(29)

62 8 2
                                    

Sudah hampir 15 menit Jelita menangis. Baju Rafa bahkan sampai basah karena air matanya.

"Udah lega?" tanya Rafa saat tidak mendengar isakan sang kekasih lagi

Jelita mengangguk pelan dalam pelukan Rafa.

"Gue kangen Je" bisik Rafa yang akhirnya bisa mengutaran isi hatinya
"Gue juga kangen banget"
"Jangan nangis lagi" Rafa menjauhkan tubuh mereka lalu mengusap mata sembab Jelita

"Lo juga jangan luka lagi" Jelita menatap wajah Rafa lalu menyentuh bekas luka di pipi kekasihnya itu

"Iya sayang, maaf ya"
"Nggak perlu minta maaf, lo nggak salah"
"Gue salah karena udah lupa sama lo. Gue juga salah karena udah tidur lama dan buat lo sedih"
"Hm"
"Sekarang gue udah bangun, jadi jangan sedih lagi ya?"
"Tergantung"
"Kok tergantung" Rafa menatap Jelita bingung

"Gue nggak akan sedih kalo lo udah sembuh"
"Gue udah sembuh sayang. Gue udah inget sama lo"
"Iya, tapi kaki lo belum sembuh"

Rafa menatap ke arah kakinya

"Kata dokter kaki gue butuh waktu yang lama buat sembuh"
"Berarti gue bakal sedih juga untuk waktu yang lama"
"Jee"
"Kenapa?"
"Jangan gitu"

"Kalo lo mau gue cepet udahan sedihnya, lo harus cepet sembuh" ucap Jelita
"Lo harus rajin terapi. Kata dokter kalo lo rajin terapi bisa sembuh dalam waktu 3 bulan" lanjutnya
"Lama Je 3 bulan. Masa lo harus sedih terus dalam 3 bulan ini?"

"Ya masa gue harus bahagia sama kondisi lo sekarang?"
"Tapi kan..."
"Kok kita jadi ribut gini sih? Cuma gara-gara gue sedih doang"
"Kan lo tau gue nggak bisa liat lo sedih"
"Dan lo juga tau gue nggak bisa liat lo luka"

Keduanya menghela nafas secara bersamaan lalu saling menatap.
Tak lama kemudian Rafa terkekeh pelan dan di ikuti oleh Jelita. Keduanya pun tertawa bersama.

"Kita random banget sumpah" ucap Jelita
"Hal kaya gini aja bisa jadi bahan berantem" lanjutnya
"Kamu yang duluan ngajak aku berantem"
"Dih, lo ya"
"Kamu sayang"
"Dih..dih..apaan aku kamu begitu? Geli ih"

Rafa lagi-lagi terkekeh gemas melihat ekspresi salah tingkah bercampur geli dari sang kekasih

"Mulai sekarang biasain pake aku kamu ya Je. Kita kan pacaran, bukan temenan"
"Emang kenapa sih? Kaya biasanya aja kan bisa. Yang penting kan perasaan kita"
"Biar lebih enak aja di dengernya sayang"

"Dulu waktu bunda komen, katanya lo bakal ikutin apapun yang buat gue nyaman"
"Iya, tapi kalo di pikir-pikir lagi panggilan kita bukan kaya orang pacaran"
"Nggak mau ih Rafaa" rengek Jelita
"Di coba dulu sayang"
"Geliii"

"Anggep aja ini hadiah karena gue udah sadar dan udah inget sama lo" pinta Rafa
"Tapi.."
"Ayolah Je. Gue jarang minta sesuatu ke lo"

Jelita menatap wajah Rafa yang penuh harap. Walau sedikit berat, akhirnya dia pun setuju.

"Iya" ucapnya pasrah
"Iya apa?"
"Gue ikut mau lo"
"Hah?"
"Gue penuhin permintaan lo"
"Apa?"

"Jangan bilang kuping lo jadi budeg gara-gara kecelakaan itu" Jelita menatap khawatir Rafa
"Bukan itu sayang, kan kamu udah setuju. Jadi jawabnya yang bener dong"

"Astaga, lo.." ucapan Jelita terhenti saat Rafa memelototinya
"Ka..mu buat gue..maksudnya aku khawatir tau nggak"

Rafa tersenyum puas lalu mencubit kedua pipi Jelita gemas.

"Gemesin banget sih pacar akuuu"
"Sumpah ini sangat menggelikan buat gu...aku" Jelita segera membenahi ucapannya membuat Rafa tertawa

***
"Widih, jangan mentang-mentang ingatan lo udah balik langsung gas aja dong Raf" Ken yang baru saja masuk dibuat tekejut dengan sepasang kekasih yang sedang berpelukan di satu ranjang yang sama

My Privat Teacher Became My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang