(08)

79 22 3
                                    

Trio Casanova, Rafa, Chan, dan Ken kini sedang duduk disebuah Cafe.
Mereka membicarkan tentang perform yang akan mereka lakukan untuk pentas seni acara ulang tahun sekolah mereka, sekaligus acara perpisahan anak kelas 12 bulan depan.

Saat sedang asyik mengobrol, Rachel dengan dua temannya Nesya dan Luna menghampiri mereka.

“Hai Raf, kebetulan ketemu disini. Kita boleh gabung nggak?” tanya Rachel
“Boleh” ucap Ken yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Rafa.

“Kalian lagi ngobrolin apa?”
“Perform buat pensi”
“Oh iya, kalian kan panitianya ya. Emang kalian bakal tampilin apa?” tanya Nesya
“Dance” jawab Chan

“Gila, pasti seru banget. Kita boleh ikutan nggak?” tanya Luna
“Boleh. Malahan bagus, biar tambah rame. Nanti kalian tinggal hubungi gue mau perform apa” ucap Ken

Rachel menatap Rafa yang sejak tadi melihat ponselnya, seperti sedang menunggu kabar dari seseorang.
“Raf..”
“Wendy udah pulang Chan?” tanya Rafa pada Chan
“Nggak tau, kenapa emang?”
“Coba lu tanya dimana”
“Oke”

Chan pun menelpon adiknya tapi tidak diangkat.
“Nggak diangkat. Palingan masih nonton konser”
“Nonton konser? Bukannya mereka nyari kado buat Vino?”
“Iya, habis itu nonton konser”

Rafa menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul 10 malam.
Dia mulai khawatir, ditambah Jelita tidak juga membalas pesannya.

"Btw, gimana kalo kita juga buat perform dance couple?” saran Rachel
“Dance couple? Boleh juga. Kita bisa umumin ke anak-anak lain yang pengen ikut. Gimana menurut lo Raf?” tanya Ken
“Terserah” jawab Rafa acuh yang masih fokus dengan ponselnya
“Oke, kalo gitu biar gue yang atur untuk couple dance nya”
“Hm” gumam Rafa

Mendengar itu Rachel tersenyum miring.
Ini kesempatan untuknya agar kembali dekat dengan Rafa.

***
Jelita dan Wendy baru saja selesai menonton konser.
Saat hendak keluar dari gedung konser tersebut, Jelita tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang cowok.

“Sorry” ucap Jelita
Pria itu yang awalnya ingin marah, mendadak langsung tersenyum miring saat melihat Jelita

“Wow, nggak nyangka bisa ketemu lagi sama lo, Je..li..ta” ucap cowok itu yang ternyata adalah musuh Jelita.

Jelita menghela nafasnya kasar. Dia sedang tidak ingin berkelahi sekarang.
“Eh Wendy, makin cantik aja” cowok itu dengan tidak sopannya nenyentuh dagu Wendy, membuat Jelita kesal

“Jangan pegang-pegang” tegurnya
“Kenapa lo yang marah? Wendy aja yang gue pegang nggak marah, ya kan Wen” jawab pria itu santai seraya hendak menyentuh wajah Wendy lagi, namun Jelita segera memelintir tangannya

“Gue bilang jangan pegang-pegang!” ucap Jelita tajam
“Je, udah. Ayo kita pulang” Wendy yang sebenarnya kesal terhadap cowok itu memilih untuk menghindarinya

“Lepasin tangan gue” ucap cowok itu sambil meringis kesakitan
“Nggak sebelum lo minta maaf ke Wendy”
“Oke oke, sorry Wen”
“Ya” singkat Wendy

Jelita pun dengan kasar melepas tangan cowok itu, kemudian menarik tangan sang sahabat dan berlalu dari sana.

“Aldo, lo nggak apa-apa?” tanya teman pria yang ternyata bernama Aldo itu
“Gue barusan ketemu sama Jelita!”
“Apa? Dimana tuh cewek?” ketiga temannya sontak mencari keberadaan Jelita
“Udah pergi, buruan susulin”

Aldo dan keempat temannya segera menyusul Jelita dan Wendy

***
“Kayaknya motor dibelakang ngikutin kita deh Je” ucap Wendy saat merasa dua motor dibelakangnya itu mengikuti mereka.

Jelita ikut melihat dari kaca depan mobil.
"Perasaan lo aja kali” ucapnya.

Namun tak lama kemudian, kedua motor itu tiba-tiba menyalip dan berhenti didepan mereka

“Je, awas!”
Jelita segera menginjak rem, beruntung mereka tidak menabrak 4 orang itu.

Saat keempat cowok itu membuka helm mereka, Jelita kembali menghela nafasnya.

“Mau kemana?” Wendy segera menghentikan Jelita yang hendak keluar
“Lo diem aja di mobil. Gue urus mereka dulu”
“Nggak! Jangan, kalo mereka bawa senjata tajam gimana? Apalagi disini tempat sepi”

Jelita melihat sekelilingnya, dan benar saja tidak ada siapa-siapa disana, lalu melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah 11 malam.

“Pokoknya lo diem aja disini. Untuk jaga-jaga lo hubungin bang Chan” ucap Jelita
“Nggak usah diladenin Je. Kita pergi aja dari sini, ayo” Wendy semakin takut saat melihat keempat cowok itu menghampiri mereka
“Lo tenang, gue bakal baik-baik aja, oke? Jangan keluar”

Jelita segera keluar dari mobil lalu menghampiri keempat cowok itu.

“Tambah cantik aja lo Je” ucap salah satu cowok disana
“Cantik sih cantik, tapi segelnya masih aman nggak?” ucap Aldo menatap remeh Jelita
“Banyak bacot lo pada, ayo maju” tantang Jelita.

Setelahnya terjadilah perkelahian diantara mereka.
Sedangkan di dalam mobil, Wendy mencoba menghubungi Chan.

***
Trio Casanova dan geng Rachel masih berada di cafe membahas tentang pensi. Chan yang sedang serius di alihkan dengan ponselnya yang berdering.

Halo bang, cepet kesini
“Lo kenapa?” tanya Chan saat mendengar suara sang adik yang terdengar panik
Jeje bang..Ya ampun Je!” teriak Wendy di sebrang telpon
“Jeje kenapa? Ngomong yang bener Wen!”

Rafa yang sedang bermain game, langsung mengalihkan atensinya pada Chan saat mendengar nama Jelita

Jeje berantem sama Aldo dan gengnya. Buruan ke sini!
“Oke tunggu gue”
Kak Darel..

Langkah Chan terhenti mendengar Wendy menggumamkan nama Darel.
“Darel? Ngapain tu cowok disitu?”
Nggak tau, tapi kayaknya dia mau bantuin Jeje
“Ya udah, gue ke sana”

“Jelita kenapa?” tanya Ken
“Berantem. Gue nyusul mereka dulu”
“Kita ikut”

Trio Casanova pun dengan segera menuju ke lokasi yang baru saja Wendy kirim.
Melihat Rafa yang tampak khawatir membuat Rachel kesal. Di tambah dia mendengar nama Darel disebutkan.

“Kita ikutin mereka” ucap Rachel yang langsung menyusul Rafa

***
“Lo mundur, biar gue aja” saat hendak melawan Aldo dan teman-temannya, Darel tiba-tiba datang dan berdiri di depan Jelita.
“Makasih, tapi gue bisa sendiri” ucap Jelita yang kemudian maju menendang salah satu teman Aldo.

Perkelahian pun berlanjut, hingga akhirnya ketiga teman Aldo sudah terkapar di aspal dan hanya menyisakan Aldo disana.

Melihat situasi yang mendesak, Aldo pun mengeluarkan pisau kecil dari saku celananya.

“Cemen lo, kalo berani tangan kosong” remeh Jelita

Aldo merasa terhina, tapi jika dia membuang pisau ini, dia juga pasti akan dikalahkan oleh Jelita.
Ditambah lagi ada cowok asing yang tiba-tiba datang dan membantu Jelita.

Sedangkan di dalam mobil Wendy sudah menangis, dia takut Aldo melukai Jelita.
Dia sangat ingin membantu sang sahabat, tapi dia juga takut.

Walau disana ada Darel, tapi dia tidak percaya dengan cowok itu.
Buktinya kini dia berjalan mundur begitu melihat Aldo mengeluarkan pisau.

Wendy melihat sekeliling, tatapannya lalu tertuju pada sebuah balok kayu tak jauh dari mobil.
"Gue harus bantuin Jeje. Lo pasti bisa Wen" batinnya seraya menarik nafas dalam-dalam, lalu memberanikan diri keluar dari mobil.

Sayangnya hal itu dilihat oleh Aldo, hingga sebuah ide muncul diotaknya
“Oh, hai Wen” sapanya

Jelita segera menoleh dan melihat Wendy yang baru saja turun dari mobil.
Aldo dengan cepat mengambil kesempatan dan berlari menuju Jelita

“Awas Je!” teriak Wendy

Jelita kembali menoleh ke arah Aldo namun terlambat, pisau itu sudah mengenai tubuhnya.

My Privat Teacher Became My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang