(27)

65 7 6
                                    

"Ngapain lo disini pelakor?"

Jelita menatap nyalang Lauren yang tengah berbicara dengan Rachel di depan kamar Rafa.

Lauren yang awalnya tertawa mendadak terdiam. Tubuhnya menegang.
Ini pertemuan pertamanya dengan Jelita setelah gadis itu membuat wajahnya terluka hingga harus mendapat penanganan medis saat itu.

"Jawab anjing! Lo punya mulut kan?" Jelita kembali bersuara.

Rachel yang kesal kakaknya di bentak seperti itu pun mendorong bahu Jelita.

"Jaga mulut lo ya. Berani banget lo ngatain kakak gue" ucap Rachel

"Kakak? Jadi si pelakor kakaknya Rachel?" batin Jelita tidak percaya.
Wajahnya bahkan sangat shock hingga membuat Rachel bingung

"Kenapa muka lo kaya kaget gitu? Lo kenal sama kakak gue?" tanyanya
"Dek, kakak pergi dulu ya. Mas Adi udah nunggu di depan" Lauren hendak pergi namun Jelita segera mencekal tangannya

"Mau kemana? Disini dulu aja. Kita main-main bentar" ucap Jelita seraya tersenyum miring
"Lepasin!" Lauren meronta, namun kekuatan Jelita lebih besar darinya

"Lepasin tangan kakak gue!" Rachel berusaha membantu namun tetap tak bisa melawan kekuatan amarah dari seorang Jelita Andini

"Lo diem!" Jelita menatap tajam Rachel
"Lo tadi nanya apa gue kenal ini cewek atau nggak? Jawabannya gue kenal, kenal banget malah" lanjutnya
"Dia ini jalangnya Adi Laksana"
"Jaga mulut lo!" tukas Lauren tidak terima dikatai jalang oleh anak kecil seperti Jelita

"Gue bilang diem!" bentak Jelita.
Cekalannya di tangan Lauren menguat membuat wanita itu mendesis kesakitan
"Le..pas, sakit" keluhnya namun tak dihiraukan Jelita

"Lepasin dia" sebuah suara berat terdengar, membuat ketiganya menoleh.

Jelita tersenyum miring. Wajah itu tampak tidak berubah, hanya ada beberapa tambahan kerutan dibagian mata dan dahi yang menandakan jika waktu sudah berlalu cukup lama.

Hatinya berdenyut nyeri. Matanya mulai berkaca-kaca. Semua perasaan seketika bercampur aduk, ada rindu, kecewa, kesal, dan yang paling mendominasi adalah rasa benci.

Sedangkan disisi lain, sosok yang merupakan ayah kandung dari Jelita, yaitu Adi Laksana dapat merasakan kebencian yang luar biasa dari sorot mata anak bungsu yang dulu sangat dekat dengannya itu.

Perlahan kakinya melangkah, melepaskan cekalan tangan sang anak pada istrinya.

"Jangan sakitin istri ayah" ucap pak Adi

Bukan kata maaf atau sekedar basa basi menanyakan kabar sang anak, pak Adi justru melontarkan perkataan yang membuat Jelita semakin membencinya.

"Lo bukan ayah gue. Ayah gue udah lama mati" ucap Jelita tajam.
"Jelita!" Lauren yang kini merasa sudah aman mulai berani membentak Jelita

"APA? Jangan karena ada suami lo ini gue bakalan takut ya jalang!"
"Jeje!" kini pak Adi yang membentak Jelita dan tanpa sadar itu lagi-lagi melukai hati sang anak.

"Cuma orang terdekat gue yang boleh manggil gue Jeje. Dan lo bukan orang terdekat gue. Lo orang asing dihidup gue!"

"Ayah tau kamu benci sama ayah, tapi kamu tetap darah daging ayah. Kamu tetap anak ayah"

"Stop sebut diri lo dengan kata 'ayah' di depan gue. Gue ngerasa jijik" ucap Jelita

Tes...butiran bening menetes dari matanya, namun secepat kilat Jelita mengusapnya. Dia tidak boleh terlihat lemah dihadapan manusia-manusia jahat ini.

"Rachel benar. Kamu sekarang berubah kasar. Kemana perginya Jeje anak ayah yang lemah lembut dan sopan?"

Pertanyaan itu membuat Jelita terkekeh pelan.

My Privat Teacher Became My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang