"Agantha?" Abbel menengok melalui pintu kamar Agantha."Iya ma?" Agantha menoleh ia sedang mengamati bintang melalui teleskop dari balkon kamarnya.
"Besok kamu libur kan?" Abbel duduk di kursi yang berada di balkon itu.
"Iya kenapa ma?" Agantha menatap ibunya.
"Besok kamu yang ketemu klien ya?, soalnya mama mau nyiapin buat kamu tunangan masa mama bantuin kamu kamu nggak bantuin mama" Abbel tersenyum lembut.
"Iya apa sih yang enggak buat mamaku yang cantik sedunia ini" Agantha terkekeh, ia senang senang saja membantu mamanya.
"Kamu ini gombal kaya papa mu dulu, kerjaannya gombal terus" Agantha duduk di sebelah Abbel.
"Emang papa dulu suka gombal?" Tanya Agantha Masih dengan tawanya.
"Iya, kerjaannya gombal dia deketin mama pake gombal receh nya" Abbel tertawa sendiri mengingat masa mudanya.
"Pantesan aja" Abbel menatap Agantha, Agantha sengaja mengantungkan kalimatnya supaya mamanya penasaran.
"Agan kalo nggak gombal sehari aja kaya ada yang kurang" Abbel mencubit perut putranya membuat Agantha mengaduh sakit.
"Dasar playboy" Abbel mencolek hidung mancung Agantha.
"Eh enak aja gini-gini agan udah tobat" Agantha membusungkan dada pamer.
"Iya kalo kamu nggak tobat mama aduin ke Ling biar kamu nggak dapet restu" ancam Abbel membuat Agantha nyengir.
"Jangan lah ma" Agantha memelas membuat Abbel semakin geli.
"Dulu papa kamu udah frustasi nggak bisa dapetin mama" Abbel menghentikan tawanya ia tersenyum menatap bintang-bintang di langit seolah-olah ada wajah sang suami di sana.
"Terus kok bisa papa dapetin mama?" Agantha mulai penasaran, kisah mamanya selalu seru untuk di dengar.
"Waktu itu mama udah mau pulang ke amerika, pas di bandara mama menunggu papamu, tapi dia belum juga datang walau hanya sekedar mengucapkan perpisahan, mama sudah masuk ke pesawat tinggal menunggu pesawat lepas landas, mama sudah duduk, mama merasa kecewa dengan papa-mu" Abbel tersenyum ia masih ingat kejadian itu bahkan sudah bertahun-tahun berlaku tetapi rasanya baru kemarin itu semua terjadi.
"Waktu itu mama duduk di sebelah jendela pesawat mama sudah hampir menangis lalu seseorang duduk di sebelah mama, dia berbisik lembut di telinga mama. 'kenapa kamu menangis Abbel?, apakah kamu tidak ingin pulang, jika tidak tetaplah disini bersama ku mari jalani hidup kita dengan bahagia' mama langsung menoleh dan menemukan papa-mu tersenyum, senyum paling menyebalkan yang pernah mama lihat, mama memeluk papa dan kita ke Amerika, ke rumah mama untuk mengatakan rencana papamu" Abbel tersenyum menatap anaknya.
"Nggak romantis ih" Agantha nyengir mama-nya memukulnya, biar saja tetap saja itu momen yang berharga untuk Abbel.
"Aduhh,, maaf-maaf ma" Agantha tertawa menatap wajah Abbel yang kesal.
Willdan. Papa Agantha, seorang pria yang tampan dan mapan, sayangnya dia sudah meninggal satu tahun setengah tahun yang lalu saat Agantha berada di bangku kelas sepuluh.
"Pokoknya besok kamu nemuin klien detailnya nanti Evena kirim lewat email kamu" Abbel melenggang pergi, sedikit kesal dengan anaknya.
"Dih sensi" Agantha beranjak masuk ia menutup pintu balkon lalu mengambil handphonenya mulai mengirimi pesan ke Meylian.
Anda
Mey!!!,,, udah tidur?|
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Agantha | [Seutas Benang Merah]
Fiksi RemajaMeylian adalah gadis cantik yang tak percaya akan yang namanya cinta tetapi ia dipertemukan oleh Playboy terkenal di sekolahnya dia agantha, dengan segala pesonanya agantha merayu seorang Meylian yang tak kenal cinta. Nyatanya Agantha menyembunyika...