21. Book I: Imprisoned in The Body of A Murderer 4.0

109 12 0
                                    

Yuri Viktorovich berdiri seorang diri, matanya memandang hampa keluar jendela, menatap beberapa gedung pencakar langit di malam hari. Tangannya menggenggam selembar foto kecil, seperti sedang menantikan seseorang dengan sabar.

Dmitry Vorobev datang menghampiri, tetapi Yuri tidak menyadarinya. Pikirannya terpusat pada seseorang yang berada dalam foto yang dia genggam. Di foto tersebut terdapat dua orang pemuda yang mengenakan seragam sekolah SMA sedang merangkul satu sama sambil tersenyum, dan salah satu pemuda di foto itu merupakan dirinya. Lampu di dalam ruangan tiba-tiba menyala, Yuri menoleh kepada orang yang sudah berada di belakangnya.

"Kau masih belum menyerah dalam mencarinya?" tanya Dmitry.

Yuri mengangguk, matanya sedikit menyipit karena silau cahaya lampu.

"Sudah lima belas tahun, kau masih belum menyerah. Begitu berharganya, kah, dia bagimu?"

Yuri mengangguk. "Selama aku masih bernapas, aku akan terus mencarinya sampai ketemu, meski nanti hanya mendapatkan raga tanpa nyawa."

***

Nate memejamkan matanya, merasakan embusan angin malam yang membelainya lembut, mengajak helai surai hitam pirangnya menari-nari. Keping-keping salju tidak turun, angin bertiup kencang dan kenyataan bila dirinya berdiri di luar pagar pembatas tak membuat jantungnya berdegup kencang karena pemandangan curam di bawah.

Negara modern dipenuhi dengan gedung pencakar langit, seperti Tokyo, New York dan Dubai.

"Kau bisa merasakannya?" Nate bertanya, masih memejamkan mata.

"Merasakan apa?" Noel yang tak mengerti balas bertanya.

"Kebebasan." Nate membuka matanya, mengangkat tangannya ke udara dan menerawang padanya sebelum tangan itu terkepal erat. Mantel hitam usamnya menimbulkan suara samar dari kain di antara siulan angin dingin. Seolah teringat sesuatu, Nate kembali berucap, "Aku lupa, anak rumahan sepertimu tidak akan mengerti apa arti dari kebebasan."

"Aku tidak seperti itu." Noel sedikit tidak terima disebut anak rumahan, dia menyangkal.

"Benarkah?" Nate melangkah lebih dekat ke tepi gedung, ujung sepatunya sudah tidak menginjak semen. Sementara Nate menengok ke bawah, lalu lintas di bawah sana terlihat seperti semut yang berbaris jika diperhatikan dari atas gedung tempatnya setengah berpijak. Tak diragukan lagi, begitu seseorang melompat dari sini tubuhnya sudah tak berbentuk begitu sampai di bawah. Membayangkannya saja sudah membuat Noel bergidik ngeri.

"Bisa kau menjauh sedikit? Ini mengerikan." Getar suara terdengar dalam nada bicaranya.

Nate menurut dan mengambil tiga langkah ke belakang, bibirnya membentuk seringai timpang. "Mengapa kau takut?"

"Tentu saja. Jika kau jatuh, kita akan mati."

Kata kita, yang diucapkan Noel mengundang sedikit kehangatan di ekspresi Nate meski udara semakin dingin.

"Itu tidak akan terjadi, jadi tenang saja. Karena mulai sekarang kau akan mengikuti hidup sesuai caraku. Hidup seperti Nate!"

Noel terdiam sejenak. "Hidup seperti Nate?" Dia mengulangi ucapannya Nate.

Nate menunjuk sebuah gedung di seberang gedung yang mereka pijak. "Kaulihat gedung itu?

"Aku melihatnya."

"Kita akan ke sana."

Noel menatap pintu elevator yang terbuka lalu masuk ke dalamnya, atau lebih tepatnya Nate. Seluruh kontrol tubuh sepenuhnya masih ada di bawah kendalinya. Dalam elevator hanya Nate sendiri, jadi tidak akan ada yang menganggapnya aneh ketika bicara pada diri sendiri.

[BL] Sang Pembunuh Berbisik ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang