(09)

94 19 2
                                    

Chan berlari memasuki rumah sakit, diikuti Rafa dan Ken dibelakangnya, serta Rachel dan gengnya.

"Dek.." Chan segera berlari ke arah Wendy
"Lo nggak apa-apa?" tanyanya sembari memeriksa tubuh sang adik

Wendy menggeleng lemah
"Nggak apa-apa"
"Jeje mana?"
"Toilet"

Tak lama kemudian Jelita kembali dari toilet.
"Bang" panggilnya

Chan langsung berlari menghampiri Jelita dan memeriksa kondisinya
"Aww" ringis Jelita saat Chan tidak sengaja menyentuh lengannya
"Ah, sorry Je"
"Nggak apa-apa bang"
"Mana lagi yang luka?" tanya Chan saat melihat lebam di pipi dan sudut bibir Jelita.

Jelita membuka jaketnya dan memperlihatkan lengannya yang dililit perban
"Ini" tunjuknya
"Lo tuh.."
"Nanti aja ngomelnya bang, sekarang bawa gue keluar dulu dari sini." potong Jelita saat tau Chan akan memarahinya

"Enggak ya Je, lo harus dirawat!" sela Wendy membuat Jelita memutar bola matanya malas.
Sahabatnya ini terlalu lebay menurutnya.

"Kan tadi dokter juga bilang gue nggak apa-apa. Luka kecil gini doang mah gue bisa tahan" jawab Jelita

"Bang, gue mau pulang. Gue nggak suka bau rumah sakit bang" rengek Jelita pada Chan

Melihat Jelita yang sangat ingin keluar, Chan jadi tidak tega.
Dia tau Jelita benci berlama-lama di rumah sakit.

"Yakin lo nggak apa-apa?" tanya Chan
"Iyaaa"

Chan mengangguk
"Ya udah, gue ke bagian administrasi dulu"

Jelita pun tersenyum senang
"Seneng lo? Suka banget bikin orang khawatir" gerutu Wendy yang kini kembali menangis

"Ututu, maaf deh. Udah jangan nangis, muka lo jelek kalo nangis" goda Jelita
"Apaan sih nggak lucu tau"
"Iya-iya sorry. Besok-besok nggak berantem lagi, kecuali emang kepepet"
"Biar kepepet sekalipun lo nggak boleh berantem!"
"Lo tuh cewek Je. Biar lo jago bela diri tetep aja kekuatan lo jauh di bawah cowok. Untung tadi ada kak Darel yang bantu lo, kalo nggak ada dia gimana coba?" omel Wendy panjang lebar

Flashback
"Awas Je!" teriak Wendy
"Akh" Jelita meringis saat pisau yang di layangkan Aldo mengenai lengannya

Beruntung reflek Jelita sangat cepat, sehingga pisau itu tidak mengenai dadanya tetapi justru mengenai lengannya.

Aldo hendak kembali menusukkan pisaunya, namun Darel segera menendang pria itu hingga tersungkur, kemudian memberinya pukulan bertubi-tubi.

"Astaga Je, lo nggak apa-apa?" ucap Wendy berlari menghampiri Jelita
"Ayo ke rumah sakit, darah lo banyak banget itu" lanjutnya panik saat melihat darah di baju sang sahabat

Jelita hanya menatap datar lengannya seraya berdecak kesal!
Dia ingin memberi Aldo pelajaran, tapi lengannya juga sangat sakit sekarang. Ditatapnya dengan tajam pria yang sudah terakapar itu.

"Gue harap ini terakhir kalinya lo cari gara-gara lagi sama gue! Nggak cukup apa perbuatan lo ke gue waktu itu? Bersyukur gue masih biarin lo hidup sekarang!" ucap Jelita sembari menendang perut Aldo untuk terakhir kalinya
Flashback End

Berbicara mengenai Darel, sejak tadi Jelita tidak melihat cowok itu.
Walau dia masih kesal dengan kejadian dimana Darel yang ingin menabraknya, tapi dia juga harus berterima kasih karena secara tidak langsung cowok itu sudah menyelamatkannya.

"Lo liat Darel nggak Wen?" tanya Jelita
"Kak Darel? Tadi ada, tapi nggak tau ke mana"

"Lo nyari gue?" tanya Darel yang tiba-tiba muncul.

Jelita menoleh kemudian menghampirinya.
"Makasih untuk tadi" ucap Jelita mengulurkan tangannya
"Tapi kedepannya lo nggak perlu buang-buang tenaga buat nolong gue. Kita nggak cukup deket buat saling bantu" lanjut Jelita

My Privat Teacher Became My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang