DUA PULUH DELAPAN [morning with Agantha]

2 1 0
                                    

"aku terserah kamu aja, mau yang mana aja ngikut" ucap Meylian saat keduanya kembali ke butik, ini sudah malam hari jadi sepertinya lebih baik jika urusan gaun itu lebih baik Abbel atau Agantha saja yang memilih.

"Aku udah punya pilihan" Agantha tersenyum, Meylian menjadi penasaran Agantha memilih yang mana.

"Yang mana yang kamu pilih?" Tanya Meylian penasaran, Agantha malah memalingkan wajahnya menatap keluar kaca mobil.

"Ihh yang mana gan aku pengen ngerti!" Meylian menarik-narik lengan Agantha.

"Rahasia" ucap Agantha telunjuknya menempel di bibir Meylian.

"Nggak asik ih" Meylian mendengus kesal lantas memilih menatap langit malam.

Agantha menatap Meylian yang ternyata tidur dengan kepala menyender di kaca mobil membuat sesekali ia terhantuk kaca, Agantha hanya tersenyum ia duduk mendekat ke Meylian lantas satu tangannya menarik kepala Meylian pelan ke bahunya.

Meylian sedikit menggeliat lantas tertidur pulas, Agantha menatap Meylian dari dekat wajah Meylian jika sedang kalem nampak sangat cantik, ia rela menukarkan apapun untuk momen seperti ini.

***

Agantha turun dari mobil lantas mengendong Meylian, beberapa maid ingin membantu tetapi Agantha menolak, ia membawa Meylian ke kamarnya lantas menurunkan tubuh kecil Meylian di kasur kemudian menyelimutinya.

Gadis itu dari tadi tidak terganggu dengan kondisi sekitarnya, Meylian tipe tidur seperti mati. Agantha tersenyum lantas melangkah meninggalkan kamarnya menutup pintu dengan pelan lalu memutuskan untuk mandi terlebih dahulu saat ini.

Agantha berjalan menuju kamar mandi yang di luar kamarnya.

Sejenak ia berpikir sebelum melangkah ke kamar mandi, apakah ia harus mengatakan kepada Meylian tentang masa lalunya?.

Ia membuka pintu kamar mandi lantas berendam di bathtub.

Ia mulai memikirkan hal yang ia takuti, rasanya ia tak bisa mengatakan semua itu kepada Meylian, belum, belum saatnya ia mengatakannya walau heksa selalu memperingatkannya, belum lagi perempuan gila itu kembali, Laurent tidak akan membiarkan Agantha hidup dengan tenang.

Ia memijat pelipisnya, rasanya masalah selalu mengejarnya beberapa tahun belakangan membuat ia pusing masalah ini akan merembet kemana-mana. Ia tahu ia sangat tahu tetapi ia belum sanggup untuk mengatakan semua itu kepada Meylian.

***

Meylian memejap-mejapkan matanya rasanya silau matahari menyinari kamarnya ia menenggelamkan wajahnya pada bantal rasanya ia tak ingin bangun, lalu ia teringat hari ini sekolah ia segera bangun dengan panik, setelah bangun pun ia tambah terkejut.

"Gue dimana bejir" Meylian menatap kamar itu ia segera tau saat melihat foto di dinding kamar itu.

"Owalah kamar Agantha" Meylian menghela nafas untuk selanjutnya ia memekik panik.

"Aaaa....kok gue bisa di sini" Meylian berdiri, pakaiannya masih sama ia lantas berjalan menuju pintu.

Ia panik tak tahu jalan ia memang beberapa kali ke sini tetapi tidak pernah ke kamar Agantha, ia berjalan menyusuri lorong.

Ini horor lorong sepanjang ini tidak ada orang sama sekali, ia terus berjalan sampai-sampai ia tak sengaja bertabrakan dengan seseorang.

Dia Agantha | [Seutas Benang Merah]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang