3. Book I: Bagaimana Semua itu Berawal 3.0

293 31 0
                                    

Selamat membaca. Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar ^^
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Iris biru Noel berbinar menatap gedung One Times Square yang dinding luarnya dipasangi papan iklan dan televisi berlayar lebar. Pria itu bangun pagi sekali hanya untuk merasakan bagaimana rasanya berdiri di persimpangan jalan utama tempat bertemunya jalan Broadway dan Seventh Avenue, dan mencakup kawasan antara West 42nd hingga West 47th Street.

Kawasan di sekeliling Times Square yang disebut disebut Theatre District mencakup blok-blok dari timur ke barat antara Sixth Avenue dan Eighth Avenue, serta antara West 40th dan West 53rd Street dari utara ke selatan. Tidak pernah sepi dari para pejalan kaki, kawasan ini merupakan bagian sebelah barat dari distrik bisnis dan perdagangan yang disebut Midtown Manhattan.

Sudah hampir sejam Noel berjalan mengitari Persimpangan Times Square dulunya bernama Longacre Square itu, matanya tidak pernah bosan memancarkan kekaguman. Sudah lama dia ingin ke tempat ini, tetapi belum kesampaian. Sampai akhirnya, setelah apa yang dia lalui, akhirnya Noel bisa ke tempat ini.

Di tengah aksinya menonton papan iklan, bahu Noel bertubrukan dengan bahu seorang remaja laki-laki. Noel sontak menoleh dan mendapati ekspresi terkejut dari si remaja lelaki yang menatapnya dengan ekspresi yang ... entah.

Beberapa detik mereka bertatapan, setelah si remaja berkata, "Maaf."

"Tidak apa-apa," balas Noel, lalu kembali menonton televisi berlayar lebar tanpa melihat ke arah remaja laki-laki yang memutuskan pergi karena tidak diindahkan.

Tak berapa lama, Noel kembali dikejutkan oleh tepukan tangan seseorang yang menepuk bahu serta memanggil namanya.

"Noel, bagaimana kau bisa di sini?" tanya Gregory. Pria itu masih mengenakan pakaian yang sama saat pergi malam tadi meninggalkan Noel seorang diri dalam kebosanan.

"Aku? Aku jalan-jalan. Kau tahu, aku bosan sendirian ... eh!"

Belum Noel sempat menyelesaikan kalimatnya, Gregory menarik Noel dari kerumunan yang mulai ramai. Mengikuti ke mana pria berambut coklat itu menyeretnya, Noel tidak protes kendati pergelangan tangannya di cengkram kuat. Gregory berhenti pada gang sempit yang diapit dua gedung tinggi.

Mulanya Gregory kesulitan bagaimana menjelaskan tanpa membuat Noel khawatir, tetapi Gregory tidak punya pilihan lain. Dengan gamblang dia berkata, "Nate adalah buronan FBI dan agen-agen lain."

Dan seperti dugaan Gregory, raut muka Noel berubah pucat. Namun ekspresi itu justru terlihat lucu bagi Gregory. Biar bagaimana pun, Nate merupakan pembunuh bayarnya profesional sekaligus buronan internasional. Dengan jiwa Noel yang bersemayam di tubuh Nate, membuat beragama ekspresi yang tidak pernah ditunjukkan Nate yang asli begitu komikal.

"Apa ... apa yang harus kulakukan?" Nate bertanya panik. Takut-takut bilamana dirinya tertangkap dan dimasukkan dalam penjara paling berbahaya di dunia. Lebih parah lagi, jadi bulan-bulanan tahanan lain dan ...

Noel tidak kuasa membayangkannya.

Gregory menghela napas panjang. "Yang penting polisi tidak melihatmu."

"Aku berbicara dengan polisi tadi." Noel mengakui.

"Apa?" Giliran Gregory yang panik. "Apa yang polisi itu katakan? Bagaimana kau bisa lolos?"

"Aku hanya bertanya jalan menuju Time Square."

Tak ada respons dari Gregory, pria berkebangsaan Inggris itu menatap Noel dari ujung kepala sampai ujung kali. Hoodie biru muda bergambar kepala kucing, celana panjang yang dilipat ujungnya. Jika dilihat lebih saksama, caranya berpakaian layaknya seorang remaja. Sama sekali tidak mencerminkan seorang pembunuh bayaran sekaligus buronan internasional.

[BL] Sang Pembunuh Berbisik ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang