05. MISI

227 32 61
                                    

"PANGERAN PULANG!!!" teriakan Riki memecah keheningan. Ryo berjalan dibelakangnya hanya mendengus.

Sabian dan Yusril keluar kamar secara bersamaan, keduanya bertatapan. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka, namun keduanya saling mengangguk lalu segera datang ke arah sumber suara.

"EYYOO BROO PANGERAN BAWA CILOK NIH." Riki menyambut Sabian dan Yusril yang baru saja menginjakan kaki di ruang tengah. Yusril menatap aneh Riki, tiba-tiba Riki jadi super hyper aktif lagi?

"Wuihhh cilokkkk, bagiii!!!!!" Syakir datang langsung duduk disamping Ryo yang juga tengah menikmati ciloknya.

"Nahh, makan aja makan. Gue lagi seneng." ujar Riki sambil memberi Syakir tusuk sate untuk mengambil ciloknya. Riki menatap Sabian dan Yusril yang masih berdiri.

"Yus, bang. Mau kagak, gue jelasin deh kenapa gue kek gini."

Akhirnya Sabian dan Yusril mengesampingkan rasa penasaran tentang perubahan sikap Riki secara tiba-tiba. Keduanya bergabung, mengambil posisi disamping Riki. Jadi posisi Riki sekarang di apit oleh Sabian dan Yusril.

"Gue tau, kalian semua udah ketemu sama dilan." Riki membuka suaranya. Semuanya termasuk Ryo membulatkan matanya terkejut mendengar ucapan Riki.

"Lu ngapain ikutan kaget, Haryo?!" Riki nampaknya kesal pada Ryo. Padahal saat di pemakaman tadi Riki menceritakan semuanya pada Ryo.

"Ehehe maaf, a. Biar kompak aja gitu. Lanjutin a." Ryo terkekeh, lalu kembali menyuapkan ciloknya ke mulut.

"Santai oke santai. Gue gapapa kok, yaa sedih sih. Tapi gapapa, gue bisa tahan sementara. Gue tau kalian semua pengen Dilan bareng lagi sama kita kan? Nahh gimana kalo kita kerja sama, buat dilan nyaman. Kita jaga dia sama-sama tapi, kalo kalian ga mau-

"Gue mau." potong Yusril

"Gue juga." Sabian ikut menimpali

"Ehh Cill, lu ga ikut?" tanya Yusril yang keheranan karena sedari tadi Syakir sibuk dengan ciloknya.

"Mas, ga tau aja. Ni orang udah ngasih sekantong roti ke dilan." Syakir yang menjadi tersangka hanya mengedikkan bahunya. Dia sadar sebenarnya saat itu tengah di awasi.

"Wahh parah, lu di bleklist dari keanggotaan." ucap Yusril yang kesal dengan Syakir.

"Ga bisa, diantara kita sakir yang punya kesan baik sama target." Riki menyangkal usulan Yusril.

"Gue sebenernya bisa aja. Cuman gue belum siap, Rio udah di cap orang aneh sama dilan, kalo sama bang Bian keknya dia risih, apalagi sama Lo, yus. Parah banget nyangka dia hantu." jelas Riki panjang lebar.

Uhukk

Yusril tersedak cilok. Riki yang paling dekat dengan Yusril pun mencoba membantu dengan menepuk pundak Yusril.

"Lo kok bisa nyimpulin gitu, ki?" Sabian bertanya mewakili yang lain.

"A Iki bolos matkul, dia ngintilin dilan seharian ini." jelas Ryo.

"Buset, ki. Lu mending jadi detektif aja deh, jangan terusin perusahaan bokap Lo."

"Udah deh, mending kita mulai rencananya. Kir lu jaga dilan, dia kan anak baru tuh. Kasian gue liat dia tadi di kampus planga plongo mana nyasar lagi. Kita deketin dilan pake jalan neneknya aja, kek jadi pegawai tokonya gitu. Yang gue tau toko bunga itu ramai pelanggan, pasti lah ada lowongan." semuanya mengangguk paham. Jadi mulai dari besok mereka akan mencoba mendekati Dylan.

-=DYLAN=-

"A, target ga masuk matkul hari ini. Jadi tugas gue batal?" Ucap Syakir disebrang sana.

02. DYLAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang