangin gan makanya jangan banyak tingkah punya pacar kok selusin" Arsya menggeleng tak percaya, heksa hanya melirik Agantha dari sudut matanya, Agantha jelas tidak bisa di salahkan dengan tingkahnya karena ia tau alasan di balik semuanya.

"Banyak bacot lo" Agantha mengusap kasar wajahnya, nampak lesu dari tadi ia di teror oleh mantan pacar-pacarnya yang meminta kejelasan.

"Kalo Meylian ngirim pesan lo nggak tau dong" ucap Darrel Tampa menatap wajah Agantha ia fokus pada ponselnya.

"Sial" umpatnya saat ia kalah dalam game ia hendak membanting ponselnya namun ia sayangkan, mana mungkin ia lakukan ponsel itu saja hasil kerja kerasnya membantu orang tuanya bekerja.

"Nggak pa-pa di banting aja rel" Agantha terkekeh melihat Darrel h Ndak membanting ponselnya namun ia sayangkan.

"Huh gue kan bukan sultan yang sesuka hati buang barang yang masih bagus" Darrel mendengus kesal, membuat teman-temannya tertawa.

"Bener juga gue harus beli ponsel baru" Agantha beranjak dari duduknya.

"Mau kemana lo" Arsya menatap Agantha heran.

"Beli hp" Agantha sudah tenggelam di balik pintu lift rumahnya.

"Sultan mah bebas" Darrel terkekeh.

Agantha berjalan menuju garasi rumahnya, menyalakan motornya, tadi setelah dia sekolah ternyata motornya telah di servis.

"Gan, Agan mau kemana?" Tanya Abbel keluar dari rumah.

"Mau beli hp ma!!" Agantha berteriak agar Abbel mendengarnya.

"Ngak usah teriak-teriak mama ngak budek, emang hp kamu kenapa" Agantha menepuk jidatnya, dasar perempuan tidak bisa di mengerti bukan maksudnya dia tidak bermaksud membuat mamanya seperti orang budek.

"Iya iya, HP-nya agan banting" Abbel menggelengkan kepalanya menghela nafas benar benar anaknya ini.

"Ya udah sana hati hati" Abbel masuk kembali, moto Agantha telah melesat menuju pusat perbelanjaan.

***

Meylian meletakkan barang-barang di rak dengan hati-hati sambil bersenandung ria, Lien memakai kecamatannya tampak mencoret-coret kertas di depannya.

"Nek udah selesai" Meylian turun dari tangga bantu menepuk-nepuk tangannya membersihkan dari kotoran.Meylian melangkah keluar dari toko Lien.


"Heh mau kemana?" Lien menatap tajam darn balik bingkai kacamatanya.

"Mau rebahan" Lien menggeleng apa boleh buat jika cucunya sudah begitu.

Meylian melangkah menuju rumahnya membuka pintu lantas naik dengan cepat ke lantai dua, Meylian menghentikan langkahnya menatap kakaknya yang juga menatapnya.

Kali ini tatapan Satliam tidak seperti biasanya tatapannya berubah menjadi tatapan bersalah dan Meylian melotot sambil melengos tak acuh dia sudah sangat kesal kepada kakaknya.

Dia Agantha | [Seutas Benang Merah]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang