(28)

63 13 0
                                    

"Anjir, gimana nih?" Chan mulai panik.

"Lo samperin bibi itu gue yang nyari ke dalem ruangan" titah Ken
"Oke, tapi cepet Ken. Takutnya ntar dia curiga"

Ken mengangguk dan segera memasuki ruangan rahasia milik Darel. Sedangkan Chan berjalan membuka pintu.

"Ini minuman kalian" ucap art Darel
"Makasih bi"
"Udah diambil bajunya den Darel?"
"Tinggal pakaian dalemnya aja"
"Kalo gitu biar saya bantu"
"Nggak usah bi, biar kita aja. Bibi bisa lanjutin kerjaan bibi"

Art Darel menatap curiga ke arah Chan.
Merasa sosok di depannya ini menaruh curiga, Chan lalu meminum minuman di atas nampan itu

"Minuman buatan bibi enak banget. Resepnya apa nih?" tanya Chan mencoba menahan wanita itu selama mungkin.
"Kaya caramel macchiato biasa"
"Oh, terus yang merah ini apa?"
"Jus strawberry. Susunya habis, jadi saya nggak bisa buatkan strawberry latte pesanan kalian"

"Ini pesanan teman kamu. Mana dia?"
"Oh, itu..dia..dia lagi ke toilet sebentar"
Jawaban Chan yang terbata-bata membuat bibi itu semakin yakin jika ada hal yang tak beres di kamar Darel

"Saya bantu aja biar cepet, kasian den Darel harus nunggu" art Darel perlahan menggeser tubuh Chan yang menghalangi pintu dan melangkah memasuki kamar Darel

Jantung Chan rasanya mau meledak, dia takut mereka akan ketahuan.
"Anjir si Ken lama banget sih" gumamnya panik

"Kamu ngapain disitu?" pertanyaan dari wanita paruh baya itu sukses membuat tubuh Chan melemas

"Anjir, si Ken katahuan?" batinnya dan segera mendekati keduanya

"Saya cuma mau ngambil buku catatan Darel. Kita sebentar lagi ujian, jadi rencananya mau belajar bareng" ucap Ken

Chan bernapas lega saat melihat pintu ruangan rahasia sudah tertutup.

"Buku sekolah den Darel bukan di simpen di situ. Kamu minggir, den Darel nggak suka ada orang yang nyentuh rak buku itu" art Darel dengan ketus memarahi Ken lalu berjalan ke laci meja samping tempat tidur dan mengeluarkan beberapa buku dari sana.

"Ini bukunya. Pakaian dalam den Darel udah ada belum?"
"Udah"
"Kalo gitu silahkan kalian keluar"
"Santai bi, kita nggak bakal nyuri" ucap Ken

"Maaf, saya bukan bermaksud menuduh kalian mencuri. Tapi den Darel nggak suka kalo orang lain berlama-lama di kamarnya" jelas art Darel
"Iya bi, kita ngerti kok. Kalo gitu kita langsung pamit. Makasih minumannya" Chan tersenyum lalu menarik Ken dan berlalu dari sana

"Gimana, dapet sesuatu nggak?" tanya Chan begitu mereka sudah keluar dari perkarangan rumah Darel
"Dapet. Dan lo pasti bakal shock banget Chan"
"Apa?"
"Gue ceritain nanti. Sekarang kita ke rumah sakit dulu, katanya Rafa udah sadar"

***
Sudah 4 jam sejak Rafa sadar dari komanya, dan kini dia hanya duduk bersandar di ranjangnya sembari menatap sang kekasih yang masih tertidur.

"Bangun Je, lama banget tidurnya" gumam Rafa pelan
"Gue udah inget sama lo, jadi buruan bangun sayang"

Perkataan Rafa itu membuat Vino dan Wendy yang ada di ruangan itu ikut sedih. Air mata Wendy bahkan sampai menetes.

"Vin, jeje kok lama banget ya bangunnya? Gue jadi takut" bisik Wendy
"Gue juga. Setiap anxiety nya kambuh, dia juga jarang pingsan kaya gini"
"Pasti kejadian tadi bener-bener nyakitin dia sampe jeje lebih milih tidur"

"Bangsat emang om Adi. Selama ini dia nggak pernah jengukin anaknya, sekalinya ketemu malah nampar jeje dan hancurin mentalnya lagi" Vino menggeram kesal

Perkataan Vino tersebut samar-samar di dengar oleh Rafa.
"Siapa yang nampar cewek gue?" tanya Rafa

Tadi saat Rafa diperiksa oleh dokter mama Iren meminta agar masalah Jelita dan ayahnya jangan dulu di ceritakan kepada Rafa.
Mama Iren takut Rafa emosi dan itu akan mempengaruhi kondisinya yang baru saja bangun dari koma.

My Privat Teacher Became My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang