43. Book II: Between Heaven and Hell 2.0

22 3 0
                                    

Untuk alasan yang sulit dimengerti, Noel merasa seperti sedang diikuti seorang pembunuh bayaran yang siap untuk membunuhnya dan membuang jasadnya ke dalam jurang. Itulah kini yang dia rasakan setelah empat hari menginap di rumah sakit, pun kini dalam perjalanan pulang ke apartemen mereka.

"Gregory kau menyadarinya?" tanya Noel kepada pria yang sedang menyetir di sebelah kiri.

Pria berambut coklat itu melirik sebentar ke arah kaca spion dan mengangguk. "Tidak salah lagi, ada yang mengikuti kita."

Gregory membelokkan mobilnya dengan cepat ke dalam gang untuk menyulitkan pergerakan mobil yang mengikuti mereka di belakang. Saat Gregory berpikir jika mereka berhasil meloloskan diri, tepat di perempatan jalan menuju jalan tol yang lebih besar. Mobil yang tadi mengikuti mereka muncul, dari arah depan.

Jika Gregory tidak segera mengerem mobilnya, bisa dipastikan perempatan jalan itu sudah terjadi kecelakaan. Tinggal sejengkal lagi, kedua mobil itu menghantam satu sama lain.

Tak ada jalan lagi untuk menghindari, lekas Gregory keluar dari mobil di susul Noel. Begitu pula dengan si pemilik mobil yang menghalangi jalan mereka.

Gregory menatap wajah orang itu dengan ekspresi terkejut, seakan-akan tak percaya dengan apa yang dia lihat di depannya.

Sedangkan Noel, dia hanya mengernyit, memandang bingung dua orang di depannya yang kini saling bersitatap melalui sekelumit ekspresi tumpang tindih.

Mereka berdua kelihatannya sudah mengenal satu sama lain, tebak Noel dalam hati.

"Akhirnya aku menemukanmu, Gregory Illéa," ujar orang itu sarkastik.

.

.

.

Seorang pemuda berambut coklat, dengan pakaian hitam serba tertutup berupa jaket kulit hitam, celana hitam. Memberhentikan langkahnya tepat di atap gedung bertingkat, tepat di besi pagar pembatas.

Dia sapukan pandangan dengan waspada beberapa saat. Setelah dirasa aman, pemuda berambut coklat tersebut mengeluarkan sesuatu dari dalam ransel, sebuah senapan laras panjang. Dia sudah siap dengan senjata paling mematikan tersebut sambil menunggu seseorang yang menjadi target incaran terlihat.

"INI TIDAK ADIL!!!" Teriakan itu terdengar menggema ke angkasa malam.

Membuyarkan konsentrasi Gregory si pemuda berambut coklat. Senapan dalam genggamannya hampir jatuh.

Mendapati ada orang selain dirinya, pemuda yang berteriak tadi bertanya, "A-apa yang kau lakukan di sini?"

Gregory yang tak kalah terkejut, balik bertanya, "Seharusnya itu yang menjadi pertanyaanku. Apa yang kau lakukan di sini?"

"Kau tak perlu tahu, itu bukan urusanmu," jawabannya apatis.

"Baiklah kalau begitu, kau urus urusanmu dan aku urus urusanku," balas Gregory tak kalah acuhnya.

Namun, beberapa saat kemudian, pemuda itu berteriak lagi, "TAK ADA YANG PEDULI PADAKU!" Kemudian, si pemuda menyeret tungkainya berjalan ke tepian atap gedung.

Melihat pergerakan orang itu, tanpa sadar Gregory berseru, "Apa yang ingin kau lakukan?!"

"Apa yang ingin aku lakukan?Tentu sajaingi bunuh diri, kau ..." pemuda itu menunjuk Gregory dengan telunjuknya, "urusi saja urusanmu sendiri."

[BL] Sang Pembunuh Berbisik ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang