31. Book II: Friendship Breeds Unrequited Love 1.0

1.9K 270 27
                                    


Walther menghempaskan tubuhnya pada kursi mobil. Cuacanya bagus dan embusan anginnya menenangkan, tapi tidak berpengaruh dengan hatinya saat ini. Dengan ekspresi muram di wajah tampannya, dia mendesah. Walther begitu malas untuk berkunjung ke kantor ayahnya hari ini, hingga akhirnya dia memutuskan untuk tidak pergi, dia tak peduli jika harus menerima peringatan ayahnya ketika datang nanti.

Walther hanya dapat memikirkan Noel, bagaimana mana keadaannya sekarang, apakah dia makan teratur, dan apakah kekasihnya itu juga memikirkan Walther seperti Walther memikirkan Noel. Walther teringat sesuatu, dengan segera dia menghidupkan mesin mobilnya dan pergi ke suatu tempat.

Walther memutuskan untuk mampir ke Hope kafe, dia masih ingat ketika pertama kali berkunjung ke kafe ini, berjalan melewati pintu dan duduk di kursi bercat putih itu. Sekarang pun dia melakukan hal yang sama.

"Aku ingin ice coffee espresso dan pancake blueberry."

"Ada lagi?"

"Tidak ada," jawab Walther.

Saat pelayan laki-laki itu hendak berbalik, Walther memanggilnya dan bertanya, "Apa Noel tidak bekerja malam ini?"

"Noel? Setahuku dia sudah berhenti bekerja kira-kira sekitar dua minggu yang lalu."

Walther terdiam, dan akhirnya hanya mengangguk.

Mencoba membunuh waktu sambil memandang hiruk pikuk mobil serta pejalan kaki yang berlalu lalang, Walther sesekali menghirup kopinya sambil memejamkan mata. Merasakan cairan hangat itu mengaliri tenggorokan dengan diiringi lagu yang tengah mengalun.

Well we all have a face that we hide away forever, and we take them out and show ourselves when everyone has gone ...

Sebuah lagu milik Billy Joel berjudul The Stranger.

"Kau sendirian saja?" Seorang wanita menghampiri meja tempat Walther duduk menyendiri.

Walther mendongak, tetapi tidak menjawab. Dia cukup yakin dengan apa yang dikatakan wanita muda itu selanjutnya. Kurasa kita pernah bertemu. Jika kau sendirian, bagaimana kalau kita melakukan sesuatu bersama-sama?

Tepat seperti yang dipikirannya, wanita itu berkata, "Sepertinya kau memang sendirian, bisa kita ngobrol bersama?"

Walther mengangguk dengan enggan. Si wanita lantas duduk berhadapan dengannya seraya berkata, "terima kasih."

"Kau terlihat punya masalah." Dia memulai pembaca setelah diam sekian detik. Walther mengerjap perlahan dalam keterkejutan, wanita itu pun tertawa. "Ayolah, semua orang pasti punya masalah dalam hidupnya."

Di balik ekspresi tawanya, dia seakan mengatakan. Ada masalah apa anak muda, jika kau punya masalah, bicarakanlah hal itu pada orang dewasa. Dan itu membuat Walther seakan-akan ingin mengatakannya.

Sambil mengembuskan napasnya ringan akhirnya dia mengakui. "Ya begitulah."

"Jika kau butuh teman curhat aku bersedia, kau bisa menceritakannya di apartemenmu." Wanita itu tersenyum ramah.

Harus Walther akui, jika wanita ini begitu cantik dengan mata biru dan rambut pirangnya, tapi dia tahu tipe wanita seperti ini. Mereka adalah 'pacar sewaan' yang sering dibahas teman ayahnya di kantor akhir-akhir ini.

"Tawaranmu cukup mengiurkan, tapi aku sudah memiliki kekasih, dan aku ingin setia dalam segala hal kepadanya." Walther berdiri untuk berniat pergi.

"Hei," panggil wanita itu, dan Walther menoleh. "Setiap kali kau bertemu dengannya, katakanlah kalau kau mencintainya, cara itu mungkin sudah terdengar basi, tapi itu lumayan efektif. Lalu, berikanlah dia sesuatu untuk membuktikan ucapan itu, kadang sesuatu tidak hanya dibuktikan oleh perkataan, tapi juga dengan tindakan." Si wanita memberi saran, dia tidak tahu jika kekasih Walther merupakan seorang pemuda.

Walther tersenyum mendengarnya. "Terima kasih sarannya," ucapnya, dan dibalas anggukan oleh wanita itu.

Satu jam kemudian, Walther sudah berada di sebuah toko perhiasan. Mengamati dengan saksama deretan cincin perak yang terpajang rapi dalam kaca.

"Sudah menemukan apa yang Anda cari?" tanya salah satu wanita karyawan toko.

"Ah, ya ... aku ingin lihat ini." Walther menunjuk salah satu cincin dalam kaca.

"Apa Anda ingin membeli cincin pasangan?"

Walther mengangguk, "Begitulah."

"Jika Anda ingin membeli cincin untuk Anda dan dan pasangan Anda, saya sarankan untuk yang satu ini."

Benda itu putih berkilau, sepasang cincin perak yang indah, bentuknya mirip bahkan tak ada bedanya sama sekali. Hanya ukurannya yang sedikit kecil.

"Baiklah, aku beli yang ini." "Tapi ... bisakah kau mengukir nama pada cincin itu?"

"Tentu saja, nama apa yang Anda inginkan?"

Walther berpikir sebentar, dia berkata sambil tersenyum. "Walt+Noel."

Di dalam mobil, Walther mengamati cincin yang baru saja dibelinya dengan senyum yang tak henti-hentinya terulas di wajahnya yang tampan.

Walther benar-benar serius dengan rencananya, cintanya kepada Noel sudah dalam, dan Walther berniat pergi ke Roma untuk kawin lari dengan sang kekasih lalu menetap di sana, memulai hidup baru dengan kesederhanaan.

Walther tahu jika cincin saja tidak terlalu membuktikan keseriusan dalam suatu hubungan. Dia berjanji pada dirinya sendiri akan bekerja keras untuk Noel, akan membahagiankan dan menjaga pemuda itu dengan nyawanya, dia tidak akan membiarkan seseorang melukainya seujung rambut pun.






[]

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar, sampai jumpa di next chapter!

Mampir ke lapakku dan baca juga cerita yang lainnya!

Oishielmo

.

.

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Halo, bila kamu ingin membaca The Killer's Whisper lebih cepat, ceritanya kini tersedia dalam format e-book PDF lengkap tanpa edit/cut sampai tamat. Untuk PDF-nya terdiri dari 3 part.

Info lengkapnya bisa cek di sini 👇

Pembayaran bisa via Dana, Ovo, Shopepay dan pulsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pembayaran bisa via Dana, Ovo, Shopepay dan pulsa.
File akan dikirim via WhatsApp.

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Support aku di
Support aku dengan se sachet Nescafe di https://trakteer.id/oishielmo/tip biar terus update cerita di wattpad.

Thank you (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

[BL] Sang Pembunuh Berbisik ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang