23 Book I: Drowning in Memories of The Past 2.0

2.2K 271 14
                                    

Bar itu menunjukkan kesan mewah yang elegan. Pencahayaannya redup, gemerlap merah, kuning keemasan begitu cocok berpadu dengan interiornya. Terletak di Hong Kong, Tsim Sha Tsui, Mody Rd, &號, Mody House, Noel mengikuti Gregory masuk sesekali melirik sekeliling sambil menunjukkan ekspresi kagum. Sementara Gregory fokus mencari tempat sepi di antara keramaian orang. Begitu dia mendapatkannya, Gregory langsung menarik ujung jaket hitam yang Noel kenakan agar dia mengikuti.

"Nate, kau kah itu?"

Suara feminin memanggil Nate disertai tepukan di pundak Noel dari belakang. Begitu berpaling, Noel mendapati seorang wanita tengah melempar tersenyum ke arahnya. Mengetahui tebakannya kepada si pria tak salah, lantas wanita itu memeluknya dengan erat.

"Ternyata memang benar itu kau, aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu lagi di sini," ucap wanita itu teramat gembira.

Noel yang dalam pelukan si wanita langsung menatap Gregory penuh arti untuk meminta penjelasan.

Dia mantan kekasih Nate, jawab Gregory dengan bahasa isyarat.

Seketika Noel tertegun setelah mendapatkan jawaban dari pria berambut coklat. Bagaimana dia tidak kaget, di catatan yang Gregory berikan saja tidak tertulis kalau Nate pernah punya kekasih wanita.

Jadi Nate straight? Apakah Walther tidak tahu? Jika dipikirkan kembali itu tidak mungkin karena mereka sudah lama bersama di masa lalu.

"Nathaniel!" panggil si wanita karena terus didiamkan.

"Eh ya?" Noel tersentak ketika wanita itu menatapnya dalam raut kebingungan. Menyadarkan Noel dari lamunannya tentang Nate. Noel terlihat gugup ketika wanita itu merespons ekspresi terkejutnya dengan kekehan renyah. "Maafkan aku, tadi melamun karena aku ... aku juga tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini." Bohong Noel berusaha untuk tidak gugup.

Entah karena efek cahaya sinar LED merah di bar itu atau perasaan Noel saja, dia melihat wajah wanita itu sedikit memerah.

"Aku sekarang bekerja di sini, dan berhenti dari pekerjaanku yang sebelumnya."

Wanita itu lumayan cantik dengan setelah bartender warna merah tua dengan kemeja putih ditambah rok hitam sebatas lutut yang dipakainya, make up tipis yang menghiasi wajah Asia-Amerika tampak membuatnya kelihatan cantik secara alami, begitu serasi dengan rambutnya yang berwarna coklat gelap.

"Kau sendirian saja?"

"Tidak, aku bersama seseorang," balas Noel. Dia menunjuk Gregory yang memperhatikan mereka dari tadi. Wanita itu pun menoleh ke arah seseorang yang Noel tunjuk.

"Lama tidak bertemu, Rebecca," sapa Gregory ramah.

"Jangan memanggilku formal seperti itu." Rebecca Wang menepuk pelan bahu Gregory. "Ya memang sangat lama, enam tahun kira-kira. Lalu bagaimana kabar kakakmu?"

Gregory sengaja memanggil wanita itu dengan nama lengkapnya untuk memberitahukan Noel. Setelah Noel mengerti, Gregory menjawab, "Seperti biasa, dia selalu sibuk dengan pekerjaannya di rumah sakit."

Rebecca hanya mengangguk beberapa kali. "Baiklah, karena kalian berdua sudah berkunjung ke bar ini, maka aku akan traktir." Rebecca memposisikan dirinya di antara Gregory dan Noel serta merangkul kedua pria yang merupakan teman lamanya itu, lebih tepatnya teman lama sebagai pembunuhan bayaran.

Perlu diketahui, sebelum menjadi bartender, wanita itu pernah beberapa kali bekerja di bawah tangan Nate sebagai pembunuh bayaran. Namun, jauh di balik itu semua, Rebecca memendam perasaan kepada Nate meskipun wanita itu tak berani mengungkapkannya.

Nate yang masih muda bukanlah pemuda yang bodoh, yang tidak peka terhadap gadis yang menyimpan perasaan cinta padanya. Dan pada saat yang bersamaan, seorang remaja juga menyimpan rasa kepadanya, perasaan yang lebih dari sekadar saudara, berakhir Nate mengabaikannya dan memilih Rebecca. Di awal tahun 1989 mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih ketika keduanya berusia menjelang dua puluhan dan berakhir di tahun itu juga karena Nate memilih mengakhiri hubungan mereka dengan alasan tidak ingin membahayakan nyawa Rebecca. Setelah putus, Nate menyuruhnya berhenti menjadi pembunuh dan mulai menjalani hidup normal.

"Ini anggur terbaik di sini, kalian berdua tidak perlu bayar," ucap Rebecca sembari meletakkan dua gelas kecil berisikan minuman beralkohol dengan kadar sedang di depan kedua pria yang telah mendudukkan diri di meja bar yang posisinya lebih jauh dari keramaian.

Noel melemparkan senyum kepadanya. "Terima kasih."

Rebecca mengangguk, ada rona merah di pipinya. "Ternyata senyummu manis juga," pujinya yang kini lamat-lamat memandangi wajah Noel.

Pujian dari wanita tadi tentu saja sedikit mengejutkan Noel, seolah Rebecca tidak pernah melihat Nate tersenyum. Tetapi kalau dipikirkan lagi, Nate memang jarang tersenyum. Tidak heran banyak orang yang memuji senyumannya.

"Aku hanya ingin menunjukkannya sesekali untukmu," tambah Noel, dan semakin menambah warna merah di pipi Rebecca. Nyatanya, wanita itu belum bisa sepenuhnya move on dari Nate. Dan sayangnya Noel yang lugu tak menyadari akan hal tersebut.

"Sudah lama menunggu?" Seseorang muncul di antara Noel dan Gregory, dan sukses membuat Gregory terlonjak dari kursinya.

"Forst, kau ini ..." Gregory menggeram sambil menatap pria itu. "Kau terlambat lima belas menit."

Igor Forst menarik kursi di sebelah kanan Gregory, kemudian duduk. "Itu karena aku tidak sengaja bertemu kenalan lama.

Kenalan lama, eh?

"Becca, berikan aku minuman yang biasa," pinta Igor kepada si bartender yang terlihat sedang asik memandangi wajah Noel.

Meski tak suka pembicaraan akrabnya dengan Noel diganggu, Rebecca tetap membawakan sebotol anggur serta gelas kaca tempat untuk minum.

"Jadi siapa seseorang yang tidak sengaja kau temui?" tanya Noel, melirik seseorang yang berjalan mendekat dari balik bahu.

"Tuan Zwick," jawab Igor.

Tak lama seorang yang tadi dia sebut sudah berdiri di belakang. Noel tidak terlalu terkejut pada akhirnya akan bertemu juga dengan Walther di sini, karena seakan-akan pria itu selalu ada di manapun Noel ada.

Walther Zwick menatap mereka bergantian, dimulai dari Gregory Illéa.

[]

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Cerita Sang Pembunuh Berbisik telah ready dalam format PDF, cerita tersedia completed tanpa cut/edit.

Jumlah: 845 -+ halaman

Format: PDF

Jika kamu berminat bisa DM via WhatsApp 083159554466

Terima kasih ^^

oishielmo

[BL] Sang Pembunuh Berbisik ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang