EMPAT [aneh]

10 4 0
                                    

Meylian menatap geta was-was sedari tadi gadis itu tersenyum-senyum sendiri.

"Kenapa dia nay?" Bisik Meylian pada Kanaya dan hanya di balas gelengan.

"Lo kenapa Ta?" Meylian sudah tak tahan ia ingin segera tahu apa yang merasuki geta sampai ia tersenyum tak pudar pudar.

"Eh, ngak papa kok" geta masih tersenyum seperti orang tak waras.

"Lo kenapa getaaa???" Memang dasar Meylian ia tak sabaran.

"Eh kalian mau tau?" Ucapan geta membuat kedua temannya tak mengerti dan hanya mengangguk-angguk.

"Tapi jangan iri" Meylian kali ini menatap kesal, tidak bisakah geta langsung bicara.

"Janji?"

"IYA JANJI!!" Meylian sudah muak sangat muak geta tidak bisa langsung to the points.

"Gue.." geta sengaja menggantungkan kalimatnya.

"Gue" geta malah tersipu sendiri

Brakkk

Meylian kehabisan kesabaran, kesabarannya bagai tisu di belah sepuluh.

"Sebenarnya lo mau ngomong apa sih?!" Kanaya menarik lengan Meylian agar duduk kembali.

"Gue di ajak ngedate sama Aldo" kalimat geta membuat Meylian melotot dan Kanaya menepuk dahi.

"Astaga geta!!!!, lo udah di selingkuhi masih aja lo mau sama kampret satu itu! Kayak ngak ada cowok lain aja deh, kesel gue, pengen gue penggal kepala lo!" Geta mundur sedikit takut sahabatnya itu tak pernah main-main.

"Tapi Mey kalo bukan karena gue lo udah pasti di hukum paling parah di keluarin dari sekolah" elak geta membuat Meylian melotot sambil satu tangannya terangkat untung ada Kanaya yang menegang tangan Meylian agar tidak melakukan kekerasan.

"Untung gue cantik dan baik hati kalo ngak udah gue karate tuh kepala biar ke belah jadi dua" Meylian mengelus dadanya ia tau temanya itu goblok bin tolol.

"Si Mey juga ngak akan nonjok Aldo kalo bukan karena lo ta" Kanaya membela Meylian membuat Geta hanya nyengir tak berdosa.

"Selamat siang anak-anak!" Ucap guru Perempuan itu membuat keributan di kelas langsung sirna.

"Siang Bu" jawab serempak anak kelas itu.

"Hari ini kita akan mempelajari teks resensi buku fiksi" guru itu mulai menuliskan materi pelajaran.

Setelah penjelasan panjang kali lebar membuat anak anak menguap dan bahkan tertidur tak terkecuali Meylian.

"Baik Meylian silahkan jelaskan pengertian Teks resensi" guru itu membalik badannya menghadap ke arah Meylian.

"Mey, bangun Mey itu di suruh Bu Ina" Kanaya mengguncang tubuh Meylian agar gadis itu bangun.

"Meylian?" Guru itu memangil sedikit berteriak.

"50 ribu!" Teriak Meylian membuat satu kelas melongo.

"Apanya yang limapuluh ribu?" Guru itu menatap tajam lalu menggelengkan kepalanya.

Satu kelas itu penuh riuh tawa.

***

"Lo mau ngeresensi novel apa Mey?" Tanya geta mereka sekarang berada di perpustakaan.

"Emm. Apa ya?" Meylian menempelkan telunjuknya di pelipis.

"Kalo bisa yang ada unsur-unsur pisiokopat nya" Meylian kembali tersenyum, membuat Geta ngeri melihatnya.

Dia Agantha | [Seutas Benang Merah]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang