DUA PULUH SEMBILAN [Hukuman gila]

1 1 0
                                    

"iya ma" Agantha mendengarkan ceramah ibunya, Meylian memutuskan pulang dengan Satliam setelah itu ia di telpon Abbel.

"Kamu itu jangan sering bolos, mau jadi apa kamu mama nggak akan serahin perusahaan sama kamu kalo kamu nggak sekolah" ucap Abbel panjang kali lebar dari sebrang telpon.

"Kalo nggak di kasih Agantha di kasih siapa lagi?" Agantha meraih minumannya, ia sedang menonton di bioskop mini di rumahnya. Yeah walau ukuran layarnya sama hanya saja jumlah kursi penontonnya yang sedikit.

" Kamu ini bisaa aja ngelawan, nggak baik nglawan orang tua itu" suara Abbel terdengar memekik membuat Agantha menjauhkan telpon itu.

"Iya ma, iya Agantha salah, tapi Agantha nggak tega nge-bangunin Meylian" Agantha hampir tersedak karena hantu di dalam film memenuhi layar.

"Ngagetin aja!" Agantha berdecak kesal, sepertinya ia salah memilih film.

"Agantha mama mau ngomong, untuk beberapa hari mama nggak bisa pulang, mama mau ke Amerika buat ngurusin beberapa anak perusahaan yang bermasalah, soal pertunangan kamu biar evena yang urus" Agantha tau ibunya pasti sibuk bahkan sejak ia kecil selalu seperti itu tetapi ia tak egois ibunya melakukannya untuk dirinya.

"Hemm,, iya ma, mama jangan lupa jaga kesehatan nggak usah di paksain kalo nggak kuat biar Agantha yang urus" ucap Agantha menenangkan.

"Iya kamu juga, jangan buat masalah. Love you my boy" ucap Abbel.

"Love you too mom" balas Agantha dan sambungan telepon itu terputus.

Agantha menatap layar besar di depannya yang menampilkan sang tokoh laki-laki rela mati demi menyelamatkan perempuan yang ia sukai selama ini dan film itu berakhir.

"Ini genrenya sebenarnya apa sih?" Agantha beranjak pergi.

***

"Kamu nenek kasih waktu 1 detik buat jawab pertanyaan nenek" ucap lien membuat Meylian memutar bola matanya malas, permainan nenek-nya selalu tidak seru, apakah neneknya segabut itu?.

"Sebentar kenapa aku ikut nek?" Tanya Satliam yang tak mengerti.

"Halah ikut aja" paksa Lien membuat Satliam hanya menghela nafas.

"Tapi Satliam masih-" ucapan Satliam berhenti kala Lien menaruh lima lembar uang kertas bewarna merah.

"Oke ayo gass kunn nenek ku!" Ucap Satliam dengan semangat membara.

"Gue nggak akan kalah dari wibu!" Meylian menatap tajam ke arah Satliam begitupun Satliam.

"Kita Mulai dari apa ya?" Lien berpikir sejenak.

"Tanggal peringatan ulang tahun perusahaan " Ucap lien cepat.

"1 Januari" Ucap Meylian cepat dan di hadiahi pukulan rotan di kepalanya.

"Punya adek goblok banget sih" Satliam menatap malas Meylian yang memegangi kepalanya yang sakit terkena rotan dari Lien.

"Tanggal 7 Agustus!" Ucap Satliam penuh percaya diri.

"Kamu pinter banget cucu ku" ucap lien bangga kemudian tangannya cepat merotan kepala Satliam.

"Aduhhhh,,,,, kok di rotan!" Satliam memegangi kepalanya yang panas karena di pukul Lien.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia Agantha | [Seutas Benang Merah]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang