24. Book I: Halo, Walt Buddy 1.0

2.2K 262 15
                                    


Walther Zwick menatap mereka bergantian, dimulai dari Gregory Illéa.

"Yo Tuan Zwick! Lama tidak bertemu," sapa Gregory lebih dulu.

Walther membalas sapaannya dengan tersenyum. "Hmnn sudah sangat lama, bagaimana praktek psikiater-mu, Tuan Illéa?"

"Seperti biasa, berkunjunglah sesekali!"

Detik berikutnya pandangan Walther terkunci kepada Noel-sebelum Rebecca yang tadi tampak berbicara dengan Noel mengalihkan perhatiannya sekilas ke arah Walther.

"Nathaniel!"

Noel menoleh, tatapannya bertemu dengan sepasang mata familier penuh wibawa. Namun, kali ini dia melihat raut berbeda dari Walther biasanya. Noel cuma melemparkan senyum sebagai respons. Ada apa dengannya? tidak seperti biasanya, pikir Noel.

"Sudah lama aku tidak melihatmu berkunjung ke sini." Rebecca memulai percakapan dengan Walther setelah pribadi itu duduk di sebelah Igor. Tanpa Walther minta, bartender wanita itu mencampurkan cucielo white vermouth, rum putih clement dan air jeruk nipis ke dalam shaker. Kemudian menuangnya ke dalam gelas ditambah dua es batu seukuran dadu. Cocktail sanguine cobbler minuman yang biasa Walther pesan tiap berkunjung.

"Semenjak aku menggantikan pria tua itu menjalankan perusahaan, aku jarang punya waktu luang." tuturnya, bersama tangan mengambil segelas cocktail.

"Bagaimana rasanya menjadi seorang Direktur di perusahaan besar? Apakah banyak wanita cantik yang mendekatimu? tanya Igor.

"Ya, banyak sekali." Walther membenarkan.

Igor menyeringai. "Kau pasti sering meniduri mereka."

"Satu pun dari mereka tidak ada yang membuatku tertarik," sahut Walther, seusai menegak habis minumannya, menyisakan dua es batu dalam gelas.

Sontak, keempat orang di sana sedikit terkejut. Gregory cukup percaya atas pengakuan pria itu melalui ekspres datar Walther, atensi pria itu menatap dingin gelas kosong.

"Kau punya segalanya, tetapi wajahmu itu selalu saja suram. Seperti seorang pria yang ditinggal mati istrinya," Rebecca berkomentar. Spontan, Noel memandang wanita itu. Dia tahu Rebecca sedang bercanda untuk mengejek Walther, tetapi lelucon itu bagaikan dark joke bagi Noel.

Alunan musik menepikan sepi saat keempat pria yang duduk di bar stool menikmati minuman mereka, sementara Rebecca sibuk meracik minuman dalam shaker untuk pelanggan lain.

"Nate, jadi mengapa kau memanggilku?" Igor memulai percakapan.

Pertanyaan itu menyadarkan Noel akan tujuan yang sebenarnya ke bar ini. Sudut mata Noel melirik ke arah Gregory, segera pria itu memberikan kode. Detik itu juga Noel mengerti maksudnya. Rencana mereka dibatalkan.

"Aku memanggil hanya untuk mengajakmu minum karena kebetulan di Hongkong." Noel mencari alasan lain dari pertanyaan Igor.

"Mengapa tidak bilang dari tadi?" Igor tersenyum lebar, dia bersemangat memanggil Bartender Rebecca dan memesankan minuman untuk Noel, urusan bayar tetap id serahkan kepada Nate, sebab pria itu masih belum curiga kalau Nate yang duduk di bar stool dengannya, bukanlah Nate seniornya.

Sementara Walther kembali memesan minuman seperti yang pertama, Igor dan Gregory meminta Blackberry Gin Gimlet dan Noel dipesankan oleh Igor Apricot in the Act. Itu cocktail yang biasa Nate pesan, dia tahu daripada Noel. Mereka berempat bersulang, dari sisi kiri; Gregory, Noel, Igor dan Walther.

Noel mengernyit mengecap rasa pahit dan masam dilihat. Di samping kirinya, ekor mata Gregory mengamati secara saksama. Dia berharap Noel tidak akan tumbang untuk beberapa gelas lagi, karena Nate yang asli seorang peminum dengan toleransi tinggi terhadap alkohol, Igor pasti akan mencekoki banyak malam ini.

[BL] Sang Pembunuh Berbisik ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang