(26)

54 9 9
                                    

Keesokan harinya Rafa terbangun dan dia tidak melihat Jelita di sofa, hanya ada mama Iren yang sedang mengupas buah.

"Nyari Jelita?" tanya mama Iren
"Nggak"
"Terus kenapa celingak celinguk gitu?"
"Leher Rafa pegel"
"Halah. Gengsian banget sama pacar sendiri"
"Jelita mama suruh pulang istirahat, kasian pasti badannya pegel semaleman tidur di sofa" lanjut mama Iren

"Oh, tapi nanti dia balik lagi ke sini?"
"Nggak tau. Kalo mama sih berharapnya dia nggak ke sini. Dari pada nanti dicuekin sama kamu"
"Rafa nggak ada cuekin dia. Cuma canggung aja"
"Ya itu. Sikap kamu kembali ke awal-awal pas kalian kenal"
"Emang gimana kita bisa kenal?"

"Kamu itu guru lesnya Jelita. Dia anak tante Ica temennya mama"
"Guru les? Berarti dia bodoh dong sampe belajar harus di bantu guru les"
"Heh, mama nggak pernah ngajarin kamu ngejek seseorang itu bodoh ya Raf" nasehat mama Iren

"Maaf mah. Terus kenapa kita bisa sampe pacaran?"
"Mama nggak tau. Kamu awalnya cerita Jelita itu anak yang susah di atur, kasar, lelet, tapi dia punya sisi manis dan gemesin"
"Terus lama kelamaan kamu jadi sering muji kalo dia itu cantik banget dan spesial"
"Eh nggak lama setelah itu kamu cerita kalo kamu lagi bahagia karena Jelita akhirnya nerima kamu jadi pacarnya" cerita mama Iren panjang lebar

"Kata Ken perjuangan kamu buat dapetin Jelita itu susah banget, makanya kamu sayang banget sama dia" lanjut mama Iren lagi

"Apa iya? Berarti dia sespesial itu buat gue" batin Rafa

Tiba-tiba kepalanya terasa sakit.

"Akh!" ringis Rafa sembari memegang kepalanya

"Kamu kenapa Raf? Kepalanya sakit? Mama panggilin dokter dulu"

Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi bersamaan dengan berputarnya beberapa memori tentang Jelita.
Hingga beberapa detik kemudian dia jatuh dan tak sadarkan diri.

***
Jelita yang baru saja selesai mandi mendapat kabar jika Rafa pingsan.

Bunda Ica yang melihat anaknya yang tampak panik pun menghampiri Jelita.

"Kamu kenapa Je?"
"Rafa pingsan bun, Jeje mau ke rumah sakit sekarang"
"Bunda ikut. Biar bunda yang nyetir"

Jelita mengangguk dan kedua segera pergi menuju rumah sakit.

***
Ken dan Chan yang semalaman menginap di rumah sakit menunggu Darel yang sekarang sudah di pindahkan ke ruang ICU itu juga mendapat kabar tentang Rafa.

Mereka segera pergi dari sana dan menuju rumah sakit tempat Rafa di rawat.
Keduanya berpapasan dengan Rachel yang hendak menjenguk Darel

"Kalian mau kemana? Kok buru-buru gitu?" tanya Rachel
"Rafa katanya pingsan" jawab Ken

"APA? KOK BISA?" Rachel sangat terkejut
"Kita juga nggak tau. Makanya kita mau ke sana" jawab Chan
"Gue ikut"
"Lo disini aja, jagain Darel" pinta Ken

"Rafa lebih penting dari dia. Pokoknya gue ikut"
"Terserah" pasrah Ken dan ketiganya pun berlalu dari sana.

***
"Tan, Rafa gimana kondisinya?" tanya Jelita yang baru saja tiba bersamaan dengan Ken dan yang lainnya

"Kata dokter Rafa pingsan karena terlalu memaksa buat mengingat kenangannya yang hilang"

"Ini pasti gara-gara lo yang maksa dia buat inget sama kenangan kalian kan?" Rachel mendorong bahu Jelita
"Apa-apaan kamu, nggak usah dorong anak saya!" bunda Ica menatap tajam Rachel
"Jawab anjing! Lo tuh emang sumber malapetaka buat Rafa tau nggak"

Jelita terdiam. Jika biasanya dia akan melawan, tapi kali ini dia memilih untuk membiarkan Rachel memarahinya. Karena menurutnya apa yang di katakan Rachel ada benarnya.
Dia hanya gadis pembawa sial untuk Rafa.

My Privat Teacher Became My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang