1. Book I: Bagaimana Semua itu Berawal 1.0

6.5K 605 23
                                    

WARNING! NSFW 18+ content sexual abuse

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Butiran kapas dingin turun di bagian bumi yang mengalami temperatur titik beku. Menyelimuti bagian yang dapat disentuhnya dengan warna putih. Musim dingin di Moskow, daerah bagian selatan Rusia. Ketika malam berselang dan bulan bertahta. Orang-orang lebih memilih meringkuk dalam selimut tebal seperti kepompong daripada pergi keluar untuk melihat serpihan salju putih. Menghabiskan malam yang panjang, bermimpi indah.

Hal berbeda justru terjadi kepada Noel Baluev. Dia membenci musim dingin sebagaimana dia benci cara milliaran kapas alam itu jatuh anggun akibat gravitasi, seperti dia membenci hidup. Hidupnya yang terbelenggu rantai dalam kegelapan mimpi buruk. Datang dan tak pernah pergi barang sedetik-selalu hadir lagi dan lagi, layaknya napas yang hanya akan hilang ketika hembusannya telah sampai di ujung tenggorokan.

Orang bilang, mimpi adalah bunga tidur. Seburuk apa pun mimpimu, semua itu akan lenyap begitu kau terbangun. Tetapi hal itu tidak berlaku bagi pemuda berusia tujuh belas tahun ini. Ketika dia bangun dari tidurnya, mimpi itu menjadi kenyataan.

Noel menatap nanar seseorang di atas. Pandangannya kosong, seperti seonggok boneka. Tak bergerak dan tak bersuara kendati jiwanya menjerit, meronta minta dikasihani.

Dengan sisa-sisa kesadaran yang hanya tinggal setengah, Noel sudah sangat mengenali suasana seperti ini. Kekerasan. Rasa sakit dan bau darah sudah tak asing baginya. Noel dapat merasakan betapa dinginnya besi yang membelenggu kedua tangannya. Meskipun begitu, tak sedingin pandangan mata orang yang berada di atasnya.

Orang itu sedang menghentakkan penisnya kasar. Tidak ada kelembutan sama sekali. Dengan tubuhnya yang semakin rapuh, apa yang bisa Noel lakukan selain pasrah menerima perlakuan keji. Noel ingin berteriak agar siksaan ini berhenti. Namun, teriakannya tersumbat di tenggorokan oleh tirani yang kejam saat dirinya tersedak penderitaan. Lagi pula, Noel sudah sering diperlukan seperti ini, hari demi hari penyiksaan terhadapnya semakin di luar batas. Tubuh Noel sudah tidak bisa lagi mentolerir tindakan yang dilakukan oleh orang itu. Rasa sakit yang kini Noel rasakan sudah tidak tertahankan lagi, cengkeraman tangan orang itu kian kuat mencekik lehernya, gerakan yang bertambah kasar setiap detik, menanamkan penisnya semakin dalam ke dalam tubuh Noel. Menghasilkan gelombang perih yang teramat sangat, menambah sobekan luka semakin dalam. Air mata sudah lama mengalir bagai sungai kecil di wajah manis Noel kini telah berhenti.

"Tubuhmu selalu nikmat seperti biasa." Orang itu menyeringai seraya menatap tajam mata Noel.

Noel menggeleng lemah, berusaha untuk berbicara, tapi tidak bisa karena sebuah tangan kejam yang menekan tenggorokannya sangat kuat. Jangankan bicara, untuk menarik napas saja dia kesulitan. Hampir di setiap inci bagian kulit tubuhnya terdapat bekas luka sayatan yang masih segar. Beberapa luka memar yang mengerikan seperti hiasan, jangan lupakan bekas gigitan yang membiru di sekitar bahu dan tengkuk.

Rasa sakit yang bertambah dan terus bertambah membuat tubuh Noel mati rasa. Darah terus mengalir di tempat orang itu mengeluar-masukkan penisnya, mengotori seprai putih yang menjadi saksi atas penyiksaan seksual yang terjadi saat ini.

Noel yang malang, begitu orang di atasnya mencapai klimaks, menandakan bahwa permainannya sudah berakhir. Noel terkulai lemas dengan banyak luka yang dia derita. Namun, semua itu tak ada bandingannya dengan luka yang tertoreh begitu dalam di hati. Luka yang mungkin tak dapat terobati.

Puas, orang itu menutup ritsleting celana, mengecup singkat kening kekasihnya atau lebih tepat boneka seksnya. Kemudian dia mengangkat tubuh rapuh Noel ke kamar mandi untuk dibersihkan.

[BL] Sang Pembunuh Berbisik ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang